Jika bagimu pelangi itu hanya ada setelah hujan, bagiku pelangi selalu ada setiap aku melihatmu.
*****
sebuah mobil Pajero Sport berwarna putih berhenti di depan sebuah gedung sekolah. tak lama dari berhentinya mobil tersebut, seseorang keluar dari dalam sana. Seorang gadis berseragam sekolah dengan bdua buku tebal di tangannya dan tas sandang berwarna biru tua di punggungnya.
"Makasi ya pak." ucapnya sambil menunduk pada sang supir.
Ia lalu menutup pintu dan mulai melangkah masuk menuju ke dalam sekolah.
Saat tubuhnya sudah berada di dalam gerbang, ia berhenti sejenak dan menatap takjub sekolah yang dipilihkan orangtuanya untuknya.
SMA Merah Putih.
Ia memejamkan matanya. Menghirup segarnya udara di sekolah tersebut. Banyaknya pepohonan yang menjulang tinggi dengan rimbunnya dedaunan membuat kesejukan sangat terasa walaupun letak sekolah ini ada di tengah-tengah pusat kota Jakarta.
Soalan Jakarta, ia sudah banyak melihatnya di TV. Dan yang paling terkenal adalah kemacetannya. Jadi bisa menemukan tempat sesejuk ini di kota besar membuatnya cukup berterima kasih pada kedua orang tuanya.
Calista Liodra Darmawan.
Itulah papan nama yang dijahit di seragam gadis tersebut.
Dalam kesehariannya ,ia selalu dikenal dengan nama Lista.
Lista tersenyum manis. Ia lalu mulai melangkah masuk ke dalam melewati beberapa siswa yang sedang duduk-duduk di halaman sekolah dan juga melewati beberapa siswa yang sedang adu ketangkasan bermain basket.
Tujuan Lista kali ini adalah ruang guru. Namun ia tak tahu dimana ruangan tersebut berada.
Memberanikan diri, Lista memutuskan untuk bertanya pada salah satu siswa yang sedang duduk sendiri sambil membaca buku.
"Apa aku boleh bertanya? Aku baru di sini, jadi aku butuh ruang guru. Kau bisa memberitahuku dimana ruangannya?"
Gadis itu menatap Lista. Ia menggeser kaca matanya semakin mendekati batang hidungnya.
"Itu." jawabnya singkat sambil menunjuk ke arah kanan Lista.
Lista mengikuti kemana arah tunjuk tersebut dan mendapati papan yang bertuliskan."RUANG GURU".
Ia lalu mengangguk dan kembali menatap gadis yang kembali sibuk dengan bukunya.
Sedikit canggung, Lista akhirnya berterima kasih dan langsung berjalan menuju ruang guru yang tadi ditunjuk si gadis Aneh.
Langkah kakinya berhenti di depan pintu. Menggenggam bukunya erat, Lista mulai mengetuk dan membukanya.
"Selamat pagi buk." sapa Lista yang tak tahu entah dengan siapa. Karena di dalam sana cukup banyak guru.
"Selamat pagi. Kamu?"
Lista menatap seorang guru wanita yang sedikit berumur.
"Oh, nama saya Lista buk. Saya murid baru."
"Oooooo, kamu Calista yang dari Padang?"
"Iya buk." Lista tersenyum kikuk sambil mengusap kepala belakangnya yang tak gatal sama sekali.
"Saya mau tanya soalan kelas saya buk."
"Oke. Kamu ikut saya. Saya akan bawa kamu menuju wali kelas kamu."
Lista mengangguk. Ia lalu berjalan mengikuti guru tersebut menuju sudut ruangan. Di sana hanya ada satu guru yang duduk. Dan perasaan Lista mengatakan jika guru tersebut adalah wali kelasnya.
"Pagi Buk Eka. Saya kesini ingin mengantarkan siswa baru pindahan dari Padang yang nanti akan jadi salah satu murid ibu."
Wanita yang tadi dipanggil Eka langsung melirik seketika ke arah mereka. Awalnya Buk Eka hanya diam ,namun hanya beberapa detik saja, karena setelahnya wanita itu langsung berubah ceria.
"Oh iyakah? Terima kasih Miss Lia sudah mengantarkan dia ke sini."
