"Yang ... Yang, hei," panggil Jonathan sambil menyentuh pelan bahu Kaluna mencoba membangunkan kekasihnya itu walau ia tidak tega karena saat ia menjemput Kaluna di rumahnya Jonathan sadar kalau Kaluna kurang tidur dan terlihat sangat membutuhkan tidur."Yang, hei ... Sayang, bangun," bisik Jonathan sambil mengusap-usap pipi Kaluna hingga membuat wanita itu menggeliat pelan dan menoleh menatap dirinya."Bangun, Sayang kita udah nyampe rumah sakit," bisik Jonathan sambil terus mengusapi pipi Kaluna. Melihat bibir ranum Kaluna, Jonathan tergoda untuk menciumnya. Tanpa sadar Jonathan mendekati bibir Kaluna dan mencoba menciumnya namun ....Kaluna spontan menolehkan kepalanya hingga lelaki itu hanya bisa mencium pipi Kaluna. Kaluna bergidik pelan entah karena merasa dingin atau merasa jijik. Entahlah Kaluna tidak paham, mengetahui penyakit Jonathan benar-benar membuat Kaluna salah tingkah dan bingung dalam bersikap, semua informasi tentang HIV yang Kaluna dapatkan seolah hanya lewat saja d
"Jangan bercanda, Dok," ucap Kaluna sangsi, "mana ada orang sepercaya diri Dokter saat menyatakan kalau pasangan Dokter itu HIV," lanjut Kaluna bingung dengan keberanian Fani yang dengan santainya menyebutkan kalau pasangannya HIV.Fina tersenyum sambil mengetuk-ngetuk jemarinya, Fina sudah biasa mendapatkan tatapan jijik, bingung dan pertanyaan yang Kaluna ajukan tadi sepanjang dirinya menikah dengan suaminya, "Buat apa saya bohong," sahut Fina sambil mengambil salah satu figura yang ada di hadapannya lalu diputar figura itu agar Kaluna bisa melihat apa fotonya.Kaluna melihat figura yang ada di hadapannya dengan seksama, di sana ia bisa melihat Dokter Fina sedang tersenyum bersama seorang pria asing bermata biru dan dua orang anak yang sedang tersenyum manis pada dirinya."Suami saya pria kebangsaan Italia namanya Aldo, dia terkena HIV akibat dulunya adalah pemakai narkoba jenis suntikan. Lalu dia insyaf dan bertemu dengan saya, saat akan menikah dia mencek kesehatannya dan menemuka
"Yang." Jonathan berdiri setelah melihat Kaluna berjalan mendekatinya, jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat Kaluna yang terliha kuyuh dan lesu. Ia hampir gila membayangkan kalau Kaluna tertular HIV dari dirinya."Jo, aku udah di tes ... hasil tesnya tiga hari lagi keluar," sahut Kaluna sambil mengusap lengannya yang terasa ngilu setelah pengambilan darah. Ia menghentikan langkahnya saat ia merasa sudah berada di jarak aman dengan Jonathan. Tidak terlalu dekat.Jonathan menarik lengan Kaluna agar wanita itu mau berdiri lebih dekat lagi dengan dirinya, tapi, sayangnya Kaluna membatu dan tidak mau mendekati Jonathan lebih dekat lagi. "Yang, bisa lebih dekat?""Segini udah dekat," ucap Kaluna sambil melihat ke sekelilingnya, walaupun dirinya sudah diberitahu apa yang terjadi pada Jonathan dan tentang cara penularan HIV juga beberapa keterangan lainnya dari Fina tetap saja tubuhnya seolah menolak untuk terlalu dekat dengan Jonathan.Alam bawah sadarnya seolah memaksa Kaluna untuk m
"Maksunya gimana?" tanya Jonathan yang kaget dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Kaluna. Dia berusaha melihat Kaluna sebaik mungkin dan berharap kekasihnya itu kerasukan atau mengalami penyakit tertentu yang membuat Kaluna berbicara melantur tak tentu arah. "Aku ...." Kaluna mengangkat kedua tangannya dengan lemah, ia menghela napas pelan sambil melihat Jonathan, "aku capek ... aku capek, aku nggak kuat dan aku nggak sanggup, Jo.""Emang aku nggak ngerasain itu juga, Yang? Aku juga sama kaya kamu, aku capek, aku nggak kuat dan aku nggak sanggup, Yang. Tapi, aku nggak ngomong kalimat itu." Jonathan melihat sekelilingnya dan bersyukur tidak ada satu orang pun di sana karena Jonathan yakin teriakkan mereka berdua tadi mampu menembus pintu mobil dan menarik perhatian orang yang berada di luar."Aku lebih capek, Jo! Aku lebih ...." Kaluna menunjuk dadanya dengan telunjuk yang bergetar hebat sedang wajahnya terlihat penuh dengan rasa marah, matanya terlihat menyalak garang ke a
