Home / Romansa / Sentuhan Panas Suami Dingin / Terbiasa Sarkas Pak

Share

Terbiasa Sarkas Pak

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Oh, Shit!" Haiden mengumpat pelan, memijit pelipis– antara geram dan malas meladeni sikap dedemit Lea yang sangat suka menempelinya. "Kau pikir aku sudi menikahi perempuan tidak benar sepertimu, Hah?! Cepat menyingkir dan berhenti berharap jika aku akan menikahimu. Wanita sepertimu tidak pantas untukku! Rendahan!"

Deg'

Senyuman Lea seketika pudar, wajah cerah yang menghias di sana berubah menjadi mendung dan murung. Tangannya terlepas cepat dari leher Haiden, langsung berdiri dari pangkuan pria itu.

"Maaf, Pak," ucap Lea setelah dia berdiri di hadapan Haiden. Setelah itu, dia segera beranjak dari sana, menahan rasa sakit di dada dan hati.

Lea berjalan terburu-buru, menuju kamarnya. Dia bahkan berlari, takut menangis sebelum sampai di kamarnya– itu membuat pandangan maid menatapnya aneh dan heran. Namun, Lea tak peduli. Dia langsung masuk dalam kamar, menutup pintu dengan membantingnya kuat.

Di sisi lain, Haiden seketika mengumpat.

"Shit!" umpatnya sembari memukul wajahnya sendir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Siap,Kakku(◠‿◕)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Siapa yah, Kak(つ≧▽≦)つ(つ≧▽≦)つ
goodnovel comment avatar
GemmmV
lagi lagi lagi lagi kak... kurang banyakkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Wanita-Wanita Genit

    "Rei, tunggu!" Haiden yang berniat masuk lift, segera berlari untuk menghentikan Reigha yang terlihat akan keluar dari mansion. Setelah dia berhasil menghadang sahabatnya sekaligus adik iparnya tersebut, Haiden langsung menarik Reigha– memaksa pria itu agar ikut dengannya. "Kau harus ikut denganku.""Cik, aku harus menjemput laporan medis Zie ke rumah sakit," decak Reigha, menatap datar dan dingin ke arah Haiden. "Anak buahmu banyak." Setelah pintu lift terbuka, Haiden dengan paksa mendorong pria yang lebih tinggi darinya tersebut cukup kuat ke dalam lift. Tentu saja harus ekstra tenaga dalam. Because, he's Reigha! Pria kuat dan mematikan. "Saatnya kau balas Budi!" ucap Haiden dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya. Reigha yang sedang mengibas-ibas lengan tuxedo-nya yang disentuh oleh Haiden, sontak menoleh ke arah Haiden. Satu alisnya terangkat, memerhatikan kakak iparnya tersebut dengan raut yang cukup flat. "Untuk apa balas Budi? Dia tidak pernah mengusikku," jawab Reig

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Misi Penerjemah

    "Cuk! Kamu satu-satunya cewek di postingannya. Gokil parah, Man!!" Haiden menoleh ke arah Reigha, menahan tawa melihat wajah gusar adik iparnya yang tengah cemburu. Wah wah wah! Jadi begini bentukan seorang Reigha jika cemburu? Sejujurnya Haiden ingin menertawakan penderitaan Reigha yang sedang cemburu ini. Sebab, tertawa di atas penderitaan orang itu adalah hal yang seru bagi Haiden. Namun-- ah, kasihan juga! Bukan kasihan pada Reigha, tetapi kasihan pada nasibnya jika sampai berani menertawakan pria mengerikan ini. Bisa-bisa dia masuk rumah sakit VIP. "Ah, perasaan kamu ajah itu. Tadi buktinya ada kamu, Rebeca sama anak Himpunan lainnya. Berarti bukan aku doang dong.""Iya, tahu. Tapi kan itu foto rame-rame. Fotomu beda, cuma sendiri gitu.""Tolong dong bilangin ke Bagas buat take down fotonya. Takut nanti Mas Batu nisan tahu. Bahaya itu. Bisa hilang akunnya Bagas, Lea. Coba, Mak, chat dia. Bilangin Bagas untuk hap--" Suara Ziea yang cempreng tersebut berhenti, mungkin syok kar

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Lamaran Ditolak?

