Share

Masalah Yang Rumit

Penulis: Tyarasani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-24 12:01:55

**

Ariana menatap wajah polos lelaki yang tidur di sampingnya. Penyesalan terus saja menghantui dirinya. Andai dulu ia tak melanjutkan hubungan ini, mungkin Sagara tak akan menderita seperti sekarang. Percayalah, di benci oleh ibu kandung sendiri itu sangat menyakitkan.

Semua itu bermula ketika Arisa menyodorkan beberapa gadis yang siap memberinya keturunan. Mereka tak masalah di jadikan perempuan kedua. Namun, Sagara menolaknya dengan dalih ia hanya bisa mencintai Ariana.

"Maaf, Ma aku hanya mencintai Ariana."

"Cintamu pada perempuan mandul itu tak bisa membuat dia bisa mengandung dan melahirkan anak kamu, Saga!" teriak Arisa waktu itu.

"Aku tidak membutuhkan kehadiran anak di dalam pernikahan kami, karena tanpa anakpun, kami sudah cukup bahagia."

"Bulshit! Saat kamu tua nanti, kamu akan sangat menyesal telah bicara seperti ini padaku, Saga!"

"Mas, Ma, tolong hentikan perdebatan ini! Aku minta maaf karena belum bisa memberikan Mama cucu, tapi kami sedang berusaha, kok!" sela Ariana dengan tangisan yang sudah tak bisa ia bendung lagi.

Sagara melotot ke arah istrinya. Ia tahu betul penyakit apa yang sedang di derita istrinya, sehingga Dokter memvonisnya. Kemungkinan terbesar Ariana bisa hamil itu cuma 1% saja.

Ariana membalas tatapan suaminya dengan rasa takut. Tapi, lama-lama ia bisa stres ketika mendengar makian mertuanya terhadap dirinya yang memang keterlaluan.

Sebenarnya, Arisa tidak mengetahui kalau Ariana memang benar-benar di vonis mandul. Tetapi, dia nggak tahu saja sudah menyarankan untuk poligami. Apalagi, jika Arisa tahu kalau Ariana memang mandul.

'Ya Tuhan, ampuni aku yang mencintai hamba-MU dengan berlebihan!' ucapnya dalam hati.

Dingin, itulah kata yang pantas untuk Sagara. Setiap kali Ariana berdiskusi tentang bagaimana mendapatkan anak tanpa ia harus mengandung jawabannya selalu dingin. Lelaki berusia 30 tahun itu seperti tak tertarik sama sekali.

Puncaknya, ketika Ariana mencoba melakukan bunuh diri dengan menegak puluhan obat penenang, hingga ia tak sadarkan diri dengan mulut berbusa. Beruntungnya, Bi Riris menemukannya tepat waktu dan segera membawanya ke rumah sakit.

**

Malam itu Ariana merasakan haus yang luar biasa. Namun, ketika ia melihat gelasnya yang telah kosong, ia hanya sanggup menelan salivanya.

"Huh, gara-gara Mas Saga bentak-bentak Senja, aku jadi lupa minta dia untuk mengisi gelasku terlebih dahulu!" gerutu Ariana.

Ia beranjak turun dari ranjangnya, berjalan dengan pelan karena ia tak mau langkahnya sampai membangunkan suaminya yang sedang tertidur.

Ketika di dapur Ariana segera mengisi gelasnya. Pendengarannya, samar-samar menangkap lantunan ayat suci Al-Qur'an dari arah belakang. Di mana di sana hanya di peruntukkan untuk kamar para pelayan.

Rasa penasaran membawa langkahnya ke kamar Senja. Karena, ternyata gadis itu lah yang sedang mengaji malam-malam begini. Tidak cukup keras tapi entah mengapa Ariana merasa tertarik hingga mendatangi gadis itu di kamarnya.

