**Akhir-akhir ini Ariana sangat menyukai duduk di balkon sambil menikmati susu coklat kesukaannya. Ia lebih senang menatap langit dari pada bermain sosial medianya. Baginya, isi sosial media itu hanya menumbuhkan kecemburuan yang benar-benar menjadikan dirinya tak bersyukur dengan apa yang telah ia punya.Ariana adalah wanita yang beruntung, hidup dengan harta yang berlimpah dan cinta yang maha luas dari sang suami. Namun, itu semua belum cukup untuk membuatnya bersyukur. Desakan demi desakan dari mertuanya, membuat ia lupa akan anugerah itu. Andai bisa di tukar, ia akan lebih memilih memiliki anak dari pada harta yang banyak."Senja, kemari'lah!" titah Ariana pada Senja yang sedang merapikan kamarnya."Iya, Nyonya." "Ini!" Ariana menyodorkan amplop berwarna coklat ke hadapan senja."Itu apa?" "Kamu lupa, kalau hari ini tepat sebulannya kamu bekerja di rumah ini?" "Astaghfirullah, saya be
**Sagara menatap berkas-berkas yang berserakan di atas mejanya, wajahnya nampak kusut karena banyak memendam masalah. Kemudian, ia menelepon Riko untuk menghadap ke ruangannya."Ada apa, Tuan?" "Saya tidak bisa fokus mengerjakan semua berkas-berkas itu," jawab Sagara."Mau saya bikinkan kopi, Tuan?" "Kamu mau saya kembung? Sejak pagi saya sudah menghabiskan lima cangkir kopi. " Sagara mendengus kesal."Maaf, Tuan. Lalu anda mau saya melakukan apa, Tuan?" "Panggil Ambar!" "Baik, Tuan. Ambar adalah sekretaris Sagara, dia sudah lama berkerja di perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Jadi, ketika Sagara berhalangan atau ada masalah ia melimpahkan perkejaan itu pada Ambar."Selamat siang, Pak," sapa Ambar dengan sopan."Siang.""Ada apa Bapak memanggil saya?" tanya Ambar lagi. "Ini, saya ada lagi urusan, kamu kerjakan ini semua, sisanya nanti biar saya yang kerjakan!" titah Sagara , ia menyodorkan beberapa berkas ke hadapan perempuan berambut pendek itu."Baik, Pak." Ambar menga
**Semenjak malam itu, Senja selalu ketakutan saat bertemu Sagara. Baginya, lelaki itu bukan cuma menakutkan tapi ia sangat kasar. Bagaimana Ariana bisa berkata kalau Sagara lelaki baik?Ini hari ke-lima dari waktu yang Ariana berikan untuknya. Ia sudah memantapkan hati untuk menolak tawaran itu. Ia tak peduli jika nantinya ia juga di pecat dari pekerjaannya. Yang penting ia selamat dari lelaki kasar dan semua permainan majikannya. Belum sempat Senja berucap, Ariana telah lebih dulu melihat keberadaannya dan memintanya untuk bersiap-siap."Ganti bajumu, Senja! Hari ini aku minta kamu menemaniku jalan-jalan ke Mal," pinta Ariana."Baik, Nyonya."'Sepertinya tidak tepat kalau bicara sekarang, bagaimana kalau langsung membuat mood Nyonya Ariana hancur gara-gara mendengar penolakanku? Ah, mungkin sebaiknya memang harus di tunda dulu!'"Aku tunggu di mobil, ya!" teriak Ariana.Senja mengangguk. Ia segara berlari ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Tanpa mengoleskan sedikit pun make up di
**Tubuh gadis itu gemetaran bahkan luruh ke lantai karena lemas, setelah mendapat kabar buruk dari ibunya di kampung."Senja, apa yang terjadi?" tanya Ariana. Ternyata perempuan itu menyusulnya, karena Senja meninggalkan kamarnya cukup lama. Padahal, ia dan Sagara sudah tak sabar ingin mendengar keputusan apa yang akan Senja katakan."Maaf, Nyonya, mungkin saya terlihat berlebihan, tapi saya harus segera pulang kampung!" jawab Senja di sela isak tangisnya."Loh, kenapa mendadak?" "Bapak saya sedang di rawat di rumah sakit, kondisinya memburuk sejak kemarin.""Ya Allah, saya turut prihatin," gumam Ariana dengan wajah yang cukup berempati."Terimakasih, Nyonya. Tapi ...." Ucapan Senja menggantung karena ragu untuk mengucapkannya."Tapi apa, Senja?" tanya Ariana penasaran."Saya mungkin berniat untuk meminjam uang pada Nyonya Ariana. Itupun jika Nyonya Ariana mengizinkan," jawab Senja dengan wa
**Asiah duduk di samping suaminya dengan air mata yang berderai. Pikirannya kalut ketika Dokter menyarankan untuk segera melakukan pengobatan serius untuk penyakit asma yang telah di derita suaminya sejak lama."Jangan menangis, Bapak baik-baik saja, Bu!" ucap suaminya dengan lirih. "Baik-baik bagaimana, Pak? Kalau Dokter saja sudah mengharuskan untuk pengobatan yang serius berarti penyakitnya itu sudah parah," tukas Asiah. "Itu, kan hanya kata Dokter. Sedangkan, kita punya Allah juga, Bu!" sahut suami dengan santai. "Iya, kita punya Allah, tetapi kita harus ikhtiar juga, Pak?" sergah Asiah lagi."Ya, banyakin berdo'a saja, Bu."Di tengah-tengah perdebatan itu, seseorang mengetuk pintu terlebih dahulu lalu menghambur ke pelukan ibunya. "Assala'mualaikum. Bu, maaf Senja baru bisa datang sekarang!" ucap Senja sambil mencium tangan ibunya. "Wa'alaikumussalam, nggak apa-apa, kami mengerti."
**Atas permintaan Ariana, Senja membawanya ke ruangan di mana bapaknya masih terbaring lemah."Assalamu'alaikum, Bu," ucap Senja ketika mereka hendak masuk ke ruangan itu."Wa'alaikumussalam, Nak kamu bersama siapa ini? Cantik sekali," sahut Asiah, ia lantas memuji perempuan yang berdiri di samping putrinya."Ibu, kenalin ini Nyonya Ariana, istrinya Tuan Sagara." "Masya Allah, akhirnya Ibu di pertemukan juga dengan orang baik ini. Terimakasih, telah menerima Senja untuk bekerja dengan Nyonya." Asiah tertunduk haru sampai-sampai air matanya jatuh di kedua sudut itu."Ibu Asiah, saya juga senang bertemu dengan Ibu. Ada yang perlu saya sampaikan pada Ibu dan Bapak. Tetapi melihat kondisi Bapak sebaiknya kita bicara di luar saja, kasian Bapak sedang istirahat!" "Baik, Nyonya."Belum juga Ariana menyampaikan apa-apa, Senja sudah sangat gelisah. Andai bisa, ia ingin menangis meraung-raung melepaskan beba
**Untuk kalian yang belum follow, ayo follow dulu akunku, ya! Lalu, jika berkenan tolong subscribe cerita ini dengan tambahkan ke pustaka kalian, lalu kasih lima bintang, ya!Selamat membaca! **Sagara menyiapkan segala keperluan untuk melakukan akad keduanya. Beruntungnya, pasien rumah sakit hari ini tidak terlalu banyak, hingga kepala rumah sakit mengizinkan untuk melakukan akad di ruangan tersebut.Ariana tampak sibuk membantu Senja untuk mengenakan jilbab berwarna putih tulang. Tanpa riasan namun Senja terlihat cantik dengan balutan kebaya putih yang di dapat dari jasa sewa baju pengantin terdekat dari rumah sakit."Apa, Nyonya yakin akan melakukan ini?" tanya Senja dengan hati yang berdebar-debar. Walau bagaimanapun, pertanyaan ini begitu intim dan mungkin bisa saja terdengar seolah-olah mengejek perempuan yang tengah berdiri di depannya."Tentu saja, Senja. Kamu tak perlu mengkhawatirkan aku!"Munaf
**Sebenernya, cara yang di tempuh oleh Sagara untuk membungkam mulut para pelayan itu tidak menguntungkan untuk Senja. Karena di belakang majikannya, mereka terus memandangi Senja dengan sinis. Bahkan, mereka tak segan menyindir dan menyebutnya sebagai pelakor."Kamu tau, Senja, hukuman dunia akan kamu rasakan saat kamu menjadi duri dalam rumah tangga orang lain, tapi kenapa kamu melakukannya?" Bi Riris ikut-ikutan memusuhinya."Kenapa Bude bicara seperti itu?" tanya Senja dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Apa kamu lupa, suamiku berpaling dariku karena orang ketiga?" "Ini beda cerita, Bude. Aku tidak akan merebut Tuan Saga dari nyonya Ariana, aku akan berada di antara mereka hanya sampai aku bisa memberikan keturunan. Percayalah, Bude!" jelas Senja. "Apa maksudmu?" Apa pernikahanmu semacam pernikahan kontrak? Ikut ke kamarku, kamu harus menjelaskan semuanya sama Bude!" ucapnya dengan kening yang berkerut saat me
Senja Yang di Hadirkan 39**Beberapa jam berlalu dan kesadaran Senja mulai kembali, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia merasa ada yang tengah menepuk-nepuk pipinya dengan lembut dan berharap itu suaminya.Harapannya memang terlalu tinggi untuk perempuan seperti dirinya yang berstatuskan istri siri juga sebagai istri rahasia. Karena begitu ia membuka matanya bukan Sagara yang ia temukan melainkan Ariana."Kakak," gumam Senja. Seketika harapan yang sebelumnya menggebu, perlahan menguap dan hilang bersama udara yang mulai membuatnya menggigil kedinginan."Bagaimana keadaanmu, Senja?" tanya wanita itu pelan."A-aku," Senja berusaha mengingat apa saja yang sudah ia lewati, kemudian tangannya menyentuh perutnya yang mulai terasa sakit dan mulai kebingungan. "Di mana bayiku? A-aku tadi akan melahirkan dan aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu," jelas Senja, namun lebih mirip meracau dan keringat dingin mulai mengucur di ken
** Sagara kembali ke kantor dan tentunya di sambut baik oleh Arisa dan Alex juga Calesya. Namun, Sagara tak mau membuat mereka tersenyum lega, karena Sagara mengajak Ariana turut serta."Selamat datang kembali di perusahaan Adijaya, anakku! Kantor ini terasa sepi tanpa kehadiran pemimpin seperti kamu!" sambut Alex sambil tersenyum bahagia. "Terimakasih, tapi aku rasa ini terlalu berlebihan, Pa," sahut Sagara. Ia terus berusaha mengendalikan egonya yang sebenarnya tak terima dengan mereka yang selalu ikut campur dalam urusannya, termasuk memata-matai dirinya."Tidak apa-apa, ini tak seberapa dengan hasil yang akan di capai oleh kamu nantinya, Sayang!" sela Arisa dengan senyum yang mengembang. "Mana Riko? Apakah dia tak ikut bersamamu?" selisik Arisa, ia menyipitkan matanya mencari mejujuran di sorot mata elang putranya."Riko sedang ada urusan, Mama." "Oh, baiklah kita akan segera memulai makan-makan, ya!" u
Senja Yang Di Hadirkan 37**Sagara benar-benar menghabiskan hari itu bersama wanita keduanya, kebahagiaan yang tercipta