Malam itu suasana begitu cerah. Dan itu adalah malam dimana Nana akan dinner bersama Bayu.
Nana mengenakan dress yang di pilihkan Dela pada waktu itu. Rambutnya dibiarkan terurai. Dengan sedikit polesan Make-Up di wajahnya, menjadikan ia terlihat lebih cantik.Dan ketika Bayu datang, mereka pun langsung bergerak menuju ke tempat tujuan. Sebuah restoran yang bertemakan Westernfood.
Sesampainya di sana dan setelah pesanan mereka datang, tak banyak bicara, mereka menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Sesekali Bayu melirik ke Nana. Ia merasa Nana begitu cantik malam ini.
"Na, setelah ini kita pergi ke Danau ya," ajak Bayu.
"Em.. gimana ya," ucap Nana sedikit ragu.
"Please.." rayu Bayu.
"Yauda deh," kata Nana akhirnya.
Setelah selesai menyantap semua makanan mereka, Bayu dan Nana menuju ke Danau tempat mereka biasa berkumpul bersama Dela, Mia dan juga Riky.
Setibanya disana, mereka turun dari mobil dan menuju ke tepi Danau. Suasana begitu damai. Langit seakan bersahabat dengan hadirnya bintang bintang yang sesekali mengkedipkan cahayanya.
"Na, lo cantik banget malam ni," ucap Bayu tiba-tiba.
"Emz, makasih Bayu," jawab Nana sedikit tersipu malu.
"Kenapa lo gak berusaha buat buka hati lo, Na?" tanya Bayu.
Nana menarik nafasnya. Ia mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat ada sebuah bintang berkedip padanya.
"Aku pernah merasakan luka, dan aku takut itu terulang kembali," jawab Nana pada akhirnya.
"Tapi gak semua cowok itu jahat Na, lo gak bisa menghukum diri lo dengan kenangan masa lalu. Lo harus bangkit dan yakin kalau lo pasti akan bahagia," kata Bayu.
Kini tangan Bayu mulai menggapai jari jemari Nana. Ia menggenggamnya dan matanya menatap kedalam mata Nana.
"Gue janji bakal bahagiain lo Na. Gue bakal jadi yang terbaik buat lo."
Wajah Bayu semakin mendekat. Jarinya memegang pipi Nana, Dan seketika bibirnya mendekati bibir Nana. Terdengar nafas mereka saling beradu. Dan saat itu Nana benar-benar yakin bahwa dia sedang jatuh cinta.
***
Universitas Greenland.
"Nana," panggil seseorang dari belakang. Dia adalah Bayu yang sekarang telah menjadi kekasih Nana.
Setelah melewati masa liburan kelulusan sekolah di Desa, kini Nana mulai mengawali hari-hari barunya di alam perkuliahan.
Ia merasa senang karena bisa kuliah di Universitas.yang diimpikan. Dan yang lebih membuatnya senang adalah, semua teman-temannya bisa bersekolah di tempat yang sama.
"Haï Bayu," ucap Nana sembari melambaikan tangannya.
"Are you ready? sekarang perjalanan kita lebih berat Na," ucap Bayu.
"Eh-em." ucap Nana singkat.
Tiba-tiba dari arah belakang ada dua orang yang menghampiri mereka. Dua orang itu adalah Dela dan Mia.
"Aduh makin so sweet aja sih yang uda pacaran ni," gurau Dela.
"Apaan sih kamu Del."
"Iya jugak gak papa kali Na. Santai ja," ucap Dela dengan senyuman.
Mia yang sedari tadi melihat Bayu berusaha untuk menyapa.
"Hai Bayu, lo apa kabar?" ucap Mia.
"Em.. gue baik kok," jawab Bayu singkat. Sebenarnya dia sedikit risih di tatap seperti itu. "Yauda deh, gue pamit dulu ya mau ke kelas. Nanti gue anter lo pulang ya Na," tambah Bayu. Dia melambaikan tangan pada mereka dan seketika hilang di sebaliknya kerumunan mahasiswa lain.
***
"Halo," ucap Bayu.
Sore itu Bayu menerima panggilan dari Mia."Halo bayu, ni gue Mia," ucap Mia.
"Oh hai Mia. Ada apa?"
"Bay, gue mau minta tolong ni. Lo bisa gak anter gue ke toko sepatu langganan gue? gue mau beli sepatu," ucap Mia.
"Loh kok gue? kenapa lo gak minta tolong sama Dela atau Nana buat nganterin lo?" tanya Bayu sedikit heran.
"Dela sibuk. Uda deh lo aja yang nganter please," kata Dela penuh harap.
"Tapi nanti Nana marah kalau tau,"
"Dia gak bakalan tau. Pokoknya gue janji gak bakalan bilang ke dia. Ya bay,, lo mau kan?" rayu Mia."Yauda deh lo tunggu gue jemput," kata Bayu sedikit berat.
Bayu mengeluarkan mobilnya dari garasi dan langsung menuju ke rumah Mia.
Tanpa di sadari ada sebuah mobil yang mengikutinya."Makasih ya Bayu, lo uda nganterin gue. Gue gak tau lagi deh kalau gak ada lo," ucap Mia.
Mereka telah selesai urusan dari tempat sepatu dimana Mia telah membeli sepasang sepatu.
"Iya sama-sama. Yauda gue anter lo pulang ya," ucap Bayu.
"Tapi Bay, gue mau pergi ke Danau sebentar deh. Lo mau kan anterin gue?" pinta Mia.
"Mau ngapain?" tanya Bayu.
"Please bentar aja. Gue mau ngilangin beban yang ada dipikiran gue,"
"Em yauda oke!"
Sesampainya di Danau, mereka turun dari mobil dan berjalan menuju tepi Danau. Mereka duduk di atas rumput dengan kicauan burung yang terdengar merdu. Matahari mulai meredupkan cahayanya.
"Bay, gue mau ngomong sesuatu," ucap Mia.
"Apa?" jawab Bayu.
"Sebenernya gue suka sama seseorang. Tapi orang itu gak tau kalau gue suka sama dia," kata Mia dengan nada suara sedikit berat.
"Terus, kenapa gak lo ungkapkan aja perasaan lo ke dia?" tanya Bayu.
"Tapi dia uda punya pacar," jawab Mia. Kini wajahnya menatap Bayu.
Sedangkan Bayu yang ditatapnya merasa sedikit tidak nyaman."G- gimana ya? gue jadi bingung juga nih. Yauda deh lo ungkapin aja ke dia. Tapi gue gak menjamin dia bakalan pilih lo. Karena dia uda punya pengisi hati. Tapi setidaknya hati lo akan sedikit merasa tenang," ucap Bayu.
"Jadi lo nyuruh gue buat ngungkapin perasaan gue? oke! kalau gitu gue bakalan ngungkapin perasaan gue," kata Mia.
Kini tangannya menggapai jari Bayu. Bayu terkejut dan berusaha melepaskan tangannya. Namun Mia semakin kuat menggenggamnya.
"Bay asal lo tau, sebenernya gue suka sama lo dari semenjak gue kenal sama lo," kata Mia dengan tatapan tajam menerawang mata Bayu.
"Gila lo Mia. Lo kan tau gue uda sama Nana," ucap Bayu sembari melepaskan tangan Mia dengan paksa.
"Gue tau. Tapi gue gak bisa membohongi perasaan gue. Gue sayang sama lo bay."
Mia tak berhenti menatap wajah Bayu. Kini wajahnya semakin dekat dengan wajah Bayu. Nafasnya terasa hangat pada wajah Bayu. Seketika Mia merangkul Bayu dan jari jemarinya memegang pipi Bayu.
Sebenarnya dalam hati kecil Bayu ingin menolak. Tapi entah mengapa dia seakan kalah dengan rasa nafsunya. Dan ketika Mia menempelkan bibirnya pada bibir Bayu, ia merasakan sensasi yang berbeda. Berbeda saat dia berciuman dengan Nana.
Mia memancing Bayu agar membuka mulutnya. Dan saat Bayu membuka mulutnya, Mia dengan leluasa menjelajahinya. Setelah itu Mia mengambil tangan Bayu dan mengarahkannya masuk kedalam baju Mia. Mia membiarkan Bayu untuk menyentuh area area sensitif nya. Dan sekali lagi Bayu merasakan sensasi yang luar biasa.Mereka seakan menikmati keindahan senja hari itu. Mereka dibuai perasaan yang menyenangkan, walau pada hakikatnya Bayu sama sekali tak bermaksud untuk mengkhianati Nana.
'Tessshh' terdengar suara air mata yang menetes.
***
"Mulai sekarang aku gak mau kenal kamu. Aku harap kamu dan semua teman kamu yang berengsek itu menjauh dari aku," ucap seseorang dengan nada kemarahan. Ternyata itu Nana.
"Na, maksud lo apa? gue gak ngerti," ucap Dela penuh keheranan. Ternyata Nana tengah marah pada Dela.
"Kamu tanya aja temen kamu itu. Apa yang uda dia dan Bayu lakukan di belakang aku," ucap Nana. Kemarahannya begitu nyata.
Tiba-tiba dari arah belakang datang seseorang dan menghampiri mereka. Dia adalah Bayu.
"Ada apa ini?" tanya Bayu.
Dengan perasaan yang berkecamuk, Nana berusaha menahan air matanya. Dadanya terasa sesak dan ia tidak mau menatap wajah Bayu.
"PENGHIANAT" bentak Nana.
Bersambung...."Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana. "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah. "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu. "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya. "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang
'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 
Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me
'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N
Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r
"Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada
"Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya
"Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs
"Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai
"Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t
"Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs
"Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya
"Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada
Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r
'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N
Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me
'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.***