Ariana mengurungkan niatnya saat akan mengetuk pintu. Ia takut mengganggu, kemudian ia hanya mendengarkan Senja yang masih mengaji di depan pintu kamar gadis itu.

"Nyonya Ariana, sedang apa di sini?"

Bi Riris membuat majikannya kaget, lalu ia meletakkan telunjuknya di bibirnya yang mungil dan berkata, "sutt, aku sedang mendengarkan Senja mengaji, Bi."

"Kenapa nggak masuk saja? Di sana Nyonya bisa mendengarkan sambil duduk, ngga berdiri seperti ini!" usulnya lagi.

"Tidak perlu, Bi. Aku juga cuma sebentar, kok. Lagipula, aku harus kembali ke kamar, Mas Saga sudah menungguku."

"Oh, begitu."

"Iya, Bi. Aku permisi, ya!"

"Silakan, Nyonya."

Bi Riris hanya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya ia heran dengan sikap majikannya yang tak biasa masuk area kamar pelayan, kali ini sikap majikannya memang sedikit mencurigakan.

"Ada-ada saja!" gumamnya, lalu Bi Riris kembali masuk ke dalam kamarnya.

Belum sempat Bi Riris masuk, Senja membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, Bude? Tadi bicara sama siapa?" tanya Senja penasaran.

"Ah, itu tadi nyonya Ariana kesini, mungkin dia butuh kamu. Tapi, mendengar kamu sedang mengaji, jadi tak jadi," jelas budenya.

"Oh, astaga. Dia butuh apa, ya?" gumam gadis itu dengan wajah terlihat sedang berpikir.

"Sudah, biar saja. Toh, dia sudah balik ke kamarnya. Lagipula, ada tuan Saga yang menemaninya."

"Mending kamu cepat tidur dan jangan lupa kamu bangun jam 04:OO subuh, ya!"

"Siap, Bude."

Senja segera menutup pintu kamarnya. Ia membuka mukena yang masih di kenakannya. Lalu melipat dan menaruhnya di dalam lemari kecil.

Kamar ini lebih besar dari ukuran kamar di rumahnya. Tiba-tiba saja ingatan Senja tertuju pada sang Bapak yang sedang sakit.

'Bapak yang kuat, ya! Aku janji begitu aku menerima gaji pertamaku akan kuberikan seluruhnya untuk berobat Bapak,' batinnya. Tak terasa bulir bening jatuh di sudut matanya.

Senja bukan anak yang di manja, tapi berkat didikan kedua orang tuanya, keinginan untuk berbakti pada orang tuanya sangatlah besar tertanam dalam jiwanya.

**

Hingga tengah malam, Ariana benar-benar tak bisa memejamkan matanya barang sebentar pun. Ide-ide itu bermunculan ketika menatap suaminya yang sedang tertidur. Apalagi, ia melihat gerak gerik Senja yang mengagumkan.

Ariana merasakan cinta yang menggebu bercampur dengan rasa kasihan yang mendalam terhadap suaminya. Bagaimana tidak, beberapa tahun belakangan ini ia jarang sekali memberinya nafkah batin untuk Sagara.

Ariana sangat paham, ukuran usia Sagara yang masih terbilang muda pasti sangat merindukannya. Tapi apa mau di kata, ketika ia memaksakan untuk melakukannya, pasti kesehatan Ariana terganggu. Sungguh, ia berada di posisi serba sulit.

Terpaksa. Ariana mengambil satu butir obat penenang dan segera meminumnya agar ia bisa tidur dengan tenang. Besok ia harus bisa bangun lebih awal lalu memikirkan bagaimana caranya agar bisa berdiskusi dengan suaminya dari hati ke hati.

**

"Selamat pagi, Ariana!" Satu kecupan mendarat di kening istrinya yang terlihat pucat.

"Selamat pagi juga, Mas!" ucap Ariana pelan.

"Wajahmu, pucat? Apa yang kamu rasakan, kamu sakit lagi?" tanya Sagara bertubi-tubi.

