Keributan terjadi seketika di dalam kelas saat pak Handoko meminta izin untuk pergi keruang guru sebentar.
Memang sudah lumrahnya setiap siswa seperti itu. Jika ada jam kosong saja walaupun hanya lima menit, pasti mereka akan memanfaatkan dengan keributan.
Menggosipkan sesuatu yang belum tuntas mereka bicarakan tadi diluar sekolah atau obrolan kemarin.
Kembali Lista dibuat bingung cara menghadapi teman sebangkunya ini. Sedari tadi cowok yang ia tahu bernama Angkasa itu hanya diam tanpa ada rasa peduli sedikitpun dengan keberadaannya di sekolah ini bahkan di sampingnya.
Aneh bukan? Baru kali ini ada yang tak respon melihatnya.
Menghela nafas panjang, Lista memutar tubuhnya menghadap Angkasa. Ia menyodorkan tangannya tepat di hadapan cowok tersebut.
"Aku Lista. Kamu?"
Suara Lista yang sedikit keras membuat ia menjadi pusat perhatian teman-temannya. Terkhusus pada cewek.
Entah kenapa jika berhubungan dengan Angkasa, ia seketika dihadapkan pada tatapan maut siswa perempuan di kelas.
Lista kembali menatap Angkasa. Tak ada respon yang baik dari cowok tersebut.
Yang ada justru dirinya yang dibuat malu.
Lista melirik beberapa anak cewek di kelas yang ternyata sedang tertawa mengejeknya.
"Anak baru jangan sok akrab. Duduk manis aja lo!" teriak seorang siswa yang duduk di seberang.
Sorakan langsung bergemuruh mengejek Lista yang sok SKSD dengan Angkasa.
Lista yang kepalang tanggung malu, memilih untuk tak peduli pada suasana di kelas. Ia hanya ingin mengenal teman sebangkunya.
"Nama kamu siapa?" tanya Lista lagi sambil menebalkan mukanya. Ia malu bukan main, namun kepalang tanggung.
"Aku Lista, kamu siapa?" ulang Lista.
Dengan jelas Lista mendengar suara decakan dari bibir Angkasa. Ia berpikir jika Angkasa sedang terganggu. Ia begitu sangat mudah menebak seseorang. Mungkin karena ibunya adalah seorang psikiater. Jadi lebih sedikitnya ia tahu beberapa ilmu tentang memahami sifat seseorang.
"Gue Aiden."
"Dan gue Heru."
Dua cowok yang mendadak muncul menyambut uluran tangan Lista yang tadi ia harapkan akan disambut oleh Angkasa.
Lista melirik kedua teman sekelasnya tersebut.
"Aku Lista." jawab Lista yang akhirnya memutuskan untuk menerima Aiden dan Heru dulu.
"Oke. Salam kenal Lista. Tapi gue mau bilang sesuatu sama lo, paling tidak untuk benteng lo aja sih." Aiden mendekatkan wajahnya pada Lista, "Cowok di sebelah lo ini agak rada rada. Jadi---" Aiden menatap Angkasa.
Pria itu menatap Aiden dengan sangat tajam. Sedangkan Lista, seperti gadis bodoh yang percaya apa yang Aiden katakan.
"Dia gila?" tanya Lista polos membuat Aiden langsung tertawa keras. Seisi kelas bahkan langsung beralih fokus pada Aiden yang belum berhenti tertawa.
"Bukan gue yang bilang ya." ucap Aiden pada Angkasa.
"Sebisa lo aja nebaknya gimana. Tapi yang jelas, betul kata Aiden, lo harus hati-hati. Lo bisa beku kalau sama dia."
Ha?
Lagi-lagi Lista dibuat bingung.
Lista melirik Angkasa yang saat itu masih memilih diam bahkan bersikap cuek.
Ia kembali melirik Aiden dan Heru.
"kalian kalau kasih info yang benar. Masa gila gila bisa sekolah."
Aiden ingin kembali tertawa. Sungguh baginya Lista sungguh polos. Ia tak menyangka bertemu dengan gadis sepolos ini.
Aiden menatap Angkasa. "Udah kali Sa. Lo sok jutek sama cewek. Padahal lo ketua kelasnya. Masa diam-diaman terus sama warga baru lo."
Lista kembali melirik Angkasa. "kamu ketua kelas?"
"Ck! berisik."
Sraak!