Setelah Lista berada ditangan Eka, buk Lia pun langsung kembali ke kegiatannya lagi.
"Silahkan duduk nak. Tunggu ibuk sebentar lagi ya. Ini baru mau masukin data-data kamu. Nanti pas bel berbunyi, baru kita masuk kelas."
Lista mengangguk. Ia hanya menurut saja. Ia tak terlalu memperhatikan apa yang kerjakan Buk Eka. Ia lebih asik melihat ke sekeliling ruangan sampai pintu masuk terbuka dan memunculkan tiga siswa laki-laki yang sedang digiring masuk oleh seorang guru laki-laki.
Tatapan Lista langsung tertuju fokus pada ketiganya. Sepertinya mereka sedang membuat onar, batin Lista menebak.
Namun lagi-lagi, Lista memutuskan untuk tak peduli.
Ya, beginilah sifat asli Lista. Ia tak peduli sama sekali dengan lingkungannya. Mungkin karena memang dirinya yang selalu berpindah-pindah. Jadi ia lebih memilih untuk tak tahu menahu dengan lingkungannya karena toh sebentar lagi ia yakin ayahnya akan kembali dipindahkan tugas oleh atasannya.
Sebenarnya Lista sudah bosan karena harus berpindah terus. Ia jadi tak bisa mempunyai teman yang tetap dan bersosialisasi. Karena Lista benci perpisahan. Jika ia membuat sebuah hubungan dan orang tuanya pindah tugas lagi, itu artinya ia harus berpisah. Baik itu dengan teman-temannya maupun dalam hubungan kekasih.
Itulah yang membuat Lista mendadak cuek dengan lingkungannya.
"Selesai."
Fokus Lista langsung buyar. Ia menatap Buk Eka.
"Kerjaan ibuk sudah selesai, dan Bel juga sudah berbunyi, ayo ikut ibuk. Sekarang kamu masuk kelas."
Lista tersenyum. Ia berdiri dari duduknya setelah buk Eka berdiri. Mengikuti wanita itu keluar ruangan.
Saat berada di depan kelas yang ia tak tahu itu kelas siapa, Buk Eka nampak memarahi beberapa siswa yang masih duduk-duduk di depan kelas padahal bel sudah berbunyi.
Dan tak hanya itu, banyak pasang mata yang juga sedang memperhatikannya. Mungkin karena wajahnya masih terlihat asing di sini.
Namun demikian ,lagi-lagi ia hanya diam tak ada ekspresi sama sekali. Ia memilih terus mengikuti Buk Eka sampai ia akhirnya berhenti di sebuah kelas yang di pintunya tertulis 2 IPA 2.
Lista melihat Buk Eka mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Sedangkan ia memilih tetap di luar sampai nanti ia diizinkan masuk, baru ia masuk.
Lista melirik ke arah lapangan. Langit pagi ini tampak tak terlalu bersahabat. Gelap di mana-mana, angin pun bertiup cukup kencang. Padahal tadi tak seperti ini. Sialnya ia tak membawa jaket sama sekali. Karena sekolah ini bisa dikatakan asri, jadi jika mendung, hawa dingin langsung menyeruak menyerbu kulit.
Lista kembali melirik kesekelilingnya untuk memperhatikan lingkungan baru yang mulai hari ini akan menjadi pemandangan harian untuknya.
Sambil merapalkan do'a, ia berharap sekolah barunya kali ini bisa bersahabat dengannya.
Sesekali Lista mengintip ke dalam. Dari sini ia sedikit bisa melihat bagaimana suasanan kelas. Di dalam ada guru laki-laki yang ia prediksi usianya sudah masuk lima puluhan. Sudah tampak tua. Namun masih terlihat cerdas dan cermat.
Buk Eka tengah berbicara dengan guru laki-laki tersebut. Sampai suara perintah memintanya masuk ke dalam.
Dengan gugup, ia melangkahkan kakinya masuk dan benar tebakannya, semua mata pasti tertuju padanya. Ada yang menatapnya tenang, ada yang sambil tersenyum, ada juga yang menatapnya heran.
"Kamu lanjut di kelas sama teman-teman dan Pak Handoko ya. Ibu tinggal dulu." ucap buk Eka dan pamit keluar setelah dia juga meminta izin kepada guru laki-laki yang tadi dipanggil Pak Handoko.
