Share

Senja itu belum redup
Senja itu belum redup
Author: UciHarta

Dia Kirana

Author: UciHarta
last update Last Updated: 2021-06-15 13:56:04

    "Na..." terdengar suara seorang perempuan memanggil sebuah nama.

    "Nana, tunggu!" terdengar lagi ia berteriak sambil berlari agar seseorang yang ia panggil Nana itu mendengarnya.

     

    "Apa sih Del? aku lagi buru-buru ni,  udah di tungguin papaku." akhirnya wanita yang bernama Nana itu menjawab.

     "Tapi Na, hampir tiap hari lo di jemput papa lo. Gue kan pengen gitu jalan sama lo. Lo kan uda gede' , masa iya terus-terusan di pantau papa lo," kata wanita itu yang ternyata bernama Dela sembari menghampiri Nana.

    "iya, ntar aku kalau ada waktu pasti aku bilang ke orang tuaku buat ngizinin. Kita jalan, nonton bioskop, makan. oke!" jawab Nana

     

     "Tapi kap..?"

     "Udah ya, aku mau cepet ni. Nanti Papaku marah kalau lama. Bye!" tangkas Nana sembari ia berlari kecil meninggalkan Dela.

    Dela menghentikan langkah nya. Ia hanya memandang sahabat nya yang berlari-lari kecil dan mulai hilang dari pandangan.

   "Anak mami." kata Vina dengan suara yang pelan. dari sudut mata nya terlihat tanda kekecewaan nya.

   Kirana Andini atau yang lebih sering di panggil Nana. Seorang gadis SMA yang memiliki wajah yang manis. Dengan tinggi badan 158 cm dan memiliki tubuh yang sedikit berisi. Rambut nya yang hitam, panjang namun selalu dia ikat atau gulung. Kulitnya sedikit gelap karena memang ia tidak terlalu suka merawat diri.

***

Keesokan harinya.

  

    "Baiklah anak-anak, waktu pelajaran telah berakhir. Tugas kalian akan saya kumpulkan besok." Seru buk ratna. Guru kelas 3b SMA Gemilang Jaya, yang kemudian di sambut oleh anak muridnya.

   "Baik bu." jawab semua murid serentak.

   Sejurus kemudian Buk Ratna meninggalkan kelas tersebut dan satu persatu anak muridnya menyusul keluar.

   Di sebuah meja tepatnya meja paling depan sebelah kanan, terlihat seorang wanita yang sedang merapikan buku bukunya.

   "Na, sore ini kita makan bakso yuk!" kata seorang wanita yang menghampirinya dari belakang. wanita itu adalah temannya Dela.

   "Ya ampun Del, kamu gak denger tadi kata buk Ratna? tugas ini besok harus di kumpulkan, Eh kamu malah mikirin makan bakso." jawab wanita berkaca mata itu yang tak lain adalah Kirana. 

Wajahnya yang berminyak dan berkeringat membuat ia terlihat sesekali menaikkan kaca mata yang menuruni hidungnya yang kurang mancung.

    "Aduh Na, kita kan cuma makan bakso, gak sampai berjam jam. Malam kan bisa di kerjain tuh tugas. Aku bayarin deh!" Kata Dela lagi.

   "Tapi,,," kata Nana dengan nada yang terlihat kurang menyukai ajakan sahabatnya itu.

  "Ayolah Na, Please,,," rayu Dela.

  "Huft,,," Terlihat Nana menarik nafasnya.

  "Oke oke, iya aku mau. Nanti sore kita ketemu di warung pak yono." akhirnya Nana mengiyakan ajakan itu.

   "Yes!" seru Dela girang sambil menggerakkan tangannya untuk merangkul Nana.

   "Lo emang sahabat gue yang pa,,,ling baik."

Sejurus kemudian Dela berjalan ke pintu keluar kelas.

   "Oke sampai jumpa nanti ya," kata Dela sambil melambaikan tangannya.

   Nana hanya tersenyum dan kembali melanjutkan menyusun buku bukunya. Lalu memasukkannya ke dalam ransel.

    Sore itu suasana nya begitu cerah. Nana sudah siap untuk menepati janji Dela. 

     Dengan mengenakan style favoritenya T-shirt dan celana jeans, ia terlihat sedikit lebih berisi. Rambutnya yang panjang ia gulung asal. Dan tak lupa kaca mata yang setia menemaninya selama ini. 

      walau terkadang banyak temannya yang mengatakan ia sedikit cupu dengan kaca mata itu.

     "Huft,,," terdengar Nana menghela nafasnya. Ia tak habis fikir mengapa ada saja temannya yang mengkritik penampilannya.

    "Nana, lo museum kan aja deh kaca mata tu! cupu banget tau!"

    "iya. Gimana mau punya pacar? jaga penampilan aja gak bisa."

    "Mending lo kurusin dikit deh badan lo tu!"

     Perkataan perkataan itu yang sering di lontarkan kepadanya. ada saja yang salah dari dirinya.

     Bahkan ketika ia pernah menyukai seseorang yang satu sekolah dengannya, cinta nya tak bersambut hanya karena pria itu menganggap dia tidak termasuk dalam kriteria wanita idamannya.

     Dari situ Nana merasa bahwa ia tidak ingin mengenal cinta. Ia merasakan begitu sakitnya mencintai seseorang yang pada akhirnya orang itu menolak hanya karena fisik.

     Namun entah mengapa ia tidak berniat untuk mengubah penampilannya. Mungkin belum berniat lebih tepatnya.

     Kirana sosok gadis yang lugu. Mungkin karena semasa kecilnya ia tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa. Ia anak satu satunya dari ayahnya yang bernama Pak Wijaya dan Ibunya yang bernama Buk Risty. Namun kedua orang tuanya tak jarang pergi keluar kota karena tuntutan pekerjaan. Sehingga mereka merasa lebih baik jika Kirana tinggal dan bersekolah di Desa.

      Dan ketika Kirana memasuki Sekolah Menengah Atas, barulah ia kembali ke Ibu Kota untuk meneruskan pendidikannya.

Jadi tak heran jika cara penampilannya adalah cara yang memang ia terapkan semasa di Desa.

      Sebenarnya ia merasa berat untuk meninggalkan Desa. Banyak kenangan yang ia dapatkan disana. Dari Suasananya, Budayanya, dan yang lebih penting adalah cara teman teman yang memperlakukannya dengan baik.

      Dan kini ketika ia berada di kota, keadaan nya jauh berbeda. Hujatan telah menjadi seperti aktivitas yang biasa.

     "Huft..." Terdengar Kirana kembali menghela nafasnya. Dan kali ini di iringi dengan setetes air mata yang terjatuh ke pipinya.

Mungkin ia kembali mengingat sosok Adit yang pernah melukai perasaannya.

      "Apa harus semua perempuan itu berpenampilan oke, good looking, supaya bisa di cintai?" teriak Kirana dalam hati.

      "I want you to the bone. Take me home i'm fallin...." terdengar sebuah lagu yang ternyata berasal dari handphone Nana. Itu panggilan nada dering, dan ternyata Dela yang menelfonnya.

     "Halo Na, lo dimana sih? gue uda nungguin lo 15 menit." Tanya Dela.

     "Oh iya iya I'm Coming," jawab Nana dan dengan segera ia mematikan telfonnya. Ternyata lamunannya membuat waktunya berlalu dengan cepat.

       Bergegas dia mengambil tas dan sepatunya, lalu meninggalkan rumah menuju warung tempat dimana Dela sudah menunggu.

***

     Dari kejauhan Nana melihat wajah Dela yang sedikit cemberut. Bahkan saat ia melambaikan tangannya, Dela menjawab dengan senyuman pahit.

     "Kemana aja sih lo? gue udah nungguin lama. Sampai-sampai orang-orang yang makan disini tu ngeliatin gue. Mereka fikir gue cuma mau numpang Wi-Fi pak Yono." kata Dela dengan ketus sambil melirik orang-orang di sekitarnya.

     "Ia sorry, aku tadi ketiduran." jawab Nana sambil tersenyum memperlihatkan giginya.

     "Sorry, sorry. untung gak gue tinggal pulang lo,"

    Akhirnya mereka memesan 2 mangkuk Mie ayam bakso dan 2 gelas jus jeruk. Setelah memesan makanan, mereka kembali berbual.

    "Liat deh, kebanyakan yang makan disini para Couple. Enak banget kan?" bisik Dela sambil matanya melirik lagi ke sekelilingnya.

    "Iya sih. Kalau ceweknya gak habis, Pacarnya bisa ngabisin. Kalau Mie ayamnya banyak tulangnya, Cowoknya aja yang suruh telan tuh tulang." jawab Nana polos.

     "ishh Nana. Gue serius! "

     "iya iya, maaf. Ya mau gimana lagi dong, resiko jomblo,"

     "Emang lo gak pengen pacaran?" tanya Dela.

      "Iya nanti, ada saatnya." jawab Nana.

      Dan Mie ayam bakso yang mereka pesan pun akhirnya datang. Dengan lahap mereka memakannya. 

      Warung pak Yono adalah tempat favorite mereka jika ingin memakan Bakso atau Mie ayam. Rasanya memang Lezat dan Pak Yono memang sudah kenal dengan mereka.

    Disaat tengah menikmati makanannya, Nana melirik seorang pria yang duduk sendirian di meja pojok sebelah kiri. Seketika ia merasa ada yang aneh di hatinya. Ia terpesona pada wajah pria tersebut.

     "Pestt..!" Nana menyenggol tangan Dela dan mengisyaratkan untuk melihat pria itu.

     "Bayu? itu kan Bayu anak 3a. Masa lo gak kenal?"

     "Enggak. Kok bisa ya aku gak kenal dia?" kata Dela.

      "Ya iyalah. Lo kan sibuk belajar, belajar dan belajar,"

      "Ish, gak gitu juga kali Del," jawab Nana. Sedangkan matanya tetap memandang ke arah sosok pria yang bernama Bayu itu.

      Mengetahui hal itu, Dela pun memanggil Bayu untuk bergabung dengan mereka. Bayu pun menghampiri meja dan duduk di sebelah Dela. Ketika Bayu menghulurkan tangannya dan saat mata bertentang mata, Nana menerka-nerka apakah ia sedang merasakan cinta lagi? cinta yang selama ini ia tepis jauh.

Cinta yang ia fikir tidak ingin dirasakan lagi.

     "Bayu,"

     "Nana." jawab Nana.

     "Kok lo sendirian Yu? Cewek lo mana?" tanya Dela yang memang telah mengenal Bayu.

     "Uda putus. 6 bulan yang lalu,"

     "Wah cocok deh kalau gitu. Nana juga lagi jomblo ni," usik Dela sambil mencubit tangan Nana pelan.

      "Ish apaan sih kamu Del." kata Nana. Ia tersipu malu.

     Bayu yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Lalu mereka bertiga pun kembali melahap makanan yang berada dihadapan mereka tanpa berbicara lagi.

     Tak disangka ternyata Bayu membayar makanan Nana dan Dela juga. Awalnya mereka menolak, namun Bayu memaksa dan berkata bahwa mereka bisa mentraktirnya di lain waktu.

Mereka pun setuju.

     Setelah itu Dela bergegas pulang terlebih dahulu. Sementara Nana masih menunggu Grab online yang telah di pesannya. Bayu menemaninya sambil berbual.

     "Kenapa kamu gak pacaran, Na?" tanya Bayu memecah kebisuan.

     "Belum ketemu yang cocok aja. yang bisa menerima aku apa adanya." jawab Nana polos.

"Cowok sekarang kan mau nya yang good looking, penampilannya oke. kalau aku ya begini, gak menarik sama sekali." tambahnya sambil tersenyum sinis.

     "Na, lo bisa kok berpenampilan lebih menarik lagi. Emang gue akui para cowok suka sama cewek yang bisa berpenampilan lebih menarik. Lo pasti bisa merubahnya pelan-pelan. Gak harus berubah drastis. Karena memang kesan pertama yang dilihat ketika orang bertemu untuk pertama kalinya, ya fisiknya. Dan disaat mereka telah saling  tertarik dengan fisiknya, barulah mulai bercerita tentang hati."

    "Tapi, bukankah cinta itu letaknya di hati bukan di mata? fisik gak akan menjamin cinta itu bisa kekal," tanya Nana.

     "Iya gue tau. Tapi gini aja deh! pertama cintai diri lo sendiri. Kalau lo membiarkan orang lain menghina lo, itu artinya lo gak cinta pada diri lo sendiri. Lo harus bisa merubah hinaan itu menjadi pujian. Lo harus bahagiain diri lo sendiri. Setelah lo uda bener-bener bisa mencintai diri lo, disitulah lo siap untuk membagi cinta itu pada pasangan lo. Gak ada orang lain yang bisa membahagiakan lo sebelum lo yakin pada diri lo sendiri,"

     Hening. Nana bergejolak dengan fikirannya. Ia mencerna satu persatu perkataan Bayu.

Tiba-tiba Grab yang di tunggu pun akhirnya datang juga. 

     Dengan cepat Nana membuka pintu mobil. Lalu wajah nya menoleh ke Bayu yang berdiri dengan melemparkan senyuman padanya.

    Cessst. Serasa jantung Nana bergejolak. Ia pun membalas senyuman Bayu. Saat Nana ingin menutup pintu mobil, Bayu memanggilnya.

    "Na.."

Nana pun menoleh kearah Bayu.

    "Sampai jumpa besok di sekolah, ya.." kata Bayu.

     Nana tersenyum. Seketika pintu mobil ditutup dan Grab itu melaju meninggalkan Bayu di balik senja yang mulai redup.

Bersambung...

Apakah perkataan Bayu bisa menyentuh hati Nana agar mau merubah penampilannya? Apakah Nana benar-benar telah jatuh cinta, setelah ia berjanji bahwa ia tidak ingin mengenal cinta lagi?

Baca kelanjutan kisahnya ya. teman-teman semua...

Salam kenal dari saya.

Related chapters

  • Senja itu belum redup   Apa mungkin lagi ?

    'brukkk' terdengar suara tas yang terhempas di kasur. Kini giliran sebuah badan yang terhempaskan ke kasur juga. Sepasang mata yang terpejam dan bibir yang bungkam. Hanya sesekali terdengar desisan nafas yang terlihat berat. Kirana. Ya, gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat. Ternyata ia tengah memikirkan perkataan Bayu. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ia rasakan. Tapi setelah pertemuan tadi, ia yakin bahwa ada sesuatu yang beda dalam hatinya. Namun ia juga bingung dengan perkataan Bayu tadi. Satu demi satu ia mulai mencerna kembali perkataan lelaki yang bisa menarik perhatiannya tersebut. 'Seharusnya kalau dia cinta, dia harus menerima aku apa adanya dong," pikirnya. 'Kalau lo biarkan orang lain menghina lo, itu artinya lo gak cinta pada diri lo sendiri. Lo harus merubah hinaan itu menjadi pujian.'Kembali terngiang perkat

    Last Updated : 2021-06-15
  • Senja itu belum redup   Hari yang cerah untuk rasa yang baru

