**Untuk kalian yang belum follow, ayo follow dulu akunku, ya! Lalu, jika berkenan tolong subscribe cerita ini dengan tambahkan ke pustaka kalian, lalu kasih lima bintang, ya!Selamat membaca! **Sagara menyiapkan segala keperluan untuk melakukan akad keduanya. Beruntungnya, pasien rumah sakit hari ini tidak terlalu banyak, hingga kepala rumah sakit mengizinkan untuk melakukan akad di ruangan tersebut.Ariana tampak sibuk membantu Senja untuk mengenakan jilbab berwarna putih tulang. Tanpa riasan namun Senja terlihat cantik dengan balutan kebaya putih yang di dapat dari jasa sewa baju pengantin terdekat dari rumah sakit."Apa, Nyonya yakin akan melakukan ini?" tanya Senja dengan hati yang berdebar-debar. Walau bagaimanapun, pertanyaan ini begitu intim dan mungkin bisa saja terdengar seolah-olah mengejek perempuan yang tengah berdiri di depannya."Tentu saja, Senja. Kamu tak perlu mengkhawatirkan aku!"Munaf
**Sebenernya, cara yang di tempuh oleh Sagara untuk membungkam mulut para pelayan itu tidak menguntungkan untuk Senja. Karena di belakang majikannya, mereka terus memandangi Senja dengan sinis. Bahkan, mereka tak segan menyindir dan menyebutnya sebagai pelakor."Kamu tau, Senja, hukuman dunia akan kamu rasakan saat kamu menjadi duri dalam rumah tangga orang lain, tapi kenapa kamu melakukannya?" Bi Riris ikut-ikutan memusuhinya."Kenapa Bude bicara seperti itu?" tanya Senja dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Apa kamu lupa, suamiku berpaling dariku karena orang ketiga?" "Ini beda cerita, Bude. Aku tidak akan merebut Tuan Saga dari nyonya Ariana, aku akan berada di antara mereka hanya sampai aku bisa memberikan keturunan. Percayalah, Bude!" jelas Senja. "Apa maksudmu?" Apa pernikahanmu semacam pernikahan kontrak? Ikut ke kamarku, kamu harus menjelaskan semuanya sama Bude!" ucapnya dengan kening yang berkerut saat me
**"Apa kamu sudah siap, Senja?" tanya Sagara, ia menetap lekat wajah mungil di depannya.Senja menundukkan pandangannya, "lakukanlah apa yang Tuan Saga mau lakukan, karena saya sadar posisi saya di sini sebagai apa."Senja seolah tak punya pilihan lain. Menghindar bisa saja ia lakukan tapi untuk apa? Toh, dirinya sadar kehadirannya di sini memang di jadikan alat majikannya untuk memiliki keturunan, bukan?"Baiklah, saya akan ke kamar mandi dulu," ucap Sagara. Lelaki itu tampak salah tingkah, lalu masuk ke dalam kamar mandi.Senja menaiki ranjang dan merebahkan tubuhnya, lebih tepatnya dia meringkuk di bawah selimut. Perasaan takut membuatnya semakin gelisah hingga tubuhnya mendadak berkeringat."Senja," panggil Sagara pelan. "I-iya, Tuan." Senja bangun lalu duduk di atas ranjang, wajahnya tertunduk tak berani menatap majikan lelakinya yang sekarang telah sah menjadi suaminya, meskipun hanya suami siri.
**Sagara mendapati Ariana sedang menangis dengan mata yang cukup bengkak. Ia tampak emosi ketika mendengar penjelasan dari Senja kalau orang tuanya'lah yang sudah membuat Ariana seperti itu. Bahkan Senja memberikan foto perempuan yang di tinggalkan orang tua Sagara saat berkunjung tadi."Mereka selalu saja mengusik rumah tanggaku, sebenarnya apa mau mereka?" gumam Sagara dengan tangan yang terkepal kuat, ia sedang merasakan arahnya sudah di ubun-ubun ketika melihat istrinya terluka."Mas, Cukup! Mereka tidak salah apa-apa, aku yang salah di sini. Aku mandul, aku tak bisa memberi kamu anak dan aku wanita yang tak bisa melepasmu untuk perempuan-perempuan itu!""Tenang, Sayang. Apapun keadaanmu aku tetap mencintai kamu, kita sudah membahasnya dari dulu dan kamu nggak perlu mendengarkan mereka, meskipun mereka adalah orang tuaku sekalipun!""Tapi, Mas, mereka tak akan berhenti sebelum ada anak di antara kita, mereka akan terus menc
**Pagi itu Ariana lebih dulu duduk di meja makan, memastikan pelayan menyiapkan menu spesial untuk sarapan paginya bersama Senja dan suaminya. Bibir Ariana tersenyum simpul, saat melihat rambut Sagara tampak basah habis keramas. Lalu memandangi wajah Senja yang tampak memerah dan salah tingkah. Apalagi, ketika Ariana memperhatikan bagian bawah Senja saat berjalan, ia tampak meringis kesakitan.'Sabar, Ariana, sebentar lagi kamu akan segera mendapatkan semua impian kamu. Seorang bayi yang lucu, juga mertua yang akan menerima kehadiranmu!' Ariana bermonolog."Ariana, aku mau bicara, ikut aku!" ucap Sagara saat melihat wajah istrinya tampak mencurigakan."Sarapan dulu saja, Mas, nanti kamu terlambat!" sahut Ariana dengan tenang."Ini penting!" ujar Sagara penuh penekanan. "Baiklah, Mas." Ariana berjalan ke kamarnya, padahal ia sedang menikmati kebahagiaannya. Ya, melihat Senja meringis kesakitan saat
**Ariana meminta Bi Riris untuk tidur di kamar Senja sambil menjaganya. Ia berpesan kalau ada apa-apa dengan Senja ia harus segera memberitahunya. Bi Riris dengan sabar mengompres kening Senja, sesekali bulir bening menetes di kedua sudut matanya. "Kamu anak baik, Senja, tapi nasibmu malang sekali. Kenapa kamu harus terlibat dengan masalah seperti ini?" lirih Bi Riris dalam isak tangisnya."Eh, Bude, kenapa masih di sini? Bude tidur saja, nggak usah nungguin aku!" ucap Senja dengan pelan.Bi Riris segera menghapus air matanya, ia tak mau kesedihannya di lihat oleh Senja. "Senja, apa kamu haus atau lapar? Biar Bude ambilkan, ya!" tawar Bi riris pada keponakannya yang masih mengerjap-ngerjapkan matanya."Tidak, Bude, aku hanya ngantuk." "Tidur saja, Bude di tugaskan oleh Nyonya Ariana untuk menemani kamu malam ini.""Iya, kah?" "Ya. Sebenarnya kamu ini kenapa? Bude lihat kemarin s
**Permintaan maaf dari keduanya membuat Senja luluh dan kembali berdamai dengan keadaan. Bahkan, sekarang Sagara bersikap lebih baik pada Senja, istri keduanya."Mas Saga, ini sudah sebulan dari waktu yang Mama kasih buat aku dan Senja sepertinya belum ada tanda-tanda hamil," ucap Ariana pelan."Ya, bagaimana lagi? Lagipula, Mas belum berani mendatangi Senja, Sayang. Mas takut dia masih trauma dengan kejadian dua minggu lalu," sahut Sagara sambil mengusap rambut istrinya."Kita kasih pengertian lagi pelan-pelan, ya, Mas. Aku juga janji nggak akan melakukan hal yang membuat Senja trauma lagi.""Ya, nanti kita coba lagi," sahut Sagara.Jujur, setelah kejadian itu Sagara merasakan batinnya sangat tersiksa, apalagi ia pernah melihat Senja tidur bertumpu di lengannya tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.Ia lelaki normal, namun ia selalu berhasil menahan hasratnya, karena tak ingin melukai perasaan istrinya. Meskip
**"Ariana, sejak kapan pelayan boleh duduk di kursi yang sama dengan majikan?" teriak Arisa dengan tatapan tajam ke arah dua perempuan yang tengah asik mengobrol."Ma-Mama," gumam Arisa pelan."Tadi Senja niatnya mau beresin meja, dia duduk di situ karena aku yang minta soalnya tadi ada yang perlu di bicarakan. Kan, nggak sopan kalau bicara sambil berdiri," elak Ariana kemudian, setelah beberapa detik ia memikirkan jawaban apa yang paling tepat untuk pertanyaan mertuanya."Dengar, pokoknya jangan membiasakan ada pelayan yang duduk di kursi yang sama dengan kita atau kalau perlu suruh lah mereka duduk di lantai!" ujar Arisa