    "Bodoh!" sinis Haiden. "Cantik," datar Reigha setelah Haiden berbicara. Lea menganga tak percaya, menatap Haiden dan Reigha secara bergantian. "Maksud kalian apa yah?" tanya Lea menampilkan air muka muram. Fix, Reigha mengatainya jelek dan Haiden-- pria ini memang suka menghinanya. "Kau tidak harus memujinya, Rei. Sialan." Haiden mengumpati Reigha. "Hanya menerjemahkan." Reigha mendengkus pelan pada Haiden, lalu dia menoleh ke arah Lea– membuat perempuan itu tergelonjak kaget, seketika pucat pias dan gugup setengah mati. Jujur saja, suami sahabatnya ini sangat tampan, mempesona dan berkarisma. Awal Ziea pernah memperlihatkan foto Reigha, jantung Lea langsung jedag jedug, matanya melotot dan mulutnya menganga. Sangking terpesonanya dia dengan foto Reigha. Sialnya, ketampanan Reigha tertutup oleh aura mengerikan yang menyelimuti pria ini. Di foto Reigha seperti orang benar, tampan dan pria baik serta sopan. Sangat berbeda ketika berhadapan langsung dengan pria ini; tak ada ramahn

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Hukuman Cemburu Panas

    Ceklek'Ziea menoleh ke arah pintu, menatap seorang pria yang masuk begitu saja dalam kamarnya. Ziea kemudian mengalihkan perhatiannya, kembali menatap televisi yang menyala. 'Roman-romannya Mas Rei masih marah sepertinya. Cik, aku harus gimana yah biar bisa terhindar dari kemarahan Mas Reigha?' batin Ziea, mengusap tengkuk– merasa merinding dan panas di tengkuknya. 'Ini orang seperti hantu, ada aura-aura mistisnya.' Dewi batin Ziea ketika merasa jika Reigha berjalan menuju ke arahnya. Pria itu berjalan ke arah Ziea, meraih remot TV lalu mematikan televisi– Ziea hanya bisa memasang air muka pucat pias, muram dan kaku.Reigha mendekatinya, berdiri tepat di depan Ziea yang sudah menyender lesu di sofa– mendongak menatap takut-takut pada suaminya tersebut. "Bagas begitu tampan, heh?" sindir Reigha, berkata dengan nada dingin dan rendah– menatap tajam dan mematikan ke arah istrinya. Ziea menggelengkan kepala secara kuat. "Mas Rei yang tampan," jawabnya dengan mencicit pelan, bagai ana

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Pria Sederhana atau Kaya Raya

    "Mas Reigha, aku bantu?" tawar Ziea dengan langsung menghampiri suminya– berniat membantu Reigha memasang dasi. Namun, Reigha dengan cepat menghindar. Dia buru-buru meraih jas, kemudian segera beranjak dari sana tanpa mengatakan apa-apa pada Ziea. "Mas …-" panggil Ziea, sama sekali tak digubris oleh Reigha. "Cik, dari semalam!! Diamin aku cuma gara-gara Bagas. Kocak! Aku dan suamiku bertengkar gara-gara Bagas, sedangkan Bagas di seberang sana sedang bahagia dengan kehidupannya. Ahahaha! Badut, badut, badut!" ucap Ziea, kesal, frustasi dan dongkol dengan Reigha. Oke, hukumannya adalah didiami oleh suaminya tersebut. ***"Rei, kau dan Ziea ada masalah? Dia mengantarmu tadi pagi tetapi kau tidak merespon sama sekali." Reigha menatap ke arah Aesya, hanya sekilas. "Hanya perasaanmu saja," jawab Reigha, fokus pada layar komputer di meja kerja.Dia sudah sampai di kantor, tengah sibuk dengan tumpukan pekerjaan. Aesya dan Matheo berada di ruangannya, membantu Reigha menyelesaikan pekerja

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Sesuatu Yang Sudah Lama Terlihat

    "Mulai sekarang kamu harus memanggilku Yang Mulai Kakak ipar!" angkuh Lea sembari menatap Ziea dengan air muka antagonis dan arogan. "Kenapa? Kumat lagi yah kamu? Cik, move on dong, Sayang." Ziea memutar bola mata dengan jengah. "Lagian Bagas juga bersedia untuk nikah dengan kamu. Ngapain lagi kamu berharap sama Kak Deden?""Adik ipar lucknat, jaga bicaramu. Atau-- aku kutuk kamu jadi batu!" Lea berucap dramatis, bernada dan tegas– masih menatap Ziea dengan air muka arogan. "Lihat ini--" Dia mengulurkan, memperlihatkan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gelang dari Babang tampan Haiden. Semalam, Beibeb melamarku.""Hah? Ikan Mas ikan hiu, demi apa?" ucap Ziea, antara syok dan tak percaya. "Pantunmu nggak nyambung. Pas belajar B.Indo pasti kamu tidur yah makanya nggak tahu kalau pantun itu harus bersajak ab-ab." Lea menatap nanar ke arah Ziea. "Kalau kamu nggak percaya tanya saja sama Kak Dedenmu itu. Kalau nggak yakin nanya Kak Dedenmu, coba tanya Mas Batu nisanmu. Kar

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Lagi-lagi Tamu Cogan

    Ziea menghela napas sejenak, lalu menceritakan suatu rahasia yang diam-diam ia amati sendiri. Orang tidak ada yang menyadarinya, tetapi Ziea sadar. "Dan saat lebah mulai menyebar, mengejar kalian– di situ kamu lari ke arah berlawanan dari team kalian, bukan?" Lea menganggukkan kepala, membenarkan perkataan Ziea. Betul sekali, dia memang lari ke arah jalan yang salah karena terlalu panik dikejar oleh segerombolan lebah liar. "Kak Deden sebenarnya ingin ke jalan yang satunya, ke tempat Kak Nanda dan Melodi lari. Tetapi karena melihatmu salah jalan, Kak Deden balik dan memilih untuk menyusul kamu. Dari situ saja sudah jelas kalau Kak Deden ada perasaan ke kamu," ucap Ziea. Lea senyum-senyum salah tingkah, mengibas tangan di depan wajah karena ge'er mendengar ucapan Ziea. "Ta--tapi belum tentu kali, Ziea. Orang kami satu team. Bisa saja kan itu cuma perasaan ke-leader-an Babang Haiden makanya dia balik arah untuk menyusulku. Yang namanya ketua kan harus bertanggung jawab sepenuhnya

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Hilangnya Sebuah Nama

    'Lama tidak jumpa, dia semakin cantik.' batin pria itu sembari menatap Lea dan Ziea secara bergantian. "Hal--" Belum sempat pria itu bersuara, tiba-tiba suara pria dewasa yang bariton lebih dulu menyela. "Brigen," panggil Haiden, tiba-tiba muncul entah dari mana. Pria tersebut sontak menoleh ke arah Haiden. "Oh, Haiden. Hai, Dude," sapa pria itu, langsung menghampiri Haiden untuk saling bersalaman. "Kau sepertinya tidak sabar tiba di sini. Jadwal mu datang, harusnya besok. Tetapi … hebat, bisa lebih cepat sehari. Siapa yang kau incar, Heh? Aesya?" Haiden berucap santai, menyunggingkan smirk tipis ke arah Brigen. "Ah. Masih rahasia, Den." Brigen terkekeh pelan. "Reigha di mana? Yang lainnya juga di mana?" tanyanya kemudian. Sebenarnya itu hanya sekedar basa-basi. "Rei masih bekerja. Begitu juga dengan Aesya," jawab Haiden, menoleh secara tiba-tiba ke arah adiknya dan … ah, calon istrinya. "Masuk!" titahnya pada Ziea dan Lea. Ziea mengerutkan kening, menatap Kakaknya dengan dongk

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Extra Part dalam Extra Part

    "Aku mencintaimu, Haiden. Aku ma--mau dijadikan istri kedua atau selingkuhanmu. Plis!" Seseorang yang diam-diam mengintip dari tempatnya, mengepalkan tangan. Lea termenung, berjongkok di balik sebuah tembok. Sejak kemarin dia dan Haiden sudah di penginapan, tempat mereka akan melakukan resepsi pernikahan dengan pasangan Matheo dan Aesya. Malam ini adalah pesta pernikahannya dengan Haiden. Setelah di penginapan ini, Lea dan Haiden memang jarang berinteraksi. Haiden seperti menjaga jarak. Keharusan! Haiden dan dia tidak tidur satu kamar sebab tradisi keluarga suaminya, di mana sebelum acara benar-benar selesai, mereka tidak diperbolehkan satu kamar dan interaksi dibatasi. Tadi malam, Lea tidur dengan sepupu perempuan suaminya–dia benar-benar dijaga. Tradisi aneh, tetapi Lea cukup menyukainya. Kembali ke sekarang. Karena acara akan dimulai dan Lea ingin hadir bersamaan dengan Haiden ke tempat pesta, dia berniat menyusul Haiden. Namun, di tengah jalan dia mendapati suaminya sedang b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [Ending EP]

    "Akhirnya kau menjadi milikku, Azalea," bisik Haiden, setelah memasang cincin di jemari manis istrinya. Setelah itu, dia menarik kecil Lea kemudian mencium kening perempuan yang telah sah menjadi istrinya tersebut. Lea terdiam dengan perasaan aneh yang menyelusup dalam hati, dia hanya merenung–membiarkan Haiden mencium keningnya. Haiden melepas kecupan hangat tersebut, tetapi masih terus menatap wajah cantik Lea. Sayang, perempuan ini sangat pelit–memilih menunduk dibandingkan memperlihatkan kecantikannya pada Haiden. Haiden menangkup pipi Lea secara lembut, mengangkatnya sedikit memaksa–sekarang Lea telah mendongak ke arahnya, menatapnya dengan mata hangat bertabur sparkling. "Hello, Wife," sapa Haiden dengan rendah, tersenyum lembut ke arah Lea. Tak dapat menahan kegembiraan dalam hati, Lea seketika mengibarkan senyuman yang sangat indah. Ada perasaan berdebar ketika Haiden mengatakan hal tadi. Namun, debaran kali ini terasa gembira dan menakjubkan. "Hai, Mas suami," jawab Le

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pernikahan

    "Kau mau kemana?"Haiden berdecak pelan lalu mendengus. Dia berniat putar balik, tetapi suara dingin itu menghentikan niatannya. Dengan raut muka dingin, Haiden memutar tubuh menghadap Reigha. Melihat wajah datar sahabat sekaligus adik iparnya tersebut, Haiden menggaruk telinga. Dia mendengus lalu berjalan ke arah Reigha. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Haiden, menatap curiga pada Reigha. "Ziea," jawab Reigha datar dan singkat, duduk tenang di tempatnya–tak terganggu oleh kehadiran Haiden yang saat ini telah berdiri di sebelahnya. "Kau tidak bertanya kenapa aku di sini?" Haiden menaikkan sebelah alis, bersedekah dingin. Sejujurnya dia menunggu Reigha bertanya hal tersebut padanya. Saat dia berjalan dari mobil hingga ke tempat ini– tepat di sebelah Reigha berdiri, dia sudah memikirkan alasan apa yang akan dia katakan pada Reigha semisal Reigha menginterogasinya. Reigha menoleh malas ke arah Haiden. "Persetan!" jawabnya cukup santai, tetapi menyebalkan secara saksama. Haiden

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Ancaman Daddy

    "Lea sayang, kamu kenapa?""Papa dengar ada keributan di kamarmu, apa terjadi sesua …- Tuan Haiden?!" Mata Denis membelalak, kaget ketika melihat calon menantunya ada di dalam kamar putrinya. "Pria ini menelusup masuk dalam kamar Azalea. Untung aku lebih dulu menelusup ke kamar putrimu, Ayah mertua," ucap Haiden santai, sengaja mengatakan 'putrimu dan Ayah mertua, trik agar om yang merangkap menjadi ayah kekasihnya tersebut tersanjung. 'Anjay, jujur sekali orang ini. Bikin empeduku ketar ketir ajah,' batin Lea, menatap horor dan melongo syok ke arah Haiden. Mulutnya bahkan terbuka lebar, saking tak percayanya dia dengan Haiden. "Oh iya, Nak Haiden. Untung kamu menelusup lebih dulu," jawab Denis cukup riang, mengganti panggilan Tuan pada Haiden menjadi Nak. Hanya menyebut Lea sebagai putrinya dan dipanggil Ayah mertua oleh Haiden, hatinya meluluh–luar biasa senang. "Azalea bilang dia teman ayah," ucap Haiden, melirik sekilas pada tubuh tua yang sudah tak berdaya di lantai. Kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pada Akhirnya Kepergok

    Benni yang telah berhasil mencongkel jendela kamar Lea seketika menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Akhirnya, Lea ku yang cantik dan manis-- malam ini aku mendapatkanmu!" ucap Benni, merasa senang serta tak sabar untuk melaksanakan aksinya. Perlahan dia membuka jendela kamar lalu masuk secara hati-hati serta mengendap-endap. Beruntung kamar Lea minim pencahayaan, jadi dia bisa menyelinap dengan gampang. ***Krek'Mendengar bunyi jendela terbuka secara perlahan, mata Haiden yang sempat terpejam seketika kembali terbuka. Dia menoleh ke arah jendela dalam kamar, matanya bisa dikatakan tajam dalam kegelapan sehingga dia bisa melihat siluet seseorang yang tengah menyelinap masuk ke kamar calon istrinya ini. Alis Haiden menekuk tajam, seketika terpancing amarah–jelas itu siluet seorang laki-laki! Tak mungkin Lea mengundang pria dalam kamar, meskipun sedikit genit tetapi dia kenal betul dengan pribadi calon istrinya. Lea hanya genit diluar, aslinya Lea sangat menjaga diri dsn b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Siasat Jahat

    Klik'Lampu menyala, bersamaan dengan mata Lea yang membelalak–menatap kaget pada sosok pria yang sekarang telah berada di pinggir ranjangnya. Menyadari pakaiannya yang kurang sopan, Lea buru-buru meraih bantal lalu menutupi bagian dada. Piyama yang Lea kenalan cukup seksi pada bagian atas, lengan berbentuk tali–membuat pundak Lea telanjang. "Pak Haiden ngapain ke sini?!" pekik Lea, setengah berbisik dan menggeram. Dia kesal pada pria ini karena kemunculannya membuat Lea merasa takut. Lea pikir siapa?! Tapi-- … hei, Lea sekarang jauh lebih takut. Haiden ada di kamarnya dan … ba--bagaimana bisa? "Kau tidak berbicara denganku ketika kuantar pulang," ucap Haiden santai, duduk lalu berakhir membaringkan diri di ranjang Lea. Lea kembali melototkan mata, kali ini tak menduga jika Haiden menjadikan itu alasan untuk bisa kemari. "Kita sudah bicara dan Pak Haiden sekarang juga pulang.""Aku datang dengan niat baik, Azalea. Kenapa kau mengusirku? Kau tidak suka bertemu denganku?" "Pak, ma