"Tidak, Mas. Aku baik-baik saja."

"Kalau kamu merasakan sakit lagi, kita bisa berangkat ke rumah sakit sekarang, mau?" Sagara sedikit membujuknya.

"Tidak perlu, Mas! Aku baik-baik saja, cuma ...." Ariana membiarkan ucapannya menggantung demi melihat respon dari Sagara.

"Cuma apa?" tanya Sagara penasaran.

"Cuma mau dengar, apa jawaban yang kamu pilih tentang permintaanku kemarin?" jawab Ariana dengan gugup.

"Ah, Sayang ini masih terlalu pagi untuk berdebat!" kilah Sagara mengusap wajahnya dengan kasar.

"Apa aku salah ingin membahagiakan kamu? Membahagiakan orang tuamu? Bahkan, aku sangat rindu harum bayi di rumah ini," ucap Ariana sambil menangis.

"Jelas salah jika harus mengorbankan perasaanmu sendiri, Ariana!"

"Lalu, yang benar menurutmu yang bagaimana, Mas? Mengorbankan perasaanmu? Perasaan kedua orang tuamu juga. Begitu, Mas?" tanya Ariana dengan tatapan yang sangat tajam bagai belati.

"Ariana, sudah!"

"Kenapa, Mas? Kenapa kamu diam? Bukankah, lebih baik jika aku sendirian yang berkorban untuk kalian semua? Lagipula, mungkin umurku sudah tidak akan lama lagi!" lirih Ariana.

"Cukup Ariana! Aku tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi terucap dari bibirmu!" teriak Sagara. Emosinya mulai naik ke ubun-ubun, karena mengahadapi ide gila yang di sodorkan oleh istrinya.

"Itu kenyataannya, Mas! Bahkan, mungkin saja besok atau lusa aku sudah tidak ada lagi di samping kamu!"

Entah kenapa emosi Sagara seakan-akan sudah mencapai puncak, ia mengangkat tangannya ke atas hendak menampar Ariana. Namun, dalam hitungan detik senja berhasil menerobos masuk ke dalam kamar majikannya yang tak terkunci. Dengan cepat ia memeluk Ariana, hingga wajah Ariana terselamatkan dari tangan Sagara. Sebagai gantinya, tangan itu mendarat di kepala bagian belakang gadis itu.

"A-apa yang kamu lakukan?"

________________

Bab terkait

  • Senja Yang Di Hadirkan   Menghadirkan Orang Ketiga

    **"Mas, Senja pingsan, Mas!" Ariana kaget ketika pelukan gadis itu perlahan terurai dari tubuhnya.Sagara dengan cepat mengecek keadaan gadis itu dan benar saja ia tak sadarkan diri."Mas, apa yang kamu lakukan?" tanya Ariana. Ia menatap suaminya dengan air mata yang masih membasahi pipinya."Aku ... aku tak sengaja, Ariana! Lagipula, kamu kenapa selalu memancing emosiku? Aku ini manusia biasa, Ariana!" Sagara mengacak rambutnya dengan kasar, ia benar-benar tak mengerti jalan pikiran istrinya."Aku tidak bermaksud begitu, Mas. Aku cuma ingin memberi yang terbaik untuk kamu, untuk keluarga besar kamu juga," ujar Ariana pelan. "Ya sudah, tolong bantu aku untuk membaringkan Senja di sofa!" pinta Ariana. "Merepotkan sekali pelayan ini!" gerutu sagara."Dia pingsan juga gara-gara kamu, Mas!" sahut Ariana cepat. Sagara memutuskan diam saja tak membalas lagi ucapan Ariana. Karena, watak perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Senja Yang Di Hadirkan   Permohonan

    **Akhir-akhir ini Ariana sangat menyukai duduk di balkon sambil menikmati susu coklat kesukaannya. Ia lebih senang menatap langit dari pada bermain sosial medianya. Baginya, isi sosial media itu hanya menumbuhkan kecemburuan yang benar-benar menjadikan dirinya tak bersyukur dengan apa yang telah ia punya.Ariana adalah wanita yang beruntung, hidup dengan harta yang berlimpah dan cinta yang maha luas dari sang suami. Namun, itu semua belum cukup untuk membuatnya bersyukur. Desakan demi desakan dari mertuanya, membuat ia lupa akan anugerah itu. Andai bisa di tukar, ia akan lebih memilih memiliki anak dari pada harta yang banyak."Senja, kemari'lah!" titah Ariana pada Senja yang sedang merapikan kamarnya."Iya, Nyonya." "Ini!" Ariana menyodorkan amplop berwarna coklat ke hadapan senja."Itu apa?" "Kamu lupa, kalau hari ini tepat sebulannya kamu bekerja di rumah ini?" "Astaghfirullah, saya be

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Senja Yang Di Hadirkan   Makan Malam Dengan Pelayan

    **Sagara menatap berkas-berkas yang berserakan di atas mejanya, wajahnya nampak kusut karena banyak memendam masalah. Kemudian, ia menelepon Riko untuk menghadap ke ruangannya."Ada apa, Tuan?" "Saya tidak bisa fokus mengerjakan semua berkas-berkas itu," jawab Sagara."Mau saya bikinkan kopi, Tuan?" "Kamu mau saya kembung? Sejak pagi saya sudah menghabiskan lima cangkir kopi. " Sagara mendengus kesal."Maaf, Tuan. Lalu anda mau saya melakukan apa, Tuan?" "Panggil Ambar!" "Baik, Tuan. Ambar adalah sekretaris Sagara, dia sudah lama berkerja di perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Jadi, ketika Sagara berhalangan atau ada masalah ia melimpahkan perkejaan itu pada Ambar."Selamat siang, Pak," sapa Ambar dengan sopan."Siang.""Ada apa Bapak memanggil saya?" tanya Ambar lagi. "Ini, saya ada lagi urusan, kamu kerjakan ini semua, sisanya nanti biar saya yang kerjakan!" titah Sagara , ia menyodorkan beberapa berkas ke hadapan perempuan berambut pendek itu."Baik, Pak." Ambar menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Senja Yang Di Hadirkan   Mengambil Keputusan

    **Semenjak malam itu, Senja selalu ketakutan saat bertemu Sagara. Baginya, lelaki itu bukan cuma menakutkan tapi ia sangat kasar. Bagaimana Ariana bisa berkata kalau Sagara lelaki baik?Ini hari ke-lima dari waktu yang Ariana berikan untuknya. Ia sudah memantapkan hati untuk menolak tawaran itu. Ia tak peduli jika nantinya ia juga di pecat dari pekerjaannya. Yang penting ia selamat dari lelaki kasar dan semua permainan majikannya. Belum sempat Senja berucap, Ariana telah lebih dulu melihat keberadaannya dan memintanya untuk bersiap-siap."Ganti bajumu, Senja! Hari ini aku minta kamu menemaniku jalan-jalan ke Mal," pinta Ariana."Baik, Nyonya."'Sepertinya tidak tepat kalau bicara sekarang, bagaimana kalau langsung membuat mood Nyonya Ariana hancur gara-gara mendengar penolakanku? Ah, mungkin sebaiknya memang harus di tunda dulu!'"Aku tunggu di mobil, ya!" teriak Ariana.Senja mengangguk. Ia segara berlari ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Tanpa mengoleskan sedikit pun make up di

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Senja Yang Di Hadirkan   Kondisi Yang Memburuk