lagi Sambil menelengkan matanya kepada Senja.Degh!'Ya Allah, sadis sekali mulutnya. Bagaimana kalau Nyonya Arisa sampai tau aku ini istri rahasianya Mas Saga?' ucap Senja dalam hati."Kamu ngapain masih berdiri di situ? Pergi sana!" usir Arisa lagi, sambil mengibas-ngibakan tangan la
Senja Yang di Hadirkan 39**Beberapa jam berlalu dan kesadaran Senja mulai kembali, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia merasa ada yang tengah menepuk-nepuk pipinya dengan lembut dan berharap itu suaminya.Harapannya memang terlalu tinggi untuk perempuan seperti dirinya yang berstatuskan istri siri juga sebagai istri rahasia. Karena begitu ia membuka matanya bukan Sagara yang ia temukan melainkan Ariana."Kakak," gumam Senja. Seketika harapan yang sebelumnya menggebu, perlahan menguap dan hilang bersama udara yang mulai membuatnya menggigil kedinginan."Bagaimana keadaanmu, Senja?" tanya wanita itu pelan."A-aku," Senja berusaha mengingat apa saja yang sudah ia lewati, kemudian tangannya menyentuh perutnya yang mulai terasa sakit dan mulai kebingungan. "Di mana bayiku? A-aku tadi akan melahirkan dan aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu," jelas Senja, namun lebih mirip meracau dan keringat dingin mulai mengucur di ken
** Sagara kembali ke kantor dan tentunya di sambut baik oleh Arisa dan Alex juga Calesya. Namun, Sagara tak mau membuat mereka tersenyum lega, karena Sagara mengajak Ariana turut serta."Selamat datang kembali di perusahaan Adijaya, anakku! Kantor ini terasa sepi tanpa kehadiran pemimpin seperti kamu!" sambut Alex sambil tersenyum bahagia. "Terimakasih, tapi aku rasa ini terlalu berlebihan, Pa," sahut Sagara. Ia terus berusaha mengendalikan egonya yang sebenarnya tak terima dengan mereka yang selalu ikut campur dalam urusannya, termasuk memata-matai dirinya."Tidak apa-apa, ini tak seberapa dengan hasil yang akan di capai oleh kamu nantinya, Sayang!" sela Arisa dengan senyum yang mengembang. "Mana Riko? Apakah dia tak ikut bersamamu?" selisik Arisa, ia menyipitkan matanya mencari mejujuran di sorot mata elang putranya."Riko sedang ada urusan, Mama." "Oh, baiklah kita akan segera memulai makan-makan, ya!" u
Senja Yang Di Hadirkan 37**Sagara benar-benar menghabiskan hari itu bersama wanita keduanya, kebahagiaan yang tercipta membuat ia melupakan masalahnya dengan orang tuanya. Bahkan, ia lupa ada orang yang tengah mengincar keberadaannya di kota ini. "Aw!" pekik Senja sambil memegangi perut bagian bawahnya. "Kenapa?" tanya Sagara panik."Tidak apa-apa, cuma gerakannya membuat tulang saya terasa ngilu," jawab Senja sambil tersenyum."Uh ... kembarnya Ayah, lagi nakalin Bunda,ya?" bisik Sagara di perut buncit istri keduanya."Jangan kencang-kencang nendangnya, ya! Nanti Bunda kesakitan," sambung Sagara, tangannya lihai mengelus perut Senja sengan lembut."Permisi, Tuan Saga," ucap Riko menggagetkan keduanya hinga baik Senja ataupun Sagara terlihat gugup."Tak bisakah kamu mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk ke dalam rumah?" gerutu Sagara menahan kesal. "Saya sudah mengetuk pintu depan beberapa
Senja Yang Di Hadirkan 36**Brak!!Sagara menggebrak meja di depannya dengan kuat, melampiaskan semua kekesalannya pada Calesya yang telah membuat mamanya selalu mencampuri dan menyentuh ketenangan rumah tangganya.Sementara itu, Riko melihat Nyonya Arisa bersama gadis yang selalu mengejar Sagara keluar dari ruangan itu dengan langkah gontai, bahkan kilat amarah terlihat dari raut wajah Nyonya Arisa. Setelah mereka melewatinya, ia segera mengecek keadaan Sagara di ruangannya."Tuan Saga, apa anda baik-baik saja?" tanya Riko dengan cemas ketika ia mengetuk pintu dan Sagara tak menjawab atau mempersilakannya untuk masuk."Mood-ku sedang buruk, Riko," desisnya pelan. "Apa yang terjadi?" tanya Riko, penasaran."Mama minta aku untuk tetap menikahi Calesya," jawab Sagara pelan, wajahnya terlihat sangat gundah gulana."Bukankah Nyonya Arisa sudah membatalkan perjanjian itu, lantas kenapa perjodohan itu harus