membuat ia melupakan masalahnya dengan orang tuanya. Bahkan, ia lupa ada orang yang tengah mengincar keberadaannya di kota ini. "Aw!" pekik Senja sambil memegangi perut bagian bawahnya. "Kenapa?" tanya Sagara panik."Tidak apa-apa, cuma gerakannya membuat tulang saya terasa ngilu," jawab Senja sambil tersenyum."Uh ... kembarnya Ayah, lagi nakalin Bunda,ya?" bisik Sagara di perut buncit istri keduanya."Jangan kencang-kencang nendangnya, ya! Nanti Bunda kesakitan," sambung Sagara, tangannya lihai mengelus perut Senja sengan lembut."Permisi, Tuan Saga," ucap Riko menggagetkan keduanya hinga baik Senja ataupun Sagara terlihat gugup."Tak bisakah kamu mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk ke dalam rumah?" gerutu Sagara menahan kesal. "Saya sudah mengetuk pintu depan beberapa
Senja Yang Di Hadirkan 36**Brak!!Sagara menggebrak meja di depannya dengan kuat, melampiaskan semua kekesalannya pada Calesya yang telah membuat mamanya selalu mencampuri dan menyentuh ketenangan rumah tangganya.Sementara itu, Riko melihat Nyonya Arisa bersama gadis yang selalu mengejar Sagara keluar dari ruangan itu dengan langkah gontai, bahkan kilat amarah terlihat dari raut wajah Nyonya Arisa. Setelah mereka melewatinya, ia segera mengecek keadaan Sagara di ruangannya."Tuan Saga, apa anda baik-baik saja?" tanya Riko dengan cemas ketika ia mengetuk pintu dan Sagara tak menjawab atau mempersilakannya untuk masuk."Mood-ku sedang buruk, Riko," desisnya pelan. "Apa yang terjadi?" tanya Riko, penasaran."Mama minta aku untuk tetap menikahi Calesya," jawab Sagara pelan, wajahnya terlihat sangat gundah gulana."Bukankah Nyonya Arisa sudah membatalkan perjanjian itu, lantas kenapa perjodohan itu harus
**Ariana dan Sagara telah bersiap untuk kembali ke kota J, di mana istana yang berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu perjalanan rumah tangganya yang tak jarang di hantam badai. Namun, karena keduanya saling mencintai, mereka berhasil melaluinya tanpa tapi."Apa kamu sudah siap, Sayang?" tanya Sagara, ia mendekat pada istrinya yang tengah menyisir rambut yang mulai menipis."Sudah," jawab Ariana setengah berbisik."Kamu sudah pamit dengan Senja, Mas?" sambung Ariana, mendongak sebentar menatap suaminya."Sudah. Cuma ... mungkin aku akan sering datang ke sini untuk menemaninya. Apa kamu setuju?" Sagara menatap Ariana lewat pantulan cermin di depannya."Em, apa dia kesepian?""Masalah itu aku nggak tau, hanya saja aku harus memastikan calon kembarku baik-baik saja, bukankah anak yang sehat terlahir dari ibu yang bahagia. Aku khawatir Senja tertekan di tempat ini sementara kalau di rumah utama itupun tak aman untuk
**Ariana menyambut kabar bayi kembar yang tengah berkembang di dalam rahim Senja dengan rasa haru. Ia menekan rasa cemburunya agar tak berlebihan dan menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.Senja sangat senang ketika dokter yang menanganinya memperbolehkan untuk pulang ke rumah. Ia cukup bosan dengan aroma dan suasana rumah sakit, meskipun sesekali perawat akan datang dan menemaninya bicara. Sementara Sagara selalu sibuk dengan aktivitasnya, Entah itu sibuk dengan pekerjaan atau mengurus Kakak