    **Tubuh gadis itu gemetaran bahkan luruh ke lantai karena lemas, setelah mendapat kabar buruk dari ibunya di kampung."Senja, apa yang terjadi?" tanya Ariana. Ternyata perempuan itu menyusulnya, karena Senja meninggalkan kamarnya cukup lama. Padahal, ia dan Sagara sudah tak sabar ingin mendengar keputusan apa yang akan Senja katakan."Maaf, Nyonya, mungkin saya terlihat berlebihan, tapi saya harus segera pulang kampung!" jawab Senja di sela isak tangisnya."Loh, kenapa mendadak?" "Bapak saya sedang di rawat di rumah sakit, kondisinya memburuk sejak kemarin.""Ya Allah, saya turut prihatin," gumam Ariana dengan wajah yang cukup berempati."Terimakasih, Nyonya. Tapi ...." Ucapan Senja menggantung karena ragu untuk mengucapkannya."Tapi apa, Senja?" tanya Ariana penasaran."Saya mungkin berniat untuk meminjam uang pada Nyonya Ariana. Itupun jika Nyonya Ariana mengizinkan," jawab Senja dengan wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • Senja Yang Di Hadirkan   Demi Ariana

    **Asiah duduk di samping suaminya dengan air mata yang berderai. Pikirannya kalut ketika Dokter menyarankan untuk segera melakukan pengobatan serius untuk penyakit asma yang telah di derita suaminya sejak lama."Jangan menangis, Bapak baik-baik saja, Bu!" ucap suaminya dengan lirih. "Baik-baik bagaimana, Pak? Kalau Dokter saja sudah mengharuskan untuk pengobatan yang serius berarti penyakitnya itu sudah parah," tukas Asiah. "Itu, kan hanya kata Dokter. Sedangkan, kita punya Allah juga, Bu!" sahut suami dengan santai. "Iya, kita punya Allah, tetapi kita harus ikhtiar juga, Pak?" sergah Asiah lagi."Ya, banyakin berdo'a saja, Bu."Di tengah-tengah perdebatan itu, seseorang mengetuk pintu terlebih dahulu lalu menghambur ke pelukan ibunya. "Assala'mualaikum. Bu, maaf Senja baru bisa datang sekarang!" ucap Senja sambil mencium tangan ibunya. "Wa'alaikumussalam, nggak apa-apa, kami mengerti."

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-29
  • Senja Yang Di Hadirkan   Keputusan Akhir

    **Atas permintaan Ariana, Senja membawanya ke ruangan di mana bapaknya masih terbaring lemah."Assalamu'alaikum, Bu," ucap Senja ketika mereka hendak masuk ke ruangan itu."Wa'alaikumussalam, Nak kamu bersama siapa ini? Cantik sekali," sahut Asiah, ia lantas memuji perempuan yang berdiri di samping putrinya."Ibu, kenalin ini Nyonya Ariana, istrinya Tuan Sagara." "Masya Allah, akhirnya Ibu di pertemukan juga dengan orang baik ini. Terimakasih, telah menerima Senja untuk bekerja dengan Nyonya." Asiah tertunduk haru sampai-sampai air matanya jatuh di kedua sudut itu."Ibu Asiah, saya juga senang bertemu dengan Ibu. Ada yang perlu saya sampaikan pada Ibu dan Bapak. Tetapi melihat kondisi Bapak sebaiknya kita bicara di luar saja, kasian Bapak sedang istirahat!" "Baik, Nyonya."Belum juga Ariana menyampaikan apa-apa, Senja sudah sangat gelisah. Andai bisa, ia ingin menangis meraung-raung melepaskan beba

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-30
  • Senja Yang Di Hadirkan   Menjadi Boneka Untuk Ariana

    **Untuk kalian yang belum follow, ayo follow dulu akunku, ya! Lalu, jika berkenan tolong subscribe cerita ini dengan tambahkan ke pustaka kalian, lalu kasih lima bintang, ya!Selamat membaca! **Sagara menyiapkan segala keperluan untuk melakukan akad keduanya. Beruntungnya, pasien rumah sakit hari ini tidak terlalu banyak, hingga kepala rumah sakit mengizinkan untuk melakukan akad di ruangan tersebut.Ariana tampak sibuk membantu Senja untuk mengenakan jilbab berwarna putih tulang. Tanpa riasan namun Senja terlihat cantik dengan balutan kebaya putih yang di dapat dari jasa sewa baju pengantin terdekat dari rumah sakit."Apa, Nyonya yakin akan melakukan ini?" tanya Senja dengan hati yang berdebar-debar. Walau bagaimanapun, pertanyaan ini begitu intim dan mungkin bisa saja terdengar seolah-olah mengejek perempuan yang tengah berdiri di depannya."Tentu saja, Senja. Kamu tak perlu mengkhawatirkan aku!"Munaf

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-31

Bab terbaru

  • Senja Yang Di Hadirkan   Hanya Tinggal Janji

    Senja Yang di Hadirkan 39**Beberapa jam berlalu dan kesadaran Senja mulai kembali, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia merasa ada yang tengah menepuk-nepuk pipinya dengan lembut dan berharap itu suaminya.Harapannya memang terlalu tinggi untuk perempuan seperti dirinya yang berstatuskan istri siri juga sebagai istri rahasia. Karena begitu ia membuka matanya bukan Sagara yang ia temukan melainkan Ariana."Kakak," gumam Senja. Seketika harapan yang sebelumnya menggebu, perlahan menguap dan hilang bersama udara yang mulai membuatnya menggigil kedinginan."Bagaimana keadaanmu, Senja?" tanya wanita itu pelan."A-aku," Senja berusaha mengingat apa saja yang sudah ia lewati, kemudian tangannya menyentuh perutnya yang mulai terasa sakit dan mulai kebingungan. "Di mana bayiku? A-aku tadi akan melahirkan dan aku tak ingat apa-apa lagi setelah itu," jelas Senja, namun lebih mirip meracau dan keringat dingin mulai mengucur di ken

  • Senja Yang Di Hadirkan   Perjuangan Senja

    ** Sagara kembali ke kantor dan tentunya di sambut baik oleh Arisa dan Alex juga Calesya. Namun, Sagara tak mau membuat mereka tersenyum lega, karena Sagara mengajak Ariana turut serta."Selamat datang kembali di perusahaan Adijaya, anakku! Kantor ini terasa sepi tanpa kehadiran pemimpin seperti kamu!" sambut Alex sambil tersenyum bahagia. "Terimakasih, tapi aku rasa ini terlalu berlebihan, Pa," sahut Sagara. Ia terus berusaha mengendalikan egonya yang sebenarnya tak terima dengan mereka yang selalu ikut campur dalam urusannya, termasuk memata-matai dirinya."Tidak apa-apa, ini tak seberapa dengan hasil yang akan di capai oleh kamu nantinya, Sayang!" sela Arisa dengan senyum yang mengembang. "Mana Riko? Apakah dia tak ikut bersamamu?" selisik Arisa, ia menyipitkan matanya mencari mejujuran di sorot mata elang putranya."Riko sedang ada urusan, Mama." "Oh, baiklah kita akan segera memulai makan-makan, ya!" u

  • Senja Yang Di Hadirkan   Senja Kembali Di Asingkan

    Senja Yang Di Hadirkan 37**Sagara benar-benar menghabiskan hari itu bersama wanita keduanya, kebahagiaan yang tercipta membuat ia melupakan masalahnya dengan orang tuanya. Bahkan, ia lupa ada orang yang tengah mengincar keberadaannya di kota ini. "Aw!" pekik Senja sambil memegangi perut bagian bawahnya. "Kenapa?" tanya Sagara panik."Tidak apa-apa, cuma gerakannya membuat tulang saya terasa ngilu," jawab Senja sambil tersenyum."Uh ... kembarnya Ayah, lagi nakalin Bunda,ya?" bisik Sagara di perut buncit istri keduanya."Jangan kencang-kencang nendangnya, ya! Nanti Bunda kesakitan," sambung Sagara, tangannya lihai mengelus perut Senja sengan lembut."Permisi, Tuan Saga," ucap Riko menggagetkan keduanya hinga baik Senja ataupun Sagara terlihat gugup."Tak bisakah kamu mengetuk pintu dahulu, sebelum masuk ke dalam rumah?" gerutu Sagara menahan kesal. "Saya sudah mengetuk pintu depan beberapa

  • Senja Yang Di Hadirkan   Campur Tangan Mereka

    Senja Yang Di Hadirkan 36**Brak!!Sagara menggebrak meja di depannya dengan kuat, melampiaskan semua kekesalannya pada Calesya yang telah membuat mamanya selalu mencampuri dan menyentuh ketenangan rumah tangganya.Sementara itu, Riko melihat Nyonya Arisa bersama gadis yang selalu mengejar Sagara keluar dari ruangan itu dengan langkah gontai, bahkan kilat amarah terlihat dari raut wajah Nyonya Arisa. Setelah mereka melewatinya, ia segera mengecek keadaan Sagara di ruangannya."Tuan Saga, apa anda baik-baik saja?" tanya Riko dengan cemas ketika ia mengetuk pintu dan Sagara tak menjawab atau mempersilakannya untuk masuk."Mood-ku sedang buruk, Riko," desisnya pelan. "Apa yang terjadi?" tanya Riko, penasaran."Mama minta aku untuk tetap menikahi Calesya," jawab Sagara pelan, wajahnya terlihat sangat gundah gulana."Bukankah Nyonya Arisa sudah membatalkan perjanjian itu, lantas kenapa perjodohan itu harus

  • Senja Yang Di Hadirkan   Jangan Panggil Aku Mama!

    **Ariana dan Sagara telah bersiap untuk kembali ke kota J, di mana istana yang berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu perjalanan rumah tangganya yang tak jarang di hantam badai. Namun, karena keduanya saling mencintai, mereka berhasil melaluinya tanpa tapi."Apa kamu sudah siap, Sayang?" tanya Sagara, ia mendekat pada istrinya yang tengah menyisir rambut yang mulai menipis."Sudah," jawab Ariana setengah berbisik."Kamu sudah pamit dengan Senja, Mas?" sambung Ariana, mendongak sebentar menatap suaminya."Sudah. Cuma ... mungkin aku akan sering datang ke sini untuk menemaninya. Apa kamu setuju?" Sagara menatap Ariana lewat pantulan cermin di depannya."Em, apa dia kesepian?""Masalah itu aku nggak tau, hanya saja aku harus memastikan calon kembarku baik-baik saja, bukankah anak yang sehat terlahir dari ibu yang bahagia. Aku khawatir Senja tertekan di tempat ini sementara kalau di rumah utama itupun tak aman untuk

  • Senja Yang Di Hadirkan   Mesin Pencetak Anak

    **Ariana menyambut kabar bayi kembar yang tengah berkembang di dalam rahim Senja dengan rasa haru. Ia menekan rasa cemburunya agar tak berlebihan dan menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.Senja sangat senang ketika dokter yang menanganinya memperbolehkan untuk pulang ke rumah. Ia cukup bosan dengan aroma dan suasana rumah sakit, meskipun sesekali perawat akan datang dan menemaninya bicara. Sementara Sagara selalu sibuk dengan aktivitasnya, Entah itu sibuk dengan pekerjaan atau mengurus Kakak madunya yang memang rentan sakit juga."Kamu tiduran saja, Senja! Jika kamu perlu sesuatu kamu bisa meminta padaku atau pada Bi Arum, ya!" ucap Ariana."Iya, Kak." "Tolong, jaga dua malaikatku, ya!"Degh!Entah kenapa mendengar kata-kata itu Senja merasakan hatinya teramat perih. Bahkan, rasa itu terasa hingga ke dasar hatinya. Air mata mulai merebak di pipinya dengan dada yang berguncang hebat akibat tangisnya yang mu

  • Senja Yang Di Hadirkan   Apa Kamu Mencintai Senja?

    **Ariana gelisah melewati malam-malam tanpa suaminya, apalagi ketika ia mencoba mendapati nomor ponsel sang suami dan Adik madunya yang tak aktif-aktif sejak sore tadi."Astaga, jangan-jangan terjadi sesuatu yang buruk dengan Senja," gumamnya. Ia semakin khawatir, bahkan sampai di ujung malam pun matanya masih terjaga.Menjelang pagi, Ariana mencoba menghubungi suaminya kembali. Namun, lagi-lagi sambungan teleponnya terhubung dengan operator."Argh, kamu kemana sih, Mas?" gumam Ariana. Ia tak bisa lagi menyembunyikan semua kecemasan di hatinya.Ide bermunculan di kepalanya, kemudian ia mencoba menghubungi Riko, asisten sang suami. Ia yakin Riko tahu sesuatu dan memintanya untuk mengirimkan alamat rumah sakit di mana Senja sedang di rawat tersebut. Ting.Pesan balasan dari Riko sudah masuk, ia membaca sekilas isi pesan itu kemudian ia meminta sopir di rumahnya untuk mengantarkan nya ke alamat tersebut.

  • Senja Yang Di Hadirkan   Bertemu Calesya

    **Perempuan cantik dengan tubuh tinggi semampay berjalan terburu-buru masuk ke dalam rumah sakit. Sesampainya di depan ruangan dokter Hilma, ia mengetuk pintu ruangan itu terlebih dahulu."Masuk!" teriaknya dari dalam. "Selamat malam, Kak Hilma," ucap Calesya."Hai, Calesya. Akhirnya kamu datang juga!" sambut dokter Hilma pada Calesya, adik sepupunya. Mereka berpelukan sebagai bentuk meluapkan rasa rindunya yang sudah beberapa bulan tak berjumpa."Maaf, ya, aku kemarin nggak bisa datang ke acara pernikahanmu. Aku benar-benar ada urusan di luar negri, padahal aku ingin sekali datang untuk melihat Kakak sepupuku duduk di pelaminan." Calesya berucap dengan wajah sedih."Tidak apa-apa. Aku paham jadwalmu sibuk, Calesya." "Terimakasih, untuk pengertianmu. Oya, ini aku bawa sesuatu untukmu!" Calesya menyodorkan amplop warna putih ke hadapan sepupunya."Apa ini?" tanya Hilma. Perempuan itu mengernyitkan ke

  • Senja Yang Di Hadirkan   Masuk Rumah Sakit

    **Sagara menunggu di depan ruangan IGD dengan perasaan yang begitu cemas, ia sangat khawatir terjadi apa-apa pada Senja dan bayinya. Jika itu sampai terjadi, ia tak mungkin bisa memaafkan keteledorannya.'Sagara, bagaimana bisa kamu membiarkan istrimu sendirian, padahal dia sedang hamil?' hatinya bermonolog.Ponselnya terus berdering, pertanda seseorang tengah sibuk menghubunginya."Ariana," gumam lelaki itu, ia meraup wajahnya dengan kesal. Ia terdiam beberapa detik, lalu ia memutuskan untuk mengangkat panggilan telepon dari istrinya. "Halo," ucapannya. "Mas, bagaimana? Apa Senja baik-baik saja? Kenapa kamu tak mengabariku?" tanya Ariana hampir tanpa jeda, membuat Sagara menjauhkan benda pipih itu dari telinganya."Belum, aku sedang di rumah sakit dan dokter sedang menanganinya. Kamu berdo'a saja semoga tidak terjadi hal buruk padanya. Karena ... sesampainya di sana Senja sudah mengalami pendarahan." Sagar

DMCA.com Protection Status