Share

Terlalu sakit

Author: UciHarta
last update Last Updated: 2021-06-17 08:31:45

    "Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana.

    "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah.

    "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu.

    "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.

Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya.

    "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang di selimuti rasa bersalah. Dia tidak tau lagi bagaimana cara untuk meredupkan kemarahan Nana.

    "Aku gak butuh penjelasan dari kamu. Mulai sekarang aku gak butuh kalian. Aku mau kalian pergi dari hidup aku," ucap Nana sembari berlari meninggalkan mereka yang melihat dengan tatapan nanar.

***

   "Arghhh..!! aku benci kalian," kata Nana. Ia menangis semalaman di kamarnya. Ia merasakan sakit yang teramat dalam.

   "Kenapa kamu ngelakuin ini sama aku Bay, apa salah aku?" katanya lagi dengan nada geram.

    Note:

    Ketika seseorang pernah merasa luka lalu tersembuhkan dengan kehadiran orang baru, ia akan sangat menyayangi orang tersebut. Namun jika ternyata ia malah menimbulkan luka yang baru dan lebih perih, ia akan sangat membencinya bahkan lebih benci dari orang yang pertama menyakitinya.

    "Na, ini mama. Buka pintunya sayang," terdengar ketukan pintu dan suara Buk Risty yang menyuruh Nana untuk membuka pintu.

    "Ma, Nana lagi gak pengen di ganggu," ucap Nana malas.

    "Tapi di depan ada Dela, sayang. Dia mau ketemu sama kamu."

    "Nana lagi gak pengen di ganggu Ma. Suruh aja dia pulang!" seru Nana.

    "Nana, gak boleh gitu loh. Dia kan uda datang kemari. Gak baik loh kayak gitu," ucap Buk Risty merayu.

    "Ma, beneran... Nana lagi gak pengen di ganggu. Bilang aja besok jumpa di kampus."

    Buk Risty menarik nafasnya.

    "Heufftt yauda deh, mama bilang ke Dela," ucap Mama pasrah.

   Dela yang melihat Buk Risty datang kembali seorang diri, sudah bisa menebak pasti Nana tidak mau menemuinya. Mukanya sedikit menahan kecewa.

   "Maaf ya nak Dela, Nana gak mau diganggu dulu. Katanya besok saja jumpa di kampus," ucap Buk Risty sembari tersenyum dan menahan rasa bersalahnya.

    "Oh iya gak papa kok tante, mungkin Nana lagi pengen sendiri. Yauda gak papa tante kalau gitu Dela pulang aja ya. Sampaikan salam Dela untuk Nana dan juga Om ya," ucap Dela sembari pamit undur diri.

     "Iya baik," Buk Risty tersenyum.

   Sepulangnya Dela, Mama menghampiri lagi kamar Nana dan kembali mengetuknya.

    "Nana, ini mama. Dela uda pulang. Jadi biarkan mama masuk!" seru Buk Risty.

    "Ma,," ucap Nana yang masih tidak ingin di ganggu.

    "Nana!" paksa Buk Risty.

    Dengan malas Nana membukakan pintu untuk mamanya. Dengan cepat Buk Risty masuk lalu menutup pintu tersebut.

Ia langsung menuju ke tempat tidur Nana dan duduk di atasnya.

     "Sekarang cerita ke mama, kamu kenapa?" tanya nya.

    "Aku gak papa kok Ma," jawab Nana singkat.

    "Kamu gak bisa bohongi mama, Na. Kamu gak kayak biasanya. Lihat! Dela datang pun kamu gak mau jumpai dia. Kalian ada masalah apa?"

   Tiba-tiba Nana menangis dan memeluk mamanya. Dadanya kembali terasa sesak tatkala mengenang kembali kejadian sore itu. Akhirnya ia menceritakan kembali semuanya. Mamanya hanya bisa mendengarkan dan sesekali mengelus bahu Nana.

    "Na, ketika kamu sudah siap untuk berpacaran, kamu juga harus siap dengan resikonya. Justru ini lebih baik ketika kamu mengetahui semuanya. Setidaknya Kamu belum sepenuhnya mencintai dia. Dan yang pasti Luka itu akan menjadikanmu pribadi yang lebih kuat," ucap mama dengan nada yang lembut.

    "Tapi sahabat macam apa itu yang bisanya merebut pacar sahabatnya sendiri," ucap Nana masih sedikit geram.

   "Perasaan gak bisa dibohongi Na. Mungkin dia salah karena mengungkapkan perasaan pada orang yang telah memiliki pasangan. Tapi mungkin itu cara yang terbaik menurut dia daripada menahan beban di hatinya," kata Buk Risty.

     Nana hanya bisa terdiam mendengar perkataan Mamanya. Di cerna satu persatu perkataan tersebut.

     Tidak lama setelah itu Mama berdiri dan mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar Nana.

    "Kelak kamu akan memahami mengapa luka di ciptakan. Tapi yang jelas luka itu bukan untuk menjadikanmu membenci takdir," kata Buk Risty sembari membuka pintu dan keluar.

"Tapi ingat, ini bukan menjadi alasan kamu membenci Dela. Dia tidak tau apa-apa," tambahnya.

Seketika ia keluar dan kembali menutup pintu. Membiarkan Nana berkecamuk dalam hatinya.

 ***

     Pagi itu suasana di kampus cukup mendung. Semendung perasaan Nana. Mentari seakan berat untuk mengeluarkan cahayanya. Burung-burung pun tak terlihat. Mungkin mereka paham bahwa akan turun hujan, jadi mereka lebih memilih tinggal di sangkarnya.

     Sementara Nana duduk di sebuah kursi di pekarangan kampus. Tangannya sibuk membuka buka halaman buku yang di pegang nya. Tapi yang jelas hatinya tak seniat itu untuk membaca.

    "Na," sapa seseorang yang memanggilnya. Bayu!

     "Ngapain kamu kemari?" tanya Nana ketus.

      "Gue mau minta maaf atas kejadian waktu..-" ucap Bayu terputus.

      "Udah ya. Aku gak mau denger lagi soal itu. Aku maafin. But please... leave me alone!"

      "Tapi gue masih sayang sama lo  Na. Gue mau kita kayak dulu. Gue gak akan ngulang kesalahan yang sama," rayu Bayu.

     "Kalau gitu elesaikan dulu urusan kamu dengan Mia!" kata Nana sembari melangkahkan kaki menjauh. Meninggalkan Bayu yang menatapnya nanar.

     Dela yang melihat kejadian itu hanya bisa memandang dari jauh. Ia tidak ingin mendekati Nana. Dia yakin emosinya belum stabil dan hanya akan membuat Nana semakin marah jika ia menghampirinya.

    'Apa semua ini salah gue' batin nya. Dela merasa bersalah sendiri. Sebenarnya Dela paham bagaimana sifat Mia. 

    Mia adalah teman SMP nya dahulu. Dia juga cukup dekat dengannya sebelum semua berubah saat Mia merebut seseorang yang di sukai oleh nya. Dela selalu menceritakan tentang orang yang di sukai tersebut pada Mia. Tapi entah bagaimana Mia bisa mengungkapkan cintanya pada orang itu. Dan of course! pria itu menerima Mia, karena memang Mia adalah wanita yang menarik.

    Namun kekesalan itu hanya dipendam Dela dalam hati. Dia tidak ingin merusak pertemanannya hanya karena soal cinta. Tapi kekecewaan itu pasti dia ingat sampai kapanpun. 

    'huuffttt..' Dela menarik nafasnya perlahan. Dia merasa bersalah karena dialah yang mengajak Mia untuk gabung dengan mereka. Dia yang selalu mengajak Mia setiap kali mereka merencanakan untuk jalan-jalan. Walau sebenarnya dia juga sedikit curiga melihat Mia sesekali melirik pada Bayu.

    "Gue bodoh Na," ungkapnya dengan mata berkaca kaca.

bersambung....

Related chapters

  • Senja itu belum redup   Apa yang terjadi?

    'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 

    Last Updated : 2021-06-18
  • Senja itu belum redup   Disebalik kata kecewa

    Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me

    Last Updated : 2021-06-19
  • Senja itu belum redup   Diko

    'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N

    Last Updated : 2021-06-23
  • Senja itu belum redup   Kisah yang sama

    Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r

    Last Updated : 2021-06-25
  • Senja itu belum redup   Mulai nyaman

    "Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada

    Last Updated : 2021-06-26
  • Senja itu belum redup   Ada yang mulai terjadi

    "Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya

    Last Updated : 2021-06-26
  • Senja itu belum redup   Rahasia yang manis

    "Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs

    Last Updated : 2021-06-28
  • Senja itu belum redup   Bahagia yang kejam

    "Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t

    Last Updated : 2021-06-29

Latest chapter

  • Senja itu belum redup   Luka sisa semalam

    "Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai

  • Senja itu belum redup   Bahagia yang kejam

    "Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t

  • Senja itu belum redup   Rahasia yang manis

    "Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs

  • Senja itu belum redup   Ada yang mulai terjadi

    "Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya

  • Senja itu belum redup   Mulai nyaman

    "Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada

  • Senja itu belum redup   Kisah yang sama

    Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r

  • Senja itu belum redup   Diko

    'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N

  • Senja itu belum redup   Disebalik kata kecewa

    Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me

  • Senja itu belum redup   Apa yang terjadi?

    'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 

DMCA.com Protection Status