*****
Aku masih diam. Menanti pak Handoko menyuruhku perkenalan diri.
"Anak murid bapak sekalian, hari ini kalian kedatangan siswa baru ya, pindahan dari....dari mana nak?" aku melirik pak Handoko cepat, " Dari Padang pak." jawabku.
"Oh iya dari Padang. Silahkan perkenalkan nama kamu.."
Aku menatap ke depan dengan gugup. Banyak pasang mata yang menatapku. Aku menelusuri satu demi satu teman-teman baruku. Mereka tampak begitu antusias.
Sedikit tersenyum, akupun mulai berbicara. "Namaku Calista. Aku biasanya dipanggil Lista. Mulai hari ini, aku berharap teman-teman bisa menerimaku di kelas ini. Terima kasih.." ucapku memutus kata.
Aku masih mempertahankan senyum dibibirku. Beberapa celetukan dari teman-teman kadang membuatku geli.
"Lista udah punya pacar? Cantik amat sih.."
"Pacaran sama abang ya Lista.."
"Ngimpi apa ya gue semalam, bisa dapat teman baru secantik ini.."
"Wuuuuu...."
Itulah celetukan khas di sebuah kelas yang mendapatkan siswa baru. Apalagi siswanya cantik atau tampan.
Kehebohan terjadi di dalam kelas, yang langsung dihentikan oleh pak Handoko.
"Sudah sudah. Tenang semuanya. Di sini bukan hanya kita yang ada. Di sebelah juga tengah ada kegiatan belajar mengajar.!" ujar pak Handoko.
"Baiklah Lista, kamu bisa duduk di...."
Suara pak Handoko tak terlalu jelas lagi terdengar. Karena perhatian dan fokusku jatuh pada seorang cowok yang tengah tertunduk sembari melipat tangan ke dada. Jika melihat rambutnya, ia terlihat tampan.
'Apa dia tertidur?' batinku berucap.
Namun saat cowok itu mengangkat wajahnya, saat itu jantungku berdetak tak karuan. Wajah polosnya yang mengarah padaku membuat waktuku serasa berhenti. Seolah di kelas itu hanya ada aku dan dia. Terkurung disebuah suasana sunyi.
Tatapan mata yang begitu mempesona, sampai aku lupa dimana aku sekarang berada.
"Kamu duduk di sana. Di sebelah Angkasa."
Suara seperti berdenging ditelingaku. Namun masih sanggup kudengar dengan jelas. Di kelas ini, hanya tempat duduk cowok itu yang masih kosong.
Aku menatap pak Handoko. Aku lalu tersenyum dan mengangguk. Setelah mengucapkan terima kasih, akupun langsung berjalan menuju tempat duduk tersebut.
Gilanya, ia merasa kursi itu semakin lama semakin menjauhinya. Sungguh, kegilaan awal sekolah yang berhasil memecah fokusnya.
Sesampainya di samping Angkasa, Lista mencoba tersenyum, namun senyuman itu sama sekali tak digubris oleh cowok itu. Yang ada justru dirinya yang langsung ditertawai oleh teman-teman cewek di kelasnya.
Dengan sedikit malu, Lista duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Angkasa. Ia sesekali mencuri pandang pada Angkasa yang masih cuek bebek padanya.
Sepertinya ini akan jadi awal mula hari terberatnya di sekolah ini.
*****
Keributan terjadi seketika di dalam kelas saat pak Handoko meminta izin untuk pergi keruang guru sebentar. Memang sudah lumrahnya setiap siswa seperti itu. Jika ada jam kosong saja walaupun hanya lima menit, pasti mereka akan memanfaatkan dengan keributan. Menggosipkan sesuatu yang belum tunta
Suara dentingan sendok dengan piring terdengar di ruang makan keluarga Firmansyah. Dan kebisingan itu dihasilkan dari seorang anak kecil berusia lima tahun yang sedang menyantap nasi goreng buatan bundanya. "Lagi sayang?" tanya wanita itu pada sang anak. Rama, nama anak itu.