Angkasa menggeser kursi yang tadi ia duduki lalu berdiri dan berjalan ke luar kelas.
"Mau ke mana lo?" teriak Aiden.
"Boker! Mau ikut lo!!"
Tak ada jawaban dari Aiden sampai Angkasa keluar dari kelas.
Sedangkan Lista, gadis itu hanya terdiam menatap pintu masuk kelas tempat di mana tadi Angkasa menghilang.
"Sudah. Jangan dimasuki ke hati. Dia memang gitu orangnya. Namanya Angkasa, dia ketua kelas di kelas ini sekaligus wakil ketua OSIS. Di sekolah, dia memang terkenal dingin. Makanya tadi gue bilang kalau deket sama dia, hati-hati! takutnya lo beku."
Sekarang Lista paham apa yang tadi Heru katakan soal dia akan membeku jika tak hati-hati. Angkasa memiliki sifat yang susah untuk di dekati.
Namun Lista suka tantangan dan ini tantangan pertamanya, ia harus menaklukan angkasa dan menjadikan Angkasa sebagai temannya.
*****
Angkasa termasuk salah satu siswa terpintar di sekolahnya. ia bahkan sering menjadi perwakilan sekolahnya untuk ikut olimpiade. apalagi kepintaran Angkasa dibarengi dengan ketampanannya. alhasil cowok tersebut sukses menjadi pangeran sekolah. Namun sayangnya hatinya tak bisa disentuh.
ia sangat benci keributan, dan untuk saat ini, ia akan merutuki Aiden serta Heru yang sudah mengganggu istirahatnya. Dan jangan lupakan anak baru itu.
Siapa namanya tadi? Lista?
namun sayang, gadis itu sangat cerewet.
Ia kesal kenapa guru menempatkan Lista di kursinya. Menjadi penghuni bangku kosong di sebelahnya.
Angkasa menghentikan langkahnya di sebuah pintu.
PERPUSTAKAAN
Itulah tulisan yang tergantung besar di pintu.
Tanpa mengetuk, ia meraih gagang pintu dan menekannya ke bawah lalu mendorongnya ke dalam. Pintu itu terbuka dan ia disambut oleh guru penjaga.
"Pagi buk." sapa Angkasa.
"Oh pagi Angkasa. Kenapa kamu di sini?" tanya guru penjaga yang bingung melihat keberadaan Angkasa di sana.
"Saya mau cari buku buk. Ada sedikit tugas." jawabnya sekenanya. Padahal itu tak benar sama sekali.
"Oh baiklah. Kamu isi buku siswa dulu."
Guru itu menyerahkan pena pada Angkasa. Setelah ia menulis namanya di sana ,ia pun masuk ke dalam dan memilih rak paling belakang di dekat jendela. Memang sudah kebiasaan Angkasa duduk di sini jika ia sedang suntuk.
Bahkan ia tak pernah takut ketinggalan pelajaran. Karena memang ia bisa membaca buku hanya dalam sekali baca dan akan mengingat terus isi buku tersebut.
Dan otak encernya ia dapatkan dari bundanya.
Beruntungnya setiap ia menghilang dari kelas ,guru tak pernah mempermasalahkan. Lantaran karena otaknya ini.
******
Bel tanda jam istirahat pun tiba. Semua siswa langsung berhamburan menuju kantin, mengisi perut yang sudah keroncongan.
Namun berbeda dengan Lista. Gadis itu membawa bekal sendiri dari rumah dan memilih menyantapnya di kelas.
Untuk bergaul di lingkungan yang baru, Lista bisa dikatakan tak terlalu bisa. Ia tak bisa begitu saja ramah pada orang lain. Berbeda dengan teman sebangnya. Baginya, teman sebangnya itu adalah saudara kedua setelah saudara di rumah.
Karena bagaimana pun, teman sebangnya akan menjadi lawan bicara nya nanti selama berada di kelas. Jika dengan teman sebangnya saja ia sudah tak nyaman, ia tak yakin akan mendapatkan kenyamanan lainnya di sekolah.
Karena itu, menantang dirinya untuk berusaha menjadikan Angkasa sebagai temannya, akan ia lakukan walaupun dari melihat sifatnya Angkasa, ia yakin itu tak akan mudah.
Kenapa ia yakin tak mudah? Karena untuk hari ini saja, Angkasa menghilang sampai saat ini. Entah di mana cowok itu bