Share

BAB 7

Penulis: VityGether
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-16 15:30:28

PLAK!!

Tamparan keras melayang dari tangan kanan Alma ke pipi Midas. Spontan semua orang terkejut dan melotot tajam melihat itu.

Midas, lelaki paling pintar dan selalu mendapatkan pujian dari semua guru ketika bersekolah. Ayahnya bernama Leonidas. Dokter sangat terkenal, mendapatkan julukan sang Legenda. Ibu Midas kala itu meninggal karena sakit saat melahirkan Midas. Leonidas membesarkan Midas seorang diri.

Midas mewarisi kepintaran ayahnya. Membuat dia sangat populer di sekolah. Mita yang saat itu gadis tercantik dan terpintar membuatnya terpana. Mereka menjalin kasih dan membuat iri semua siswa. Namun, ketika Midas lulus SMA, dia mendadak menuju ke negara J karena perintah ayahnya.

Kepergian Midas membuat Mita sangat frustasi. Perusahaan ayah Mita yang akan mengalami kebangkrutan, membuat Mita harus mau dijodohkan dengan Tomi. Keluarga Tomi sangat kaya. Ayahnya Wakil Kepala rumah sakit di Hospital International dan memiliki beberapa restaurant terkenal di kota.

Rumah sakit Hospital, yang mereka semua ketahui adalah milik Clara, anak angkat Leonidas. Tidak ada yang mengetahui jika Leonidas sangat kaya. Anak tunggal milyader negara J yang sangat berpengaruh dan berkuasa. Dan kini Midas adalah satu-satunya pewaris keluarga besar.

Leonidas menyembunyikan identitasnya dengan alasan yang sama sekali tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Midas.

“Dia ditampar dokter Alma?” Mita mengingat ketika Midas mendadak menarik wanita di sebelahnya dan mencium saat perayaan ulang tahun Brian. “Dia dalam masalah besar,” lanjutnya bergumam.

“Bagaimana bisa … dokter mantan narapidana masuk ke dalam rumah sakit ini?!” teriak Alma. “Kau tidak pantas melakukannya,” lanjutnya sambil menunjuk Midas dengan amarah. “Kau harus pergi.”

“Dia benar!” teriak Tomi. Dia berjalan cepat mendekati Alma. “Dia, pergi tanpa kabar selama bertahun-tahun. Tapi … kembali menjadi narapidana karena membunuh ayahnya sendiri. Dia tidak pantas menjadi dokter,” lanjutnya dengan tersenyum puas. Bagaimana mungkin Tomi akan membiarkan Midas lolos? Dia selalu kalah ketika berada satu sekolah dengan Midas. Apalagi sekarang dia memiliki pertaruhan kepada Midas jika bisa mengalahkannya. Hal itu tidak mungkin terjadi. Tomi tidak akan tinggal diam.

“Apa yang akan terjadi jika narapidana berada di rumah sakit ini? Nama baik rumah sakit yang sangat besar ini akan terancam,” imbuhnya masih tersenyum.

“Semua yang dikatakan benar!” teriak Brian. Dia juga tidak akan pernah membiarkan Midas memiliki kedudukan di atasnya. “Narapidana akan menjadi seorang dokter? Walaupun dia ternyata lulusan kedokteran terbaik di negara J dan memiliki riwayat luar biasa, dia tetap saja penjahat. Membunuh ayahnya sendiri? Bukankah dia psikopat? Lalu … bagaimana bisa seorang psikopat bisa memeriksa pasien? Ah, itu hal buruk.”

“Batalkan pengangkatannya. Ini akan mempengaruhi nama baik rumah sakit. Aku juga tidak mau bekerja sama dengan dokter pembunuh.” Alma berbicara sangat lantang di hadapan semua dokter yang mulai meragukan Midas.

“Baiklah … sudah tidak ada yang dibicarakan lagi. Rapat ini selesai dan–,” ucap Alma terhenti saat seseorang memasuki ruangan. Spontan semua orang berdiri dan menundukkan kepala. 

“Bukankah semua orang mengetahuinya kalau Dokter Midas keluar dari penjara dan terbukti tidak bersalah?” 

Midas sangat terkejut melihat Clara dengan tersenyum berjalan ke arahnya. Tentunya dalam keadaan sehat. Bukankah sangat mustahil melihatnya seperti itu? Padahal kemaren Clara kecelakaan dan koma. 

‘Ternyata dia melakukan ini karena ingin aku kembali. Dasar pembohong.’ Midas membatin sambil menarik napas panjang. Tapi, dia sangat lega keadaan Clara baik-baik saja.

“Dokter yang bisa menyembuhkan anak dari kepala pemerintahan negara J dengan sangat mudah, di saat semua dokter di dunia menyerah. Apa ada yang bisa melakukannya? Kalian semua pasti tahu itu sebuah virus Blood yang sudah diteliti bertahun-tahun dan tidak ada obatnya.” Clara mendekati Midas dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. “Selamat datang, Dokter Midas.”

Dengan ekspresi angker Midas hanya menatap Clara. Dia masih kesal. Bagaimana bisa, dia bisa dibohongi seperti ini? Dan ini sangat keterlaluan.

Sejak Leonidas mengangkat Clara, mereka berdua sangat dekat seperti saudara. Namun, mendadak Clara menghilang ketika Midas sudah berada di negara J. Dia sendiri juga sangat terkejut sang ayah mempercayakan semua kekayaannya kepada Clara. Namun, dia masih juga tidak mengerti dengan semua itu.

“Dokter …,” ucap Clara masih tersenyum ketika Midas tidak segera menerima uluran tangannya dan terdiam memikirkan ini semua.

Clara menghampiri tangan Midas dan menggenggamnya. “Sekali lagi, selamat datang.”

“Ah, iya. Maafkan aku.” Midas menggelengkan kepalanya untuk memusatkan pikirannya kembali. Dia menerima jabatan itu dan mulai tersenyum, lalu mengamati semua dokter yang masih memandangnya.

“Aku, Dokter Midas. Akan bekerja dengan baik di rumah sakit ini.” Kini dia mendekati Alma dan tersenyum. “Dokter Alma, kita akan bekerja sama dengan sangat baik bukan?” Midas mengulurkan tangannya. Namun, Alma malah pergi meninggalkan ruangan itu dengan amarah.

“Walaupun kau anak dari kepala dokter yang aku hormati, kau tetap saja tidak bisa seperti itu!” teriak Clara kesal. Alma spontan menghentikan langkahnya dan kembali membalikkan tubuhnya.

“Pecat saja aku jika memang kau menginginkannya,” balas Clara pelan dengan nada menekan.

“Hahaha,” tawa Clara. “Dokter hebat sepertimu … bagaimana bisa menyerah gara-gara masalah sepele seperti–”

“Hentikan!” teriak Alma. Dia mendekati Clara dan semakin memandang tajam. Dia selama ini adalah wanita sempurna dan anti lelaki. Dia tidak akan pernah membiarkan Clara membuka rahasia apa pun jika menyangkut harga dirinya. “Bukankah rapat ini sudah selesai? Aku harus mengoperasi pasien VVIP. Dia anak menteri. Apa kau akan menahanku di sini?”

“Nyonya Clara, saya pikir ini berlebihan. Dokter Alma sangat sibuk. Kita sebaiknya mulai bekerja.”

Alma semakin tidak percaya Midas tersenyum ke arahnya sambil mengangkat salah satu alisnya, seakan menggodanya.

“Baiklah. Rapat selesai. Aku harapkan semua orang di sini memperlakukan Dokter Midas dengan baik,” lanjut Clara sambil menatap tajam Brian.

Semua orang menganggukkan kepalanya, sebelum Clara meninggalkan ruangan.

Sementara, Midas tersenyum saat semua orang melewatinya. Dia mendadak memajukan kaki kanannya saat Tomi akan melewatinya dengan Brian.

“Ah, aku sangat bersemangat. Hari ini akan ada yang membersihkan sepatuku dengan …”

“Midas! Aku–,” teriak Tomi, namun ucapannya berhenti saat Brian menarik lengannya.

“Biarkan tikus ini berkeliaran di rumah sakit ini. Kita akan membasminya pelan-pelan … hingga dia tidak akan pernah sanggup lagi untuk hidup,” imbuh Brian sambil menatap tajam Midas. Dia berjalan keluar dengan amarah diikuti Tomi.

“Bagaimana dengan kopi pertama yang akan kau antar di ruanganku, Brian?” balas Midas. 

Sejenak Brian menghentikan langkahnya. Hingga dia melanjutkan langkahnya lagi saat mendengar Midas tertawa keras.

“Ah, ternyata kau meninggalkan aku karena menjadi seorang dokter? Hmm, kenapa aku sangat bodoh sekali. Seharusnya aku sadar. Ayahmu dokter hebat. Kau … tentu saja juga akan mewarisinya.” 

Hanya Mita yang masih berada di sana. Dia mendekati Midas, lalu menatap sambil bersedekap.

“Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Kau sudah memenangkan semuanya. Mereka tidak bisa berkutik lagi denganmu. Kau kepala dokter sekarang. Ah, aku sangat terkejut.”

“Mita, aku tahu kau pasti akan mendukungku.”

“Siapa bilang?” Mita tertawa dengan sangat keras. “Hahaha! Aku akan tetap marah denganmu. Dan aku … membencimu, Midas!” teriak Mita lalu meninggalkan Midas begitu saja.

“Ah, ini mulai sangat menyebalkan.” Midas berjalan cepat keluar ruangan dan akan mencari ruangannya.Langkahnya terhenti ketika menatap semua keramaian di dalam rumah sakit yang sangat luas dan megah ini. Dia sejenak mengingat sang ayah karena kegigihannya membangun bangunan ini dari nol.

“Baiklah. Midas … kau harus kuat dan menghadapi semua apa pun resikonya,” gumamnya pelan sebelum dia akan berjalan melewati semua suster dan dokter, serta pasien di rumah sakit itu.

“Aku akan memulai pertarungan ini, Ayah. Aku akan menemukan dalang semua masalah ini.”

MIdas mulai berjalan dengan santai. Senyuman tampan Midas membuat semua suster maupun pengunjung wanita terpana dengan ketampanannya. Rambut gondrong hitam sebahu, malah membuat ketampanannya sempurna.

Midas terus melangkah, hingga kakinya terhenti saat berada di depan ruangan yang akan menjadi miliknya.

“Mencari ruangan ini sangat mudah. Pengawal Clara sangat membantuku tadi malam.” 

Midas mulai akan masuk ke dalam ruangannya. Dengan santai dia membuka ruangan itu. Tapi, langkahnya terhenti ketika melihat Alma berbicara dengan seseorang yang sangat dia cari, yang saat itu ditunjukkan Clara melalui ponsel.

“Dia …”

Bab terkait

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 8

    Seorang wanita tersenyum ke arahnya. Menghentikan pembicaraan serius yang sebelumnya dia lakukan dengan Alma.Dengan sangat seksi, wanita itu berjalan ke arah Midas yang masih bergeming kaku dengan keringat dingin.‘Dia yang berada di sana saat aku melihat ayahku mati. Aku tidak salah lihat. Dia adalah wanita itu.’ Midas mengepalkan kedua tangannya. Senyuman sinis ketika wanita itu menatapnya sebelum dia pingsan delapan tahun lalu, selalu membayangi pikirannya. Clara memang benar. Kembali ke rumah sakit itu dan akan menemukan jawabannya. ‘Aku … tidak akan pernah melepaskannya. Tidak akan pernah!’“Dokter terbaik di Negara J. Lulusan terbaik dan berhasil menyembuhkan penyakit langka. Hmm satu lagi–,” ucapnya terhenti sejenak. Kedua mata hitam berlensa abu wanita itu semakin menatap tajam Midas. “Anak Dokter Leonidas yang sangat hebat. Sayangnya … sang legenda sudah mati,” imbuhnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.Midas masih menatapnya tajam. Tubuhnya bergetar. Seketik

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 9

    Midas tersenyum sambil berjalan mendekati pasien yang sudah terbaring dalam keadaan tertidur. “Apa kau yang menangani pasien ini, Mita?” tanya Midas lalu meletakkan koper hitam berisi semua alat penting untuk membedah pasien yang sudah dia rawat dan steril. Semua alat warisan Leonidas yang selalu dia simpan. Awalnya Midas menganggap semua alat itu hilang ketika dia berada di penjara. Tapi, saat dia keluar dari rumah Brian dan sampai di apartemen mewah yang sudah disiapkan Clara, dia sangat senang melihat koper itu sudah berada di atas meja dalam keadaan sangat baik. Ternyata Clara merawatnya selama ini.Saat itu para pengawal utusan Clara menjemput Midas ketika dia berhasil keluar dari rumah Brian diam-diam. Mereka membawa Midas menuju tempat tinggalnya yang baru. Apartemen kelas atas sangat eksklusif yang berada di lantai paling atas. Di sana, Midas merenung sepanjang malam untuk menunggu hari esok. Hari sangat penting dalam hidupnya untuk memulai pembalasan dendam dan asal mula kej

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 10

    Satu hal yang bisa dilakukan Midas saat ini hanya bersabar dengan semua keadaan di hadapannya, walaupun itu sangat mengejutkannya.“Dokter …,” ucap Midas sambil membaca nama Dokter Tamrin di name tag yang berada di kemeja putih ayah Tomi sebelah kanan. “Oh, aku ingat. Dulu kau adik kelas ayahku. Dan kau pernah ke rumahku untuk meminta bantuan bukan? Ah … aku saat itu masih kecil.” Midas masih saja menunjukkan sikap tenang. Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. “Aku tahu kau pengagum ayahku. Bagaimana mungkin kau melempar nama ayahku ke sembarang tempat bukan? Hahahaha. Kau pintar sekali bercanda.”“Midas!” teriak Tomi. Dia menunjuk Midas dengan amarah. “Dia adalah wakil kepala di rumah sakit ini. Dia yang berkuasa di sini dan kita hanya bisa patuh dengannya. Jaga kesopananmu,” lanjutnya dengan suara lantang.“Baiklah Tuan Tamrin. Apa yang bisa aku lakukan? Ayahku saja kau lempar keluar. Apalagi aku? Hmm, aku minta maaf,” balas Midas masih saja tersenyum sambil menyodorkan telapak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 1

    “Heh, Otak Udang! Matamu buta ya? Tidak lihat rumah perlu dibereskan?”Midas tidak menyahut mendengar teriakan itu. Namun, ia langsung datang sambil membawa plastik hitam besar dan membereskan kekacauan yang ada.Malam semakin larut di kediaman keluarga Lupes. Mereka sekeluarga baru saja mengadakan pesta.Anak lelaki pertama mereka telah diangkat menjadi dokter di rumah sakit terbaik International Hospital. Jelas saja mereka sangat senang. Untuk masuk ke sana tidaklah mudah. Hanya dokter pilihan dengan prestasi luar biasa yang dapat masuk ke sana.Karena acara itu, tentu saja rumah sangat berantakan dan dipenuhi sampah."Jangan lupa semua baju yang berada di belakang. Lalu semua piring yang kotor. Cuci semua. Jangan sampai ada yang tersisa."Midas hanya mengangguk mendengar perintah dari anak pertama keluarga itu, Brian, yang saat ini tengah mabuk.Namun, saat ia hendak memasukkan semua sampah dan botol bir yang berserakan di depan kolam renang, Brian tiba-tiba saja menendangnya denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 2

    Midas melirik si wanita yang biasa dia panggil Clara. Sangat tidak asing baginya. Sudah sangat lama dia meninggalkan masa lalunya dan lebih memilih menjadi lelaki rendahan untuk bertahan hidup."Untuk apa kau kembali? Pergi saja," balas Midas singkat dengan ekspresi dingin.Wanita itu menatap Midas. Matanya sangat tidak tenang. Dia tahu apa yang dialami Midas. Namun, dia juga harus melakukan tugasnya."Dokter Midas. Saya tahu penderitaan Dokter. Justru saya ke sini ingin menyelamatkan Dokter--""Diam!!" teriak Midas keras. Clara pun spontan membungkam ucapannya.Midas mendekatinya, kemudian memegang kedua pundak wanita itu. Dia menunjukkan tatapan yang dingin. Tersirat dendam di sana."Kalian sudah membuat aku menjadi manusia paling biadap di bumi ini. Sekarang, ingin aku kembali? Untuk apa?!" Midas melepaskan tangannya dengan kasar, lalu mengentakkan keras. "Pergilah, dan biarkan aku menjalani hidupku sendiri.""Baiklah ...," balas Clara. Dia mendekati Midas, "aku tahu siapa yang mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 3

    "Ada apa ini?" Dokter itu menatap sambil mengernyit. "Kenapa kalian?" tanyanya lagi sambil menunjuk dua suster yang masih tak bisa berkata-kata.Ardi menggelengkan kepala untuk memusatkan pikirannya kembali. Dia sendiri juga kebingungan. Namun, yang terpenting ibunya selamat."Dokter. Ya, kamu dokter yang barusan dihubungi?" tanya Ardi. Dokter itu menganggukkan kepala dan masih tidak mengerti."Maafkan saya, Dokter," ucap salah satu suster. "Tadi Dokter datang dan kami melakukan operasi. Tapi, kenapa dokter mengatakan baru datang?""Hei, aku memang baru datang. Bagaimana mungkin aku bisa datang setelah kau menghubungiku? Rumahku lumayan jauh. Cepat katakan. Ada apa ini?""Ya, seperti yang dia katakan," sela Ardi. Dia mendekati dokter itu yang masih kebingungan. "Anda datang dan melakukan operasi."Dokter itu terdiam kaku. Dia tidak bisa menerima ini."Dokter gadungan sudah menggantikan aku. Dia tak mungkin melarikan diri bukan?" Dokter itu meninggalkan Ardi bersama dua suster yang mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 4

    Mita semakin mengamati Midas. Lelaki itu terlihat sangat pucat saat Clara masuk dengan tubuh dipenuhi darah di atas brankar dorong.'Clara, apa yang kau lakukan?'Midas memegang kepalanya. Sangat panik. Dia mengikuti para dokter dan suster masuk ke dalam ruang operasi. Tentu saja dia tidak akan pernah masuk ke dalam, karena suster menahannya. Midas hanya bisa menunggu di luar dan bersembunyi."Kenapa kau?" tanya Mita mengejutkan Midas.Mulut Midas masih tertutup rapat. Dia tidak akan pernah mengatakan apa pun. Walaupun Mita semakin menatap tajam dan mendekatinya."Apa kau mengenal Clara?" tanyanya kembali dengan kedua alis mengerut dalam. Midas masih saja bergeming kaku. "Sudah jelas kau menyebutkan namanya dengan keras.""Aku harus pulang. Aku tidak mengenal Clara," balas Midas menunduk. Dia bergegas untuk pergi dari sana. Langkah itu terhenti karena Mita menahan lengannya."Ke mana kau selama ini, Midas? Kau meninggalkanku begitu saja hampir 10 tahun. Lalu, kau kembali sebagai narap

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 5

    Midas menarik lengan Ardi dan menggelengkan kepala. Dia tidak mau mencari masalah dengan Brian."Hahaha. Baiklah, jika dia bisa mengalahkan Tomi, aku akan menjadi pelayan seumur hidupnya," balas Brian sambil tertawa dan berkacak pinggang."Ah, aku tidak sabar melihatnya." Ardi kembali menepuk pundak kanan kakaknya. Lalu mengajak Midas pergi dari sana.Midas segera mengikuti Ardi dan masuk ke dalam mobil. Melihat perlakuan Brian, akhirnya Midas memantapkan hatinya untuk kembali.Semalaman, Midas semakin tidak tenang. Waktu sangat dekat, dan dia harus mengungkap identitasnya. Apalagi dia akan bekerja dengan Mita. Wanita yang dia tinggalkan begitu saja."Mita, maafkan aku," gumamnya dan terlelap.Pagi mendadak datang. Midas mendadak terbangun. Dia mendengar ketukan pintu. Dengan cepat dia membukanya."Bangun pemalas!" Tamparan kembali dia dapatkan dari Brian. "Apa kau lupa aku berulang tahun hari ini? Ah, kenapa aku berbicara dengan lelaki bodoh seperti dirimu. Cepat bantu semua pelayan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07

Bab terbaru

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 10

    Satu hal yang bisa dilakukan Midas saat ini hanya bersabar dengan semua keadaan di hadapannya, walaupun itu sangat mengejutkannya.“Dokter …,” ucap Midas sambil membaca nama Dokter Tamrin di name tag yang berada di kemeja putih ayah Tomi sebelah kanan. “Oh, aku ingat. Dulu kau adik kelas ayahku. Dan kau pernah ke rumahku untuk meminta bantuan bukan? Ah … aku saat itu masih kecil.” Midas masih saja menunjukkan sikap tenang. Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. “Aku tahu kau pengagum ayahku. Bagaimana mungkin kau melempar nama ayahku ke sembarang tempat bukan? Hahahaha. Kau pintar sekali bercanda.”“Midas!” teriak Tomi. Dia menunjuk Midas dengan amarah. “Dia adalah wakil kepala di rumah sakit ini. Dia yang berkuasa di sini dan kita hanya bisa patuh dengannya. Jaga kesopananmu,” lanjutnya dengan suara lantang.“Baiklah Tuan Tamrin. Apa yang bisa aku lakukan? Ayahku saja kau lempar keluar. Apalagi aku? Hmm, aku minta maaf,” balas Midas masih saja tersenyum sambil menyodorkan telapak

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 9

    Midas tersenyum sambil berjalan mendekati pasien yang sudah terbaring dalam keadaan tertidur. “Apa kau yang menangani pasien ini, Mita?” tanya Midas lalu meletakkan koper hitam berisi semua alat penting untuk membedah pasien yang sudah dia rawat dan steril. Semua alat warisan Leonidas yang selalu dia simpan. Awalnya Midas menganggap semua alat itu hilang ketika dia berada di penjara. Tapi, saat dia keluar dari rumah Brian dan sampai di apartemen mewah yang sudah disiapkan Clara, dia sangat senang melihat koper itu sudah berada di atas meja dalam keadaan sangat baik. Ternyata Clara merawatnya selama ini.Saat itu para pengawal utusan Clara menjemput Midas ketika dia berhasil keluar dari rumah Brian diam-diam. Mereka membawa Midas menuju tempat tinggalnya yang baru. Apartemen kelas atas sangat eksklusif yang berada di lantai paling atas. Di sana, Midas merenung sepanjang malam untuk menunggu hari esok. Hari sangat penting dalam hidupnya untuk memulai pembalasan dendam dan asal mula kej

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 8

    Seorang wanita tersenyum ke arahnya. Menghentikan pembicaraan serius yang sebelumnya dia lakukan dengan Alma.Dengan sangat seksi, wanita itu berjalan ke arah Midas yang masih bergeming kaku dengan keringat dingin.‘Dia yang berada di sana saat aku melihat ayahku mati. Aku tidak salah lihat. Dia adalah wanita itu.’ Midas mengepalkan kedua tangannya. Senyuman sinis ketika wanita itu menatapnya sebelum dia pingsan delapan tahun lalu, selalu membayangi pikirannya. Clara memang benar. Kembali ke rumah sakit itu dan akan menemukan jawabannya. ‘Aku … tidak akan pernah melepaskannya. Tidak akan pernah!’“Dokter terbaik di Negara J. Lulusan terbaik dan berhasil menyembuhkan penyakit langka. Hmm satu lagi–,” ucapnya terhenti sejenak. Kedua mata hitam berlensa abu wanita itu semakin menatap tajam Midas. “Anak Dokter Leonidas yang sangat hebat. Sayangnya … sang legenda sudah mati,” imbuhnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.Midas masih menatapnya tajam. Tubuhnya bergetar. Seketik

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 7

    PLAK!!Tamparan keras melayang dari tangan kanan Alma ke pipi Midas. Spontan semua orang terkejut dan melotot tajam melihat itu.Midas, lelaki paling pintar dan selalu mendapatkan pujian dari semua guru ketika bersekolah. Ayahnya bernama Leonidas. Dokter sangat terkenal, mendapatkan julukan sang Legenda. Ibu Midas kala itu meninggal karena sakit saat melahirkan Midas. Leonidas membesarkan Midas seorang diri.Midas mewarisi kepintaran ayahnya. Membuat dia sangat populer di sekolah. Mita yang saat itu gadis tercantik dan terpintar membuatnya terpana. Mereka menjalin kasih dan membuat iri semua siswa. Namun, ketika Midas lulus SMA, dia mendadak menuju ke negara J karena perintah ayahnya.Kepergian Midas membuat Mita sangat frustasi. Perusahaan ayah Mita yang akan mengalami kebangkrutan, membuat Mita harus mau dijodohkan dengan Tomi. Keluarga Tomi sangat kaya. Ayahnya Wakil Kepala rumah sakit di Hospital International dan memiliki beberapa restaurant terkenal di kota.Rumah sakit Hospital,

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 6

    Seperti biasanya, pesta berakhir dengan sangat berantakan. Brian mendadak terbangun dari kursi sofa. Dia berjalan sempoyongan ketika tanpa sadar hari sudah memasuki pagi hari. Dia terbangun karena ponselnya berdering."Halo."(Apa kau sudah gila? Jam berapa ini? Apa kau lupa kalau hari ini ada dokter dari lulusan universitas terbaik negara J akan datang? Dokter yang sudah menyelamatkan anak gadis kepala pemerintahan. Cepat datang!)Brian tak percaya dirinya akan sangat berantakan. Teriakan Tomi membuatnya tersadar."Midas!" teriaknya keras. "Akan aku bunuh dia! Midas!" Brian kembali terjatuh di atas sofa. Tubuhnya masih lemas akibat alkohol."Dia sudah pergi," ucap Ardi mengejutkannya."Apa maksudmu?" Brian berusaha membuka kedua matanya."Dia sudah pergi dan memang itu yang harus dia lakukan. Dari pada di sini mendapatkan kemarahanmu. Hmm, sebaiknya kau cepat pergi ke rumah sakit. Apa kau tidak mau tahu siapa dokter hebat itu?"Ardi tersenyum melihat Brian sangat panik dan berlari ke

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 5

    Midas menarik lengan Ardi dan menggelengkan kepala. Dia tidak mau mencari masalah dengan Brian."Hahaha. Baiklah, jika dia bisa mengalahkan Tomi, aku akan menjadi pelayan seumur hidupnya," balas Brian sambil tertawa dan berkacak pinggang."Ah, aku tidak sabar melihatnya." Ardi kembali menepuk pundak kanan kakaknya. Lalu mengajak Midas pergi dari sana.Midas segera mengikuti Ardi dan masuk ke dalam mobil. Melihat perlakuan Brian, akhirnya Midas memantapkan hatinya untuk kembali.Semalaman, Midas semakin tidak tenang. Waktu sangat dekat, dan dia harus mengungkap identitasnya. Apalagi dia akan bekerja dengan Mita. Wanita yang dia tinggalkan begitu saja."Mita, maafkan aku," gumamnya dan terlelap.Pagi mendadak datang. Midas mendadak terbangun. Dia mendengar ketukan pintu. Dengan cepat dia membukanya."Bangun pemalas!" Tamparan kembali dia dapatkan dari Brian. "Apa kau lupa aku berulang tahun hari ini? Ah, kenapa aku berbicara dengan lelaki bodoh seperti dirimu. Cepat bantu semua pelayan

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 4

    Mita semakin mengamati Midas. Lelaki itu terlihat sangat pucat saat Clara masuk dengan tubuh dipenuhi darah di atas brankar dorong.'Clara, apa yang kau lakukan?'Midas memegang kepalanya. Sangat panik. Dia mengikuti para dokter dan suster masuk ke dalam ruang operasi. Tentu saja dia tidak akan pernah masuk ke dalam, karena suster menahannya. Midas hanya bisa menunggu di luar dan bersembunyi."Kenapa kau?" tanya Mita mengejutkan Midas.Mulut Midas masih tertutup rapat. Dia tidak akan pernah mengatakan apa pun. Walaupun Mita semakin menatap tajam dan mendekatinya."Apa kau mengenal Clara?" tanyanya kembali dengan kedua alis mengerut dalam. Midas masih saja bergeming kaku. "Sudah jelas kau menyebutkan namanya dengan keras.""Aku harus pulang. Aku tidak mengenal Clara," balas Midas menunduk. Dia bergegas untuk pergi dari sana. Langkah itu terhenti karena Mita menahan lengannya."Ke mana kau selama ini, Midas? Kau meninggalkanku begitu saja hampir 10 tahun. Lalu, kau kembali sebagai narap

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 3

    "Ada apa ini?" Dokter itu menatap sambil mengernyit. "Kenapa kalian?" tanyanya lagi sambil menunjuk dua suster yang masih tak bisa berkata-kata.Ardi menggelengkan kepala untuk memusatkan pikirannya kembali. Dia sendiri juga kebingungan. Namun, yang terpenting ibunya selamat."Dokter. Ya, kamu dokter yang barusan dihubungi?" tanya Ardi. Dokter itu menganggukkan kepala dan masih tidak mengerti."Maafkan saya, Dokter," ucap salah satu suster. "Tadi Dokter datang dan kami melakukan operasi. Tapi, kenapa dokter mengatakan baru datang?""Hei, aku memang baru datang. Bagaimana mungkin aku bisa datang setelah kau menghubungiku? Rumahku lumayan jauh. Cepat katakan. Ada apa ini?""Ya, seperti yang dia katakan," sela Ardi. Dia mendekati dokter itu yang masih kebingungan. "Anda datang dan melakukan operasi."Dokter itu terdiam kaku. Dia tidak bisa menerima ini."Dokter gadungan sudah menggantikan aku. Dia tak mungkin melarikan diri bukan?" Dokter itu meninggalkan Ardi bersama dua suster yang mas

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 2

    Midas melirik si wanita yang biasa dia panggil Clara. Sangat tidak asing baginya. Sudah sangat lama dia meninggalkan masa lalunya dan lebih memilih menjadi lelaki rendahan untuk bertahan hidup."Untuk apa kau kembali? Pergi saja," balas Midas singkat dengan ekspresi dingin.Wanita itu menatap Midas. Matanya sangat tidak tenang. Dia tahu apa yang dialami Midas. Namun, dia juga harus melakukan tugasnya."Dokter Midas. Saya tahu penderitaan Dokter. Justru saya ke sini ingin menyelamatkan Dokter--""Diam!!" teriak Midas keras. Clara pun spontan membungkam ucapannya.Midas mendekatinya, kemudian memegang kedua pundak wanita itu. Dia menunjukkan tatapan yang dingin. Tersirat dendam di sana."Kalian sudah membuat aku menjadi manusia paling biadap di bumi ini. Sekarang, ingin aku kembali? Untuk apa?!" Midas melepaskan tangannya dengan kasar, lalu mengentakkan keras. "Pergilah, dan biarkan aku menjalani hidupku sendiri.""Baiklah ...," balas Clara. Dia mendekati Midas, "aku tahu siapa yang mem

DMCA.com Protection Status