Calista dan Ririn baru saja sampai di Alun Alun. Dari rumahnya sampai Alun Alun, Lista memutuskan untuk berlari dengan Ririn. Jadi saat sampai di Car Free Day, ia bisa bersantai sambil duduk duduk di tengah jalan yang sudah disterilkan dari kendaraan bermotor. Lista kini duduk di jalan sedangkan Ririn tengah membeli air mineral.
"Pentas seni?" tanya Firman dengan tatapan tegasnya. Lista mengangguk dengan tegas dan berani. Ia diajarkan untuk tak takut oleh orang tuanya. Jadi demi bisa bertemu Angkasa, ia akan melakukan segala cara. "Angkasa sudah janji mau bantuin Lista. Lista juga sudah batalkan acara rekam pertunjuka
Sesampainya langkah Lista di luar, ia merasa kakinya mendadak lemas. Bahkan Ririn sampai spontan menangkapnya. Begitupun dengan Aiden dan Heru. Sedangkan Angkasa ,cowok itu hanya melihat Lista dengan tatapan yang cukup dalam. "Lo nggak apa-apa?" tanya Ririn khawatir. "Kaki gue lemes Rin. Ya Tu
Pagi ini Lista pergi sekolah dengan kakinya yang masih sakit. Beruntung karangannya dipercayai oleh orang tuanya. Yaitu ia berlari dengan Ririn dan tersandung. Semua ini karena kelalaiannya yang berlari sambil bermain ponsel. Ngomong-ngomong soal ponsel, Saat ia meminta ponselnya diambil waktu terjatuh saat merekam Angkasa manggung, ia mendapati ponselnya rusak dan layarnya selalu hidup mati sendiri.
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
"Angkasa!" Lista berlari mengejar Angkasa yang sedang berjalan menuju parkiran motornya."Angkasa, gue manggilin lo! Nyaut kek." kesal Lista saat langkahnya sudah sejajar dengan pria tersebut.Namun Angkasa cuma diam dan tak mau meladeni.Masa bodoh bagi Lista. Ia hanya perlu memecahkan batu dalam hati Angkasa. Mungkin dengan banyaknya interaksi, batu itu akan pecah.Sudah cukup ia yang kadang maju kadang mundur lalu maju dan mundur lagi. Ia sudah lelah. Dan sekarang, kepalang tanggung semuanya sudah tahu, bahkan Aiden, Heru dan Ririn sudah mendukungnya, ia harus bergerak maju."Semangat Lista!" Ucapnya berbisik untuk dirinya sendiri.Lista kembali menatap Angkasa yang sudah sampai di samping motor pria tersebut. Lista yang kaget, langsung berlari cepat dan langsung mencabut kunci motor Angkasa yang sudah terpasang di posisinya."Eh! Apa-apaan lo! Balikin kunci motor gue!""Akhirnya ngomong juga. Gitu dong. Dari tadi dipanggilin nggak nyaut nyaut. Anterin sampe rumah dong!."Angkasa m
Sepanjang kelas berlangsung, Lista memutuskan untuk tidur di ruang UKS. Ia tak bisa melihat Angkasa sekarang. Mungkin ini yang disebut tak berjodoh. Bahkan niat untuk berjuang pun tak diAminkan malaikat.Ia lagi-lagi mengambil nafas panjang."Apa yang bakal lo lakuin setelah ini?" Lista terkejut saat ia mendengar suara Aiden."Aiden?"Tirai terbuka dan memunculkan Aiden dari sana."Lo ngapain di sini?""Minta izin ke toilet.""Dan itu bohong?"Aiden mengangguk. Ia hanya ingin melihat Lista."Apa yang akan lo lakuin setelah ini? Kuasa Citra terhadap sekolah ini sungguh kuat, apalagi terhadap diri Angkasa. lo pasti sudah dengar kalau Angkasa menyukai gadis tersebut dan sekarang lo berkasus dengan Citra dan otomatis lo akan berkasus juga dengan Angkasa." ucap Aiden yang duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Lista.Lista mengernyitkan keningnya, "Lo tahu kalau Angkasa suka dengan Citra?"Aiden mengangguk, "Gue sama Heru tahu kalau dia suka dengan Citra. Tapi jujur, kita nggak
Setelah kejadian di kantin ,Lista berhasil menjadi pusat perhatian satu sekolah. Sebenarnya ia risih, namun sebisa mungkin ia tak menghiraukan itu.Karena dibully seperti itu sudah menjadi makanan hariannya saat ia masih berada di sekolah lamanya. Dan lagi-lagi semua karena cowok. Sebenarnya ia sendiri merasa bingung, Kenapa banyak para siswi yang memusuhinya, padahal Ia sama sekali tidak melakukan apapun Hanya karena banyak siswa laki-laki yang mengejarnya. lalu ia harus dijadikan target pembullyan para cewek-cewek di sekolah. Aneh bukan? Ia tak merebut siapapun, ia tak mengambil kekasih siapapun, tapi kenapa ia dibuat seperti perebut kekasih orang. Lista kembali menghela nafas. Harinya sungguh berat. Ia tak bisa melakukan apapun lagi yang bisa membuatnya tenang di berada di sekolah ini. Menjadi anak baik-baik? Sudah ia lakukan. Tapi apa yang ia dapatkan? Justru ia ditindas.Lista menatap kosong papan tulis yang saat ini dicoret-coret oleh guru. Ia tak fokus sama sekali dengan peng
"Lo lihat Lista kan pagi ini?""Eh, gilaaaa, dia cantik banget pake baju cheerleader. Sexy.""Pengen gue peluk, tahu nggak.""Apalagi bibirnya, beeuh! Sexy banget. Ditambah polesan lipstik yang nggak norak, makin aduhai cuk!"Omongan seru tiga orang siswa yang tak tahan melihat penampilan Lista tadi saat menjadi anggota cheers sekolah. Memang diakui, Lista begitu cantik dengan balutan dress ala anak cheers tersebut dan jujur, dialah yang menjadi pusat perhatian tadi saat dilapangan.Termasuk ketiga siswa yang dikenal dengan pangeran sekolah namun suka bergonta-ganti pasangan.Sebut saja yang saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin, namanya Riko.Riko ketua utama di geng mereka. Tiga orang tampan namun playboy dan diketuai oleh Riko. Bahkan ketampanan Riko, mampu bersaing dari Angkasa dan menjadikannya salah satu incaran para gadis.Ya bisa dikatakan, Riko versi iblisnya dan Angkasa versi malaikatnya.&nbs
Rabu di minggu ke dua, Hari yang bagi SMA Merah Putih sudah menjadi hari yang cukup mendebarkan. Pasalnya pada hari ini, pihak guru biasanya akan mengadakan ulangan serentak semua kelas. Baik kelas satu, dua dan tiga.Dan ritual pagi bagi Siswa yang berotak cerdas, mereka akan melakukan kegiatan lain, seperti untuk yang laki-laki, berkumpul di lapangan untuk bermain basket, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kantin.Namun beda ritual untuk yang berotak menengah ke bawah, mereka akan sibuk di kelas, mencatat jampi-jampi dan menyembunyikan di tempat terbaik di tubuh mereka. Tentu saja dengan tulisan yang sangat kecil. Ya walaupun ujung-ujungnya, jampi-jampi tersebut tetap tak terpakai. Penyebabnya karena ketatnya mata guru yang mengawasi serta mereka yang lebih menggunakan permainan A,B,C ada berapa atau membaca secara eja Asma Allah sembari menunjuk satu-satu pilihan jawaban.Dan jika untuk essay, mereka memilih sistem 'huss! Huss!' manja.Ten
"Eh itu punya gue. Lo main colong aja!" teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di sebuah tempat makan di salah satu Mall. Bahkan semua yang mendengarnya langsung melirik ke arah gadis yang saat ini sedang mengejar teman cowoknya. Dan salah satu penonton gratis itu adalah Ririn dan Lista.Mereka melihat adegan bak film india itu terpampang jelas di depan mereka membuat Ririn seketika mual ingin muntah."Kenapa lo?" tanya Lista sambil terkikik geli."Noh! Lebay banget. Dikira ini mall punya mereka?""Hahaha. Iri aja lo. Makanya cari pacar. Biar bisa lari-larian kaya gitu.""Dih! Saran lo saran yang membagongkan." tawa Lista semakin meledak dengan jawaban kesal Ririn, "Lo duluan yang cari pacar, trus lari-larian macam dua orang tadi." balas Ririn."Tapi gue nggak yakin bakalan bisa."Ririn menatap Lista dalam,
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki