Semua menoleh ke sumber suara. Terlihatlah seorang wanita yang terduduk di lantai. Dia meringis kesakitan sembari memegang kakinya. Ternyata wanita itu mengalami kecelakaan ringan. Ia tergelincir.
"Mia," tiba-tiba Dela berteriak memanggil gadis itu, yang ternyata bernama Mia.
"Aduh sakit. kaki ku sakit banget." kata Mia. "Eh, Dela.. ya ampun. Itu kamu?" tambahnya.
"Iya Mia, ni aku Dela. Lo apa kabar? kok ada disini? bukannya lo di bandung?" ternyata Dela mengenal gadis itu.
Mia adalah tetangga Dela dulu. Dan merupakan teman Dela semasa kecil. Namun saat memasuki sekolah menengah, Mia memilih bersekolah di Bandung.
"Ya ampun Dela please deh! aku lagi kesakitan loh. Kok malah bertanya terus sih." ucap Mia sedikit kesal.
"Oh iya sorry, sorry. Oke sini aku bantu."
Dengan menahan rasa sakit, Mia berusaha untuk berdiri. Namun Dela yang memegang nya sedikit kewalahan.
"Eh sini gue bantu." kata Bayu tiba-tiba sambil merangkul Mia. Berusaha menahannya agar tidak jatuh lagi.
"Em.. makasih." jawab Mia dengan senyuman manis.
Akhirnya setelah kesepakatan bersama, mereka pun mengantarkan Mia pulang."Kok lo gak bilang sih Mia, kalau lo uda ada disini." kata Dela.
"Iya, gue belom sempet aja. Rencananya sih mau dateng kerumah lo. Eh taunya uda ketemu disini." kata Mia.
"Jadi lo bakalan kuliah disini? ngambil jurusan apa?" tanya Dela lagi.
"Belum tahu sih, tapi kayaknya gue bakal ambil jurusan informatika."
Nana dan lainnya hanya terdiam sembari mendengarkan percakapan antara Dela dan Mia sepanjang perjalanan menuju ke rumah Mia.
*** Ujian kelulusan sekolah telah dimulai. Seminggu yang menebarkan untuk mereka yang ingin lulus dari sekolah.Tak terkecuali Nana. Dia sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian yang menentukan kelulusannya.Dan ini menjadikan Nana dan Dela setiap hari meluangkan waktu sebentar untuk belajar bersama. Membahas soal-soal ujian yang mungkin akan muncul di kertas ujian.
Dan hal yang lebih menarik adalah Bayu dan Riky ikut bersama. Bayu adalah murid yang cukup berprestasi di sekolah. Dan dia dengan senang hati mau membantu Nana dan Dela untuk membahas pelajaran-pelajaran itu.
Setiap hari dilalui mereka begitu. Mereka akan berkumpul dan belajar bersama di rumah Nana atau Dela. Atau mereka akan pergi ke salah satu Taman untuk belajar.
"Pokoknya lo harus lulus dengan nilai yang baik, Na!" ucap Bayu.
"Iya, makanya kamu harus nolongin aku dong," jawab Nana.
"Itu pasti Na," jawab Bayu. Dari matanya terpancar keseriusan.
"Kalau Nana lulus, ntar lo bisa jadi pacarnya," kata Dela sembari melirik pada Nana.
"Dela!" Nana menjeling tajam pada Dela.
Begitulah setiap hari. Mereka berusaha untuk menghadapi ujian dengan persiapan yang matang. Hingga pada akhirnya...***
"Aaaa...." teriak seorang wanita seperti kegirangan sekali. Ternyata itu Dela. Mereka telah menerima hasil ujian kelulusan sekolah. Dan Dela serta memperoleh nilai yang lumayan bagus."Ya ampun Dela, niat banget si kamu jeritnya," ucap Nana sembari menutup telinganya.
"Ups! sorry Na, soalnya gue seneng banget, gak sia-sia perjuangan kita selama ini belajar bersungguh-sungguh," kata Dela memperlihatkan senyumnya yang begitu sumringah.
"Iya aku tau, tapi kamu juga harus ingat, masih panjang perjalanan kedepan. Kita masih harus lalui lagi alam perkuliahan,"
"Iya Na gue tau. Gue pasti lebih baik kedepannya kok," jawab Dela dengan yakin.