madunya yang memang rentan sakit juga."Kamu tiduran saja, Senja! Jika kamu perlu sesuatu kamu bisa meminta padaku atau pada Bi Arum, ya!" ucap Ariana."Iya, Kak." "Tolong, jaga dua malaikatku, ya!"Degh!Entah kenapa mendengar kata-kata itu Senja merasakan hatinya teramat perih. Bahkan, rasa itu terasa hingga ke dasar hatinya. Air mata mulai merebak di pipinya dengan dada yang berguncang hebat akibat tangisnya yang mu
**Ariana gelisah melewati malam-malam tanpa suaminya, apalagi ketika ia mencoba mendapati nomor ponsel sang suami dan Adik madunya yang tak aktif-aktif sejak sore tadi."Astaga, jangan-jangan terjadi sesuatu yang buruk dengan Senja," gumamnya. Ia semakin khawatir, bahkan sampai di ujung malam pun matanya masih terjaga.Menjelang pagi, Ariana mencoba menghubungi suaminya kembali. Namun, lagi-lagi sambungan teleponnya terhubung dengan operator."Argh, kamu kemana sih, Mas?" gumam Ariana. Ia tak bisa lagi menyembunyikan semua kecemasan di hatinya.Ide bermunculan di kepalanya, kemudian ia mencoba menghubungi Riko, asisten sang suami. Ia yakin Riko tahu sesuatu dan memintanya untuk mengirimkan alamat rumah sakit di mana Senja sedang di rawat tersebut. Ting.Pesan balasan dari Riko sudah masuk, ia membaca sekilas isi pesan itu kemudian ia meminta sopir di rumahnya untuk mengantarkan nya ke alamat tersebut.
**Perempuan cantik dengan tubuh tinggi semampay berjalan terburu-buru masuk ke dalam rumah sakit. Sesampainya di depan ruangan dokter Hilma, ia mengetuk pintu ruangan itu terlebih dahulu."Masuk!" teriaknya dari dalam. "Selamat malam, Kak Hilma," ucap Calesya."Hai, Calesya. Akhirnya kamu datang juga!" sambut dokter Hilma pada Calesya, adik sepupunya. Mereka berpelukan sebagai bentuk meluapkan rasa rindunya yang sudah beberapa bulan tak berjumpa."Maaf, ya, aku kemarin nggak bisa datang ke acara pernikahanmu. Aku benar-benar ada urusan di luar negri, padahal aku ingin sekali datang untuk melihat Kakak sepupuku duduk di pelaminan." Calesya berucap dengan wajah sedih."Tidak apa-apa. Aku paham jadwalmu sibuk, Calesya." "Terimakasih, untuk pengertianmu. Oya, ini aku bawa sesuatu untukmu!" Calesya menyodorkan amplop warna putih ke hadapan sepupunya."Apa ini?" tanya Hilma. Perempuan itu mengernyitkan ke
**Sagara menunggu di depan ruangan IGD dengan perasaan yang begitu cemas, ia sangat khawatir terjadi apa-apa pada Senja dan bayinya. Jika itu sampai terjadi, ia tak mungkin bisa memaafkan keteledorannya.'Sagara, bagaimana bisa kamu membiarkan istrimu sendirian, padahal dia sedang hamil?' hatinya bermonolog.Ponselnya terus berdering, pertanda seseorang tengah sibuk menghubunginya."Ariana," gumam lelaki itu, ia meraup wajahnya dengan kesal. Ia terdiam beberapa detik, lalu ia memutuskan untuk mengangkat panggilan telepon dari istrinya. "Halo," ucapannya. "Mas, bagaimana? Apa Senja baik-baik saja? Kenapa kamu tak mengabariku?" tanya Ariana hampir tanpa jeda, membuat Sagara menjauhkan benda pipih itu dari telinganya."Belum, aku sedang di rumah sakit dan dokter sedang menanganinya. Kamu berdo'a saja semoga tidak terjadi hal buruk padanya. Karena ... sesampainya di sana Senja sudah mengalami pendarahan." Sagar