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Datang dalam Kamar

    Brak' Haiden membuka pintu mobil secara kuat, kemudian menarik kasar seseorang dari dalam mobil. "KELUAR!" marah Haiden, membentak perempuan tersebut secara kasar–tak peduli jika yang ia kasari tersebut adalah perempuan. Namanya Haiden Mahendra! Tempramental dan bisa meluapkan kemarahannya pada siapapun–kecuali pada adiknya! Sekarang, Haiden sangat marah karena Lea memilih pulang tanpa diantar olehnya, dan sekarang dia memanfaatkan kemarahannya tersebut pada Melodi–alasan calon istrinya memilih pergi. "Ha--Haiden … argk! Perutku sakit!" pekik Melodi yang sudah tergeletak jatuh di halaman, satu tangan menyangga tubuh dan satu lagi memegangi perut yang terasa kram dan sakit. Bukan penyakit parah, hanya alergi susu dan dia memang sengaja meminum susu supaya bisa cari perhatian pada Haiden. "Persetan!" maki Haiden, segera masuk dalam mobil kemudian buru-buru mengendari mobil–ngebut untuk menyusul Lea. "Haiden!!" teriak Melodi sekencang mungkin, akan tetapi sayang karena Haiden ta

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP]Prioritas?

    Lea akhirnya selamat dari kesalah pahaman Ziea padanya dan Haiden. Reigha menemukan mereka dengan mudah, sedikit marah sebab menganggap Haiden tidak sopan pada Ziea. Yah, sebab Haiden bertelanjang dada! Keduanya mengobrol lalu tiba-tiba Reigha mendadak satu jalur dengan Haiden, melarang Ziea untuk tak mengatakan apa-apa pada siapapun mengenai kejadian di toilet sebab itu bukan urusan Ziea dan dia. Untungnya Ziea sangat patuh pada suaminya, jadi Lea dan Haiden selamat dari bocah kematian bernama Ziea tersebut. "Ini pakaian Ziea, masih baru dan tak pernah dipakai olehnya. Gunakan ini supaya tak ada yang salah paham lagi," ucap Haiden pada Lea, menyerahkan sebuah pakaian baru untuk sang kekasih. Mereka berada di kamar Haiden, terpaksa sebab tempat inilah yang paling aman dari intaian siapapun. Lagipula kamarnya bersebelahan dengan kamar Ziea dan Reigha, sahabat sekaligus sepupu serta iparnya tersebut telah ia suruh berjaga di depan. "Iya, Pak." Lea meraih pakaian tersebut kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Menghilangkan Bukti dan Jejak

    "Aaa--" Lea berteriak namun buru-buru membekap mulut. Dia langsung meringsut ke sudut toilet, merapatkan kemeja pada tubuh sembari menatap pucat pias ke arah Haiden. "Bilang kalau Pak Haiden tidak melihat apapun!" paniknya, lalu buru-buru mengancing kemeja tersebut. Lebih cepat dia membungkus tubuhnya, lebih aman dia dari pria mesum ini. Ternyata oh ternyata! "Jika aku mencopot bramu, aku melihat semuanya," jawab Haiden santai, bersedekap sembari menyunggingkan smirk tipis ke arah Lea. Kini dia telah menghadap ke arah perempuan itu, memperhatikan Lea yang sedang mengancing kemeja secara terburu-buru dengan tatapan yang begitu intens. Pipi Lea memerah–sudah seperti tomat busuk. Dia mengerjab beberapa kali. Kalau dipikir-pikir Haiden tak mungkin se mesun itu. Namun, jika dipertimbangkan secara matang Haiden bahkan pernah hampir kelepasan–hampir merenggut kesuciannya sebab berkunjung dan kebetulan hujan tengah turun. "A--aku tidak peduli, yang penting serangan, Pak Haiden tolong ming

DMCA.com Protection Status