Nana sendiri merasa sangat senang karena akhirnya perjalanan di sekolah menengahnya telah habis. Dia merasa bersyukur karena Bayu telah mau menolong mereka dalam belajar.
"Hay Na," terdengar suara seseorang menyapa Nana. Dan dia adalah Bayu. Sosok lelaki yang telah menolongnya dalam memberikan motivasi serta saling bertukar pikiran dalam belajar."Hey, Bayu," jawab Nana sedikit malu.
"Selamat ya, lo telah melewati ujian dengan baik. Lo lulus!" ucap Bayu sembari tersenyum.
"Makasih Bayu. Ini semua juga berkat pertolongan kamu kok,"
"Iya tapi semua ini kan hasil dari lo juga. Kalau gak ada niat dari lo, apa yang gue ajarin juga gak bakalan masuk ke pikiran," kata Bayu.
Dan akhirnya hari itu mereka lalui dengan bahagia. Coret-coret baju menjadi hal yang biasa dilakukan di Ibu kota.
"Aduh! aku gak mau ah kayak gitu. Sayang bajuku," Ucap Nana saat Dela ingin mencoret seragam putih Abu-abunya.
"Ya ampun Na, gak papa. Ini tuh uda biasa," ucap Dela sembari memutar kan bola matanya.
"Tapi aku gak mau. Aku gak ngelakuin kayak gitu di kampung."
"Udah Na biarin. Jangan paksa dia," kata Bayu tiba-tiba.
Akhirnya Nana bebas dari aksi coret mencoret seragam SMA yang menurut dia adalah benda yang berharga dan tidak pantas untuk di coret seperti itu.
Dia hanya menyaksikan teman-temannya yang terlihat sangat bahagia. Bersorak sorai dan saling tertawa. Sementara Nana memilih untuk duduk di sebuah kursi yang jauh dari mereka.
Seketika Nana melepaskan pandangannya, dia menerawang jauh ke depan. Dia tengah melamun kan sesuatu.
***
"Hai Adit," Ucap Nana sembari mendekati seseorang yang bernama Adit.
"Oh kamu Na," ucap Adit.
"Kamu ngapain duduk disini? kenapa gak ikut seneng kayak temen-temen yang lain?" tanya Nana yang sedari tadi melihat Adit duduk sendirian di depan kelas, sedangkan teman-teman yang lain tengah bersorak sorai melihat hasil ujiaan mereka.
"Enggak ah Na, males. Aku lebih tenang disini," ucap Adit. Memang Adit adalah orang tidak terlalu suka keramaian.
"Oh gitu, yauda deh aku temenin kamu disini ya," kata Nana.
"Eh, emm gak usah deh. Tu disana banyak temen-temen kamu. Nanti mereka nyariin kamu," ucap Adit lagi sembari menunjuk sekumpulan perempuan yaitu teman-teman Nana.
"Gak papa, aku mau disini aja sama kamu, boleh kan?"
"Na, please deh! aku gak mau di ganggu. Eh tunggu bentar! aku denger-denger kamu suka ya sama aku?" tanya Adit sembari menatap wajah Nana.
"Eh itu, emm aku-" jawab Nana terputus-putus. Kemudian dia diam.
Nana memang menyukai Adit dari dulu. Tapi dia tidak mengungkapkannya. Dia malu sebagai wanita untuk mengungkapkan perasaan duluan. Ditambah lagi mereka masih sekolah menengah bawah. Umur yang sebenarnya belum pantas untu bercerita soal cinta.
Ia hanya curhat pada sahabat-sahabat terdekatnya."Na, aku tanya sama kamu, jawab dong!" seru Adit.
"Iya Dit. Sebenernya aku suka sama kamu dari dulu," akhirnya Nana mengakui.
"Maaf ya Na, tapi aku gak suka sama kamu. Aku gak bisa bilang alasannya. Tapi yang jelas aku gak bisa memaksakan hatiku untuk nerima kamu,"
Hati Nana hancur mendengar perkataan Adit. Ia sadar kalau dia bukan tipe wanita idaman Adit. Apalagi Adit adalah seorang ketua kelas yang berprestasi, memiliki wajah yang tampan. Tapi Nana juga tidak bisa menutupi perasaannya.
"Kenapa? karena fisikku? aku jelek, gendut, gak menarik?" tanya Nana dengan tatapan sayu.
"Maaf Na, Tapi aku gak bisa nerima kamu. Aku-"
"Na, Nana!" ucap seseorang yang berada disampingnya. Ia sedikit menggoyangkan badan Nana.
"Eh kamu Bayu, emm aduh," ucap Nana sembari mengusap air matanya. Ternyata tanpa disadari, Nana meneteskan air matanya.
"Lo kenapa? kok nangis?" tanya Bayu sedikit heran.
"Eh gak papa kok. Mungkin aku terlalu terharu karena lulus," kata Nana sembari tersenyum. Ia menutupi apa yang tadi di lamunkannya. Mengenang seseorang yang mematahkan hatinya suatu ketika dulu. Luka yang membuat dia sulit untuk membuka hati kembali.
"Ya ampun, kirain ntah kenapa," ucap Bayu. "Oh ya, ntar malam kita dinner yuk!" ajak Bayu.
"Tapi Yu," ucap Nana ragu.
"Ayo lah Na, please.." rayu Bayu.
Akhirnya Nana menyetujui ajakan Bayu. Mungkin ini bisa jadi bentuk ucapan terima kasih Nana terhadap Bayu.
"Iya uda. Nanti malam ya jemput aku jam 7," kata Nana.
"Oh oke! jam 7. Gak bakalan telat," ucap Bayu sumringah.
"yauda kalau gitu aku pulang duluan ya," ucap Nana sembari berdiri dan perlahan mulai berjalan mulai meninggalkan Bayu.
Bayu tersenyum.
Bersambung...Malam itu suasana begitu cerah. Dan itu adalah malam dimana Nana akan dinner bersama Bayu. Nana mengenakan dress yang di pilihkan Dela pada waktu itu. Rambutnya dibiarkan terurai. Dengan sedikit polesan Make-Up di wajahnya, menjadikan ia terlihat lebih cantik. Dan ketika Bayu datang, mereka pun langsung bergerak menuju ke tempat tujuan. Sebuah restoran yang bertemakan Westernfood. Sesampainya di sana dan setelah pesanan mereka datang, tak banyak bicara, mereka menikmati makanan yang ada di hadapan mereka. Sesekali Bayu melirik ke Nana. Ia merasa Nana begitu cantik malam ini. "Na, setelah ini kita pergi ke Danau ya," ajak Bayu. "Em.. gimana ya," ucap Nana sedikit ragu. "Please.." rayu Bayu. "Yauda deh," kata Nana akhirnya. Setelah
"Na, lo kenapa,? tanya Bayu yang merasa heran dengan raut wajah Nana. "Jangan pura-pura bego'! aku lihat semua apa yang uda kamu perbuat sama Mia sela malam," ucap Nana sedikit gelagapan. Dia tidak dapan menahan air matanya lagi. Tangisnya tumpah. "Ja...jadi lo ngikutin gue semalam sama Mia?" tanya Bayu dengan perasaan bersalah. Jujur diakunya, dia kalah pada saat itu. "Iya. Aku lihat semuanya. Melihat penghianatan yang kalian lakukan terhadap aku," ucap Nana. Dia ingin berlari, namun Bayu menahannya.Dela yang berada di samping mereka hanya bisa keheranana karena dia juga tidak tau sama sekali permasalahannya. "Na, please izinin gue buat jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu sangka. Gue semalam emang pergi dengan Mia dan gue akui gue kalah pada saat itu. Tapi Na,,, Mia lah yang menggoda gue dan gue gak kuat untuk menahannya. Gue mengaku salah Na. Maafin gue," ucap Bayu yang
'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.*** 
Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me
'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N
Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r
"Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada
"Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya
"Ayo masuk!" ajak Diko pada Nana. "Lo yakin ngajak gue masuk? kenapa ngajak gue kesini?" tanya Nana yang mulai merasa tidak enak. Darahnya seakan membeku. "Na, lo tenang aja ya... ada gue. Gue akan tetap disamping lo kok," ucap Diko dengan senyuman tipis. Ia menggenggam tangan Nana seakan tidak ingin melepaskannya. "T...tapi," ucap Nana yang masih bingung harus bagaimana. Namun akhirnya ia luluh juga. Nana merasa Diko pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Mereka pun melangkahkan kaki untuk masuk ke Club tersebut. Suara musik yang memekakkan telinga terpaksa Nana telan.Club itu terlalu ramai. Banyak perempuan perempuan yang memakai dress mini. Berjoget ria mengikuti irama. Tak sedikit pula pria yang asyik dengan alkohol di tangannya.Nana merasa ngeri. Namun saat ia melihat wajah lembut Diko, entah mengapa ia merasa luluh hatinya. Kini keduanya mulai
"Nana," pekik Pak Wijaya saat melihat apa yang ada di atas meja. Yaitu kue ulang tahun yang sengaja di bawa Nana untuk di berikan kepada Ayahnya. Pak Wijaya berlari kecil menuju ke arah keluar. Saat berada di depan kantor dan melihat seorang Resepsionis, ia bertanya. "Fika, apakah tadi ada orang yang ingin menemui saya?" tanya Pak Wijaya. "Iya Pak. Dan dia bilang dia adalah anak bapak," jawab Resepsionis itu yang ternyata bernama Fika. "Ah, sial..!!" ujarnya pelan dan langsung keluar untuk mencari anaknya tersebut. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri berharap kalau Nana masih ada di sekitaran kantor. Namun sayangnya tidak ada terlihat batang hidungnya. Sementara Nana yang telah menaiki Taxi meluncur menuju tempat dimana dia rasa tempat yang pas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak di curigai sang supir Taxi tersebut. Namun ia tidak mampu. Air matanya t
"Aaaa..." Nana mendengar suara yang berasal dari ruang tamu. Ia segera keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. "Mama,, mama,,, pa...," panggil Nana sembari melihat ke arah suara berasal. "Maa... paa... ada apa sih?" tanya Nana yang kian penasaran. "Eh Nana, gak papa kok sayang. Gak ada apa-apa," jawab Buk Risty dari ruang tamu. "Suara apa tadi itu? Apa yang udah terjadi?" tanya nya lagi. Dan kali ini dia telah berada di dekat Mama dan Papanya. "Oh itu. Mama tadi gak sengaja nyenggol gelas di atas meja, jadi pecah deh," kata Pak Wijaya. Namun wajah gugupnya tidak dapat di sembunyikan. "Mama papa jangan bohong deh. Ini pasti ada apa-apa kan? lihat tuh wajah Mama dan Papa, seperti menyimpan sesuatu," kata Nana yang menyadari raut wajah kedua orang tuanya tersebut.&nbs
"Hai Na, mau pulang bareng?" ajak Diko yang tiba-tiba menghampiri Nana dan Dela. "Oh em iyaa," jawab Nana yang mulai mengajak Diko untuk berjalan. Namun Diko masih tetap berdiri di tempatnya. "Halo, gue Diko. Ardiko fikri," sapa Diko kepada Dela sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Nana yang melihatnya hanya bisa memperhatikan dengan tatapan tajam. Dia sebenarnya tidak ingin kalau Diko mengenal Dela atau teman temannya dulu. "Oh i...iya gue Dela. Temennya Nana," ucap Dela sembari memalingkan wajah ke arah Nana lalu membalas salaman tangan Diko. "Uda lah yuk, pulang!" ajak Nana sembari menarik tangan Diko. Dela hanya bisa terdiam dan melihat Nana berlalu dengan tatapan hampa. Siang itu Nana dan Diko makan siang di sebuah warung makan yang menyediakan Ayam geprek serta makanan lainnya. Dan kebetulan Aya
"Iya," jawab Nana penuh antusias untuk mendengar. "Dulu, gue pernah mengenal seorang wanita. Dia orangnya baik, pendiam namun suka tersenyum. Gue mengenalnya saat di bangku sekolah dan kebetulan dia adalah murid baru pada saat itu," kata Diko dengan tatapan yang menerawang jauh ke depan. Sepertinya ia mengingat masa-masa itu kembali. "Dan semakin lama gue mengenalnya, semakin gue menyukainya. Singkat cerita gue pun mengungkapkan perasaan gue ke dia dan diterima. Lo pasti tau dong gimana bahagianya gue pada saat itu?" ucap Diko dan langsung menatap wajah Nana kembali. "Oh ya of course! kamu pasti seneng banget waktu itu," jawab Nana yang mulai mendalami ceritanya. "Lalu bagaimana kisah percintaan kalian selanjutnya?" tambahnya. "Hufft..! gue menjadikan dia sosok yang paling istimewa dalam hidup gue, namun dia menjadikan gue sampah dalam hidupnya," ucap Diko dengan nada