**Ariana dan Sagara telah bersiap untuk kembali ke kota J, di mana istana yang berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu perjalanan rumah tangganya yang tak jarang di hantam badai. Namun, karena keduanya saling mencintai, mereka berhasil melaluinya tanpa tapi."Apa kamu sudah siap, Sayang?" tanya Sagara, ia mendekat pada istrinya yang tengah menyisir rambut yang mulai menipis."Sudah," jawab Ariana setengah berbisik."Kamu sudah pamit dengan Senja, Mas?" sambung Ariana, mendongak sebentar menatap suaminya."Sudah. Cuma ... mungkin aku akan sering datang ke sini untuk menemaninya. Apa kamu setuju?" Sagara menatap Ariana lewat pantulan cermin di depannya."Em, apa dia kesepian?""Masalah itu aku nggak tau, hanya saja aku harus memastikan calon kembarku baik-baik saja, bukankah anak yang sehat terlahir dari ibu yang bahagia. Aku khawatir Senja tertekan di tempat ini sementara kalau di rumah utama itupun tak aman untuk
**Ariana menyambut kabar bayi kembar yang tengah berkembang di dalam rahim Senja dengan rasa haru. Ia menekan rasa cemburunya agar tak berlebihan dan menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.Senja sangat senang ketika dokter yang menanganinya memperbolehkan untuk pulang ke rumah. Ia cukup bosan dengan aroma dan suasana rumah sakit, meskipun sesekali perawat akan datang dan menemaninya bicara. Sementara Sagara selalu sibuk dengan aktivitasnya, Entah itu sibuk dengan pekerjaan atau mengurus Kakak madunya yang memang rentan sakit juga."Kamu tiduran saja, Senja! Jika kamu perlu sesuatu kamu bisa meminta padaku atau pada Bi Arum, ya!" ucap Ariana."Iya, Kak." "Tolong, jaga dua malaikatku, ya!"Degh!Entah kenapa mendengar kata-kata itu Senja merasakan hatinya teramat perih. Bahkan, rasa itu terasa hingga ke dasar hatinya. Air mata mulai merebak di pipinya dengan dada yang berguncang hebat akibat tangisnya yang mu
**Ariana gelisah melewati malam-malam tanpa suaminya, apalagi ketika ia mencoba mendapati nomor ponsel sang suami dan Adik madunya yang tak aktif-aktif sejak sore tadi."Astaga, jangan-jangan terjadi sesuatu yang buruk dengan Senja," gumamnya. Ia semakin khawatir, bahkan sampai di ujung malam pun matanya masih terjaga.Menjelang pagi, Ariana mencoba menghubungi suaminya kembali. Namun, lagi-lagi sambungan teleponnya terhubung dengan operator."Argh, kamu kemana sih, Mas?" gumam Ariana. Ia tak bisa lagi menyembunyikan semua kecemasan di hatinya.Ide bermunculan di kepalanya, kemudian ia mencoba menghubungi Riko, asisten sang suami. Ia yakin Riko tahu sesuatu dan memintanya untuk mengirimkan alamat rumah sakit di mana Senja sedang di rawat tersebut. Ting.Pesan balasan dari Riko sudah masuk, ia membaca sekilas isi pesan itu kemudian ia meminta sopir di rumahnya untuk mengantarkan nya ke alamat tersebut.
**Perempuan cantik dengan tubuh tinggi semampay berjalan terburu-buru masuk ke dalam rumah sakit. Sesampainya di depan ruangan dokter Hilma, ia mengetuk pintu ruangan itu terlebih dahulu."Masuk!" teriaknya dari dalam. "Selamat malam, Kak Hilma," ucap Calesya."Hai, Calesya. Akhirnya kamu datang juga!" sambut dokter Hilma pada Calesya, adik sepupunya. Mereka berpelukan sebagai bentuk meluapkan rasa rindunya yang sudah beberapa bulan tak berjumpa."Maaf, ya, aku kemarin nggak bisa datang ke acara pernikahanmu. Aku benar-benar ada urusan di luar negri, padahal aku ingin sekali datang untuk melihat Kakak sepupuku duduk di pelaminan." Calesya berucap dengan wajah sedih."Tidak apa-apa. Aku paham jadwalmu sibuk, Calesya." "Terimakasih, untuk pengertianmu. Oya, ini aku bawa sesuatu untukmu!" Calesya menyodorkan amplop warna putih ke hadapan sepupunya."Apa ini?" tanya Hilma. Perempuan itu mengernyitkan ke
**Sagara menunggu di depan ruangan IGD dengan perasaan yang begitu cemas, ia sangat khawatir terjadi apa-apa pada Senja dan bayinya. Jika itu sampai terjadi, ia tak mungkin bisa memaafkan keteledorannya.'Sagara, bagaimana bisa kamu membiarkan istrimu sendirian, padahal dia sedang hamil?' hatinya bermonolog.Ponselnya terus berdering, pertanda seseorang tengah sibuk menghubunginya."Ariana," gumam lelaki itu, ia meraup wajahnya dengan kesal. Ia terdiam beberapa detik, lalu ia memutuskan untuk mengangkat panggilan telepon dari istrinya. "Halo," ucapannya. "Mas, bagaimana? Apa Senja baik-baik saja? Kenapa kamu tak mengabariku?" tanya Ariana hampir tanpa jeda, membuat Sagara menjauhkan benda pipih itu dari telinganya."Belum, aku sedang di rumah sakit dan dokter sedang menanganinya. Kamu berdo'a saja semoga tidak terjadi hal buruk padanya. Karena ... sesampainya di sana Senja sudah mengalami pendarahan." Sagar