    Pagi itu cuaca sedikit agak mendung. Dibalik selimut yang tebal, ada seseorang yang masih berusaha keras untuk tetap memejamkan matanya. Ya kirana! gadis itu masih ingin memaksakan dirinya untuk tertidur, sedangkan matanya tidak mengantuk. "Na, kok belum bangun sih! tuh Dela uda ada di depan. katanya mau lagi pagi," terdengar suara Buk Risty, mamanya Kirana memasuki kamarnya. "Males ah, ma. Ngantuk!" "Eh, gak boleh gitu Na. Kan uda janjian mau jalan-jalan sama Dela. Gak baik loh ingkar janji," jawab mama Nana. "Haduh mama..! iya deh iya. suruh Dela nunggu ya ma. Mau mandi dulu," jawab Nana dengan muka melas. Hari itu Nana telah janjian untuk pergi shopping dengan Dela. Sebenarnya Nana mau saja pada awalnya. Tapi setelah tahu kalau Bayu sebenarnya yang mengajak, ia jadi sedikit ragu. Bukan ia merasa ilfeel pada Bayu, tapi dia ma

    Last Updated : 2021-06-15
  • Senja itu belum redup   'Aku gak bisa terima kamu'

    Semua menoleh ke sumber suara. Terlihatlah seorang wanita yang terduduk di lantai. Dia meringis kesakitan sembari memegang kakinya. Ternyata wanita itu mengalami kecelakaan ringan. Ia tergelincir. "Mia," tiba-tiba Dela berteriak memanggil gadis itu, yang ternyata bernama Mia. "Aduh sakit. kaki ku sakit banget." kata Mia. "Eh, Dela.. ya ampun. Itu kamu?" tambahnya. "Iya Mia, ni aku Dela. Lo apa kabar? kok ada disini? bukannya lo di bandung?" ternyata Dela mengenal gadis itu. Mia adalah tetangga Dela dulu. Dan merupakan teman Dela semasa kecil. Namun saat memasuki sekolah menengah, Mia memilih bersekolah di Bandung. "Ya ampun Dela please deh! aku lagi kesakitan loh. Kok malah bertanya terus sih." ucap Mia sedikit kesal. "Oh iya sorry, sorry. Oke sini aku bantu." Dengan menahan rasa sakit, Mia berusaha untuk berdiri. Namun

    Last Updated : 2021-06-15
  • Senja itu belum redup   Kisah di sebalik senja

    Malam itu suasana begitu cerah. Dan itu adalah malam dimana Nana akan dinner bersama Bayu. Nana mengenakan dress yang di pilihkan Dela pada waktu itu. Rambutnya dibiarkan terurai. Dengan sedikit polesan Make-Up di wajahnya, menjadikan ia terlihat lebih cantik. Dan ketika Bayu datang, mereka pun langsung bergerak menuju ke tempat tujuan. Sebuah restoran yang bertemakan Westernfood. Sesampainya di sana dan setelah pesanan mereka datang, tak banyak bicara, mereka menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Sesekali Bayu melirik ke Nana. Ia merasa Nana begitu cantik malam ini. "Na, setelah ini kita pergi ke Danau ya," ajak Bayu. "Em.. gimana ya," ucap Nana sedikit ragu. "Please.." rayu Bayu. "Yauda deh," kata Nana akhirnya. Setelah

    Last Updated : 2021-06-15
  • Senja itu belum redup   Terlalu sakit

    "Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana. "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah. "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu. "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya. "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang

    Last Updated : 2021-06-17
  • Senja itu belum redup   Apa yang terjadi?

    'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 

    Last Updated : 2021-06-18
  • Senja itu belum redup   Disebalik kata kecewa

    Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me

    Last Updated : 2021-06-19
  • Senja itu belum redup   Diko

    'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N

    Last Updated : 2021-06-23

Latest chapter

  • Senja itu belum redup   Luka sisa semalam

    "Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai

  • Senja itu belum redup   Bahagia yang kejam

    "Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t

  • Senja itu belum redup   Rahasia yang manis

    "Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs

  • Senja itu belum redup   Ada yang mulai terjadi

    "Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya

  • Senja itu belum redup   Mulai nyaman

    "Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada

  • Senja itu belum redup   Kisah yang sama

    Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r

  • Senja itu belum redup   Diko

    'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N

  • Senja itu belum redup   Disebalik kata kecewa

    Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me

  • Senja itu belum redup   Apa yang terjadi?

    'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 

DMCA.com Protection Status