Walau Nana terus memanggil pemuda itu, namun ia tetap pergi meninggalkan Nana dengan seribu tanda tanya. 'Kenapa dengan lelaki itu?' batin Nana yang terus memikirkannya. Namun tiba-tiba dia melihat jam dan.. 'Ah sial! aku gak mungkin ngejar dia. Ah sudah lah' tambahnya. Sesampainya di rumah, Nana melangkahkan kaki masuk dengan sangat perlahan. Entah kenapa dia menjadi sangat malas untuk berhadapan dengan ibunya. Ia berjalan dengan berjinjit. Lalu membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati dan menutupnya kembali dengan pelan. Dan ternyata tidak seorangpun yang melihat kehadirannya termasuk pembantu rumah tangganya. "Uh, untunglah," ucapnya dengan nafas lega. Ia membanting tas nya ke kasur kemudian dirinya. Ia mulai memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia teringat ucapan dari pelayan rumah makan tadi. "Apa maksud dia ya? kenapa dengan Diko? aku r
'Plak' terdengar suara tamparan menggema di kamar Nana. "Uda Ma, mama puas kan? ini yang mama mau kan?" ucap Nana dengan wajah sedikit memerah. Merah karena tamparan itu dan merah karena menahan marahnya. "Na, mama ngelakuin ini karena mama..."Belum siap Buk Risty berbicara, Nana sudah menghamburkan dirinya ke kamar. Menutup pintu serta menguncinya. Buk Risty yang melihat anaknya seperti itu, hanya diam dan memilih untuk tidak mengganggunya untuk sementara waktu. 'Mengapa kamu jadi seperti ini Nana?' batinnya. Di sebalik kamarnya, Nana hanya bisa menangis menahan sesak di dadanya. Entah mengapa perasaan bencinya kian menjadi-jadi. Bukan karena Mamanya, tapi karena Bayu yang ia rasa menjadikan dirinya kian hancur. 'Aku janji aku akan lebih bahagia tanpa kamu Bayu' batinnya sembari meremas bantal yang ada di sebelahnya. Pagi itu N
Jam istrahat pun di mulai. Nana berusaha menghindar dari Dela dengan cara berjalan cepat keluar dari kelas. Namun saat di depan pintu, Dela langsung menarik tangannya. "Ikut gue," ucap Dela tegas sembari mempertajam tatapannya. "Aw sakit. Lepasin aku!" kata Nana sembari berusaha melepaskan tangan dari Dela. Dela tidak menghiraukannya dan berusaha tetap menggenggam Nana menuju kebelakang kelas. "Na, gue mau tanya sama lo. Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? kenapa lo ikut membenci gue?" tanya Dela. Wajahnya sedikit memerah dan matanya terlihat berkaca-kaca menahan air mata. "Udalah Del, kan aku uda bilang aku gak mau bahas soal ini lagi. Aku cuma mau agar gak diganggu untuk sementara waktu," kata Nana. "Tapi kenapa lo harus menghindar dari gue juga?" "Karena aku gak mau mengingat lelaki brengsek itu. Aku gak mau me
'I want you to the bone,, take me home i'm fall'in' suara dering handphone berbunyi. "Halo Ma?" ucap Nana. "Nana kamu dimana sayang? Kenapa belum pulang?" tanya mama. Dia mengkhawatirkan Nana. "Oh iya ma, sekarang Nana pulang, oke!" jawab Nana yang kemudian langsung mematikan handphone nya. Ternyata dia berada di Danau. Tempat spesial yang penuh kenangan bersama Bayu. Di tempat Itulah dia dan bayu saling berbagi rasa. Bercerita tentang perjalanan cinta mereka masing-masing. Semenjak kejadian saat dia melihat Bayu dan Mia di tempat itu sebulan yang lalu, dia tidak pernah lagi pergi ke Danau dan inilah pertama kalinya lagi dia pergi ketempat itu. Nana juga tidak pernah lagi membalas chat atau mengangkat telfon dari Bayu. Bahkan dia pun memilih untuk sementara waktu menjauh dari Dela, sahabat dekatnya.***