Brak ... brak ... brak ....Jonathan memukul lemari gantinya dengan menggunakan jaket chef miliknya, berusaha menumpahkan rasa marah, kesal, sedih, sakit hati yang bercampur menjadi satu. Ia beberapa kali menendang angin dan akhirnya bersandar ke dinding hingga tubuhnya merosot turun. Terduduk."Ya Tuhan, Lun ... ini harus gimana! Aku harus kaya apa?" teriak Jonathan sambil menutup matanya menahan amarahnya yang sialnya malah membuat ia kembali mengingat saat Kaluna mengucapkan kata putus dan dengan pongahnya dia mengatakan iya! Oh Tuhan, bodoh sekali dirinya! Padahal saat ini Jonathan sangat membutuhkan Kaluna untuk ada di sampingnya, rasanya ia ingin mengecam Tuhan dan memakinya walau pun bukan sesuatu yang bijak ia lakukan. Tapi, ia ingin melakukan itu, ia ingin mempertanyakan maksud dan tujuan mengapa sang pencipta kembali mempertemukan dirinya dan Kaluna?Mengapa harus Kaluna yang ia temui di Indonesia? Mengapa gadis itu malah jadi chef bukan menjadi apa ... entahlah, mungkin se
Kaluna mengusap keringat yang terus mengalir di keningnya, sudah hampir satu jam ia menggosok kompor yang ada di hadapannya. Selama itu pula pikiran Kaluna berkelana ke sana kemari, mencoba mencari jalan keluar dari situasi hidupnya saat ini dan mencoba untuk menenangkan dirinya.Rasa lelah akibat bekerja di tambah rasa lelah karena pikiran membuat tubuh Kaluna lelah bukan main tapi, Kaluna menolak untuk diam tanpa mengerjakan sesuatu. Dia harus bergerak kalau dia diam yang ada dia akan kembali menangis."Lun ... woi, Lun."Kaluna mengabaikan seseorang yang memanggilnya di belakang, ia terus menggosok kompor seolah menggosok kompor itu adalah pekerjaan paling mulia di muka bumi. "Kaluna, hei ... Kaluna." Hening ...."Kaluna! Woi, budek lo, yeh?" "Apa?" tanya Kaluna judes sambil menolehkan kepalanya melewati bahu dan mendapati Okhe yang sedang berkacak pinggang di belakangnya. Dengan enggan Kaluna melemparkan sikatnya ke atas kompor, "Apa? Ih ... tadi aja manggil-manggil, sekarang u
"Kaluna ... Kaluna."Suara panggilan Emma membuat Kaluna mempercepat acara dandannya. Saat ini ia sedang berusaha untuk menyamarkan mata bengkaknya akibat menangis semalaman karena sadar kalau Jonathan sudah berusaha untuk mengabaikan dirinya. Perih."Kaluna.""Iya, Bu ... sebentar Kaluna lagi dandan ini, kan kemarin Kaluna udah bilang kalau Kaluna nggak kerja tapi mau pergi," sahut Kaluna sambil menepuk sponge bedak ke bagian bawah matanya. Sebuah sentuhan akhir yang membuat Kaluna tidak terlalu terlihat seperti zombie."Ya ampun, Kaluna lama bener sih," ucap Emma lagi dari arah dapur.Kaluna dengan cepat mengambil tas dan jaketnya, "Iya ... iya," sahut Kaluna."Apa sih Ibu ini? Ngapain manggil-manggil? Aku kan juga nggak kerja hari ini, aku bilang aku mau pergi jadi nggak usah di buru-buru," keluh Kaluna sambil terus berjalan hingga sampai ke ruang tamu karena ternyata sumber suara Emma bukan dari dapur tapi dari ruang tamu.Saat ia sampai di ruang tamu langkahnya terhenti saat meli
"Yang, Ayang ...." Jonathan berdebar dan waswas saat Kaluna menangis dan makin kalut saat tubuhnya ditarik oleh Kaluna lalu wanita itu langsung membenamkan wajahnya ke dada Jonathan.Jonathan merasakan air mata Kaluna yang membasahi dadanya, tanpa sadar dengan tangan bergetar Jonathan mengelus pucuk rambut Kaluna. Sial apakah Kaluna terkena HIV? Padahal dirinya sudah berusaha untuk tidak menularkan gadis itu dengan berbagai macam cara dari mulai menggunakan pengaman hingga menjaga kebersihan dirinya sendiri. "Yang, maaf ... maaf kalau aku," bisik Jonathan sambil mengecupi pucuk rambut Kaluna dan ia sama sekali tidak peduli dengan tatapan julid ibu-ibu di seberang sana karena mengecupi Kaluna. Kaluna melepaskan pelukkannya dan mengusap hidungnya sambil berbisik pelan, "Ngapain minta maaf, kamu nggak punya salah apa-apa kok. Ini udah takdir aku," bisik Kaluna sambil meremas kertas di tangannya. Mendengar perkataan Kaluna yang sangat pasrah dan legowo makin mencabik perasaan Jonathan,
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend