'brukkk' terdengar suara tas yang terhempas di kasur.
Kini giliran sebuah badan yang terhempaskan ke kasur juga. Sepasang mata yang terpejam dan bibir yang bungkam. Hanya sesekali terdengar desisan nafas yang terlihat berat.
Kirana. Ya, gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat. Ternyata ia tengah memikirkan perkataan Bayu. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang sedang ia rasakan. Tapi setelah pertemuan tadi, ia yakin bahwa ada sesuatu yang beda dalam hatinya.
Namun ia juga bingung dengan perkataan Bayu tadi. Satu demi satu ia mulai mencerna kembali perkataan lelaki yang bisa menarik perhatiannya tersebut.
'Seharusnya kalau dia cinta, dia harus menerima aku apa adanya dong," pikirnya.
'Kalau lo biarkan orang lain menghina lo, itu artinya lo gak cinta pada diri lo sendiri. Lo harus merubah hinaan itu menjadi pujian.'
Kembali terngiang perkataan Bayu tadi sore.Malam itu Kirana tak mampu terlena dalam tidurnya. Sesekali ia terbangun dan pada akhirnya ia mengambil sebuah keputusan untuk dirinya.
***
'kriiing... kriingg...'
terdengar suara alarm memecah kesunyian pagi."Hoam.. ya ampun. Aku masih ngantuk banget." kata Nana. sembari menguap.
Ternyata dia tidak menikmati tidurnya tadi malam.Pagi itu Nana mengerjakan rutinitasnya sebelum berangkat kesekolah seperti biasa. Mandi, memakai baju, dan menyisir rambutnya.
Namun saat ia mulai menyisir perlahan lahan, ia kembali teringat perkataan Bayu. Ia memegang rambutnya untuk beberapa saat. Dipandanginya rambut tersebut, kemudian ia menyisirnya ke arah depan bahunya. Ia tidak menggulungnya seperti biasa. Di biarkan rambut tersebut tergerai.
Lalu ia melihat ke arah cermin tepatnya pada bagian bibirnya. Seketika ia mengambil sebuah lipstik hadiah dari Dela saat ulang tahunnya, dan mengoleskannya pada bibirnya.
Ia terlihat lebih menarik. Setelah beberapa saat ia memandang sosok dirinya di cermin, terukir sebuah senyuman di bibirnya.
Lalu tangannya mulai menggapai kaca mata yang telah menjadi sahabat baiknya selama ini. Namun saat ia ingin mulai mengenakannya, tiba-tiba ia terhenti. Fikiran dan hatinya bertarung. Lalu entah apa persetujuan dari jiwanya, ia meletakkan kembali kaca mata tersebut.
'ok! i will try it.' batinnya.
***
Di sekolah.
"Good morning,"
"Good morning, ka"
Itu adalah Dela dan Cika. Mereka adalah sepupu. Dan Cika juga merupakan teman Nana. Hanya saja mereka berlainan kelas."Semalam ngapain, lo ? gue liat lo di warung pak Yono," tanya Cika.
"Mancing ikan." jawabnya.
"Mancing ikan? gilak lo!"
"Iya uda tau warung pak Yono, ada makanan bakso, mie ayam sama aneka jus. masa iya tanya lagi disana ngapain." jawab Dela ketus.
"Iya siapa tau mau nemuin pacar lo. kan gue gak tau. Cika berkata.
"Iya, enggak ah. Gue orangnya pemilih. Banyak cowok yang harus gue seleksi dulu sebelum jadi pacar gue," kata Dela dengan wajah sumringah.
"Sok kecakepan lo, ah!" kata Cika.
Tiba-tiba langkah mereka terhenti. Mata mereka terbelalak melihat sesuatu yang ada di depan mereka.
Terlihat seorang gadis yang berjalan pelan menghampiri mereka. Senyumnya terlihat begitu manis.
"Hey, apaan sih kalian. Kok ngeliatnya gitu banget?" sapa gadis itu yang tak lain ada Nana, Kirana.
"Ini elo Na, serius demi apa? kok gak ada angin gak ada badai lo jadi begini? tanya Dela yang masih sedikit heran.
"Biasa aja dong, ngeliatnya. iya aku hanya mencoba. Aku mau keluar dari titik nyamanku." jawab Nana.
"Apa lo sedang di mabuk cinta? sama siapa?" usik Cika sambil menyenggol lengan Nana.
"ish, apaan sih! enggak kok, aku gak lagi jatuh cinta." jawabnya tegas.***Pelajaran di kelas hari ini terasa sangat lama dan membosankan bagi Nana. Bukan karena mata pelajarannya, tapi karena seisi kelas meliriknya terus sehingga membuatnya merasa risih.
Sebenarnya Nana terlihat begitu berbeda hari itu. Ia terlihat cantik tanpa kaca matanya, rambutnya yang terurai, dan olesan lipstik tipis yang menjadikannya lebih terlihat menarik.
Waktu istirahat bermulai. Semua anak murid mulai menuju kantin, tempat mereka melepaskan rasa lapar, dahaga dan yang pastinya beban fikiran.
"Gue boleh gabung?" sapa seseorang. Itu adalah Bayu. Ternyata dia datang menghampiri meja dimana Nana dan Cika sedang menikmati makanannya."Oh, silahkan." jawab Nana.
Bayu pun duduk, dan tersenyum kepada Nana. Tanpa berbicara, mereka menghabiskan makanannya masing-masing.
***"Del, pulang bareng yuk! kebetulan papaku hari ini gak jemput. Ada meeting." kata Nana menghampiri mejanya Dela.
Jam sekolah telah usai. Dan hari ini adalah hari jum'at. Sedikit awal jadwal pulangnya."Alah sorry Na, gue gak bisa. Gue harus buru-buru ni. Nyokap gue ngajak shopping. Ya katanya mau beli kado buat salah satu temannya." jawab Dela.
"Ya elah. Yauda deh. Aku pulang sendiri."
"Gak papa kan?"
"It's oke." jawab Nana dengan senyuman.
Mereka keluar dari gerbang sekolah dan terpisah disana. Dela langsung memasuki mobil Senia berwarna hitam yan merupakan mobil ibunya. Ternyata ibunya sudah menunggu.
"Bye Na," ucap Dela sembari melambaikan tangannya.
Kirana membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan. Lalu ia meneruskan perjalanannya menuju halte Bus.
Tiba-tiba terdengar suara motor menghampirinya. Ternyata itu Bayu dengan motor Vixion nya.
"Hai, Na. Pulang bareng yuk! gue anter." sapa Bayu.
"Eh gak usah deh. Gak mau merepotkan." jawab Nana malu-malu.
"Gak papa kok. Ayo!"
Akhirnya Kirana mau dan ia pun menaiki motornya Bayu. Seketika mereka melaju menyusuri jalanan Ibu kota.
***Motor terhenti. Terlihat pemandangan di depan mata. Ternyata Bayu menghentikan Motornya di sebuah Danau.
"Wow indahnya. Kok aku gak tau tempat ini ya," kata Nana. Ia masih sedikit terpukau dengan pemandangan di depan matanya.
"Ia. Gue biasa datang kesini." jawab Bayu.
"Ngapain?" tanya Nana.
"Sekedar menghilangkan beban fikiran. Dengan melihat air danau, burung-burung yang sesekali muncul, gue merasa nyaman disini."
Akhirnya mereka duduk di atas rumput di tepi Danau. "Lo cantik hari ini, Na," ucap Bayu memecah keheningan."Oh, iya. Terima kasih." jawab Nana tersipu malu.
"Itu artinya lo dengerin apa kata gue kemarin." kata Bayu sembari menatap wajah Nana.
"Iya, mungkin aku harus lakuin apa yang kamu bilang kemarin. Aku harus bisa mencintai diriku sendiri. Aku gak ingin terus-terusan di bully.""Iya gue ngerti kok. Gak enak rasanya di bully. Lo uda ngelakuin hal yang bener." kata Bayu sembari menggapai tangan Nana.
Jantung Nana berdegup cepat. Ia merasakan sesuatu di hatinya.
Bayu mulai mendekati wajah Nana. Dan beberapa saat kemudian, ia mulai untuk melabuhkan bibirnya ke pipi Nana. Namun Nana dengan segera menepisnya."Em Bayu, kayaknya kita harus pulang sekarang" kata Nana.
"Oh oke, sorry." jawab Bayu sembari melepaskan tangan Nana.'Gak. gak mungkin. Aku gak mau lagi. Uda cukup.' pikir Nana.
Mengapa dengan Nana? apa yang tidak mungkin? Apakah dia tidak ingin jatuh cinta lagi?Tunggu bab selanjutnya yaa..Terima kasih ..🥰Pagi itu cuaca sedikit agak mendung. Dibalik selimut yang tebal, ada seseorang yang masih berusaha keras untuk tetap memejamkan matanya. Ya kirana! gadis itu masih ingin memaksakan dirinya untuk tertidur, sedangkan matanya tidak mengantuk. "Na, kok belum bangun sih! tuh Dela uda ada di depan. katanya mau lagi pagi," terdengar suara Buk Risty, mamanya Kirana memasuki kamarnya. "Males ah, ma. Ngantuk!" "Eh, gak boleh gitu Na. Kan uda janjian mau jalan-jalan sama Dela. Gak baik loh ingkar janji," jawab mama Nana. "Haduh mama..! iya deh iya. suruh Dela nunggu ya ma. Mau mandi dulu," jawab Nana dengan muka melas. Hari itu Nana telah janjian untuk pergi shopping dengan Dela. Sebenarnya Nana mau saja pada awalnya. Tapi setelah tahu kalau Bayu sebenarnya yang mengajak, ia jadi sedikit ragu. Bukan ia merasa ilfeel pada Bayu, tapi dia ma
Semua menoleh ke sumber suara. Terlihatlah seorang wanita yang terduduk di lantai. Dia meringis kesakitan sembari memegang kakinya. Ternyata wanita itu mengalami kecelakaan ringan. Ia tergelincir. "Mia," tiba-tiba Dela berteriak memanggil gadis itu, yang ternyata bernama Mia. "Aduh sakit. kaki ku sakit banget." kata Mia. "Eh, Dela.. ya ampun. Itu kamu?" tambahnya. "Iya Mia, ni aku Dela. Lo apa kabar? kok ada disini? bukannya lo di bandung?" ternyata Dela mengenal gadis itu. Mia adalah tetangga Dela dulu. Dan merupakan teman Dela semasa kecil. Namun saat memasuki sekolah menengah, Mia memilih bersekolah di Bandung. "Ya ampun Dela please deh! aku lagi kesakitan loh. Kok malah bertanya terus sih." ucap Mia sedikit kesal. "Oh iya sorry, sorry. Oke sini aku bantu." Dengan menahan rasa sakit, Mia berusaha untuk berdiri. Namun
Malam itu suasana begitu cerah. Dan itu adalah malam dimana Nana akan dinner bersama Bayu. Nana mengenakan dress yang di pilihkan Dela pada waktu itu. Rambutnya dibiarkan terurai. Dengan sedikit polesan Make-Up di wajahnya, menjadikan ia terlihat lebih cantik. Dan ketika Bayu datang, mereka pun langsung bergerak menuju ke tempat tujuan. Sebuah restoran yang bertemakan Westernfood. Sesampainya di sana dan setelah pesanan mereka datang, tak banyak bicara, mereka menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Sesekali Bayu melirik ke Nana. Ia merasa Nana begitu cantik malam ini. "Na, setelah ini kita pergi ke Danau ya," ajak Bayu. "Em.. gimana ya," ucap Nana sedikit ragu. "Please.." rayu Bayu. "Yauda deh," kata Nana akhirnya. Setelah
"Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana. "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah. "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu. "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya. "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang
'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 
Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me
'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N
Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r
"Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai
"Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t
"Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs
"Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya
"Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada
Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r
'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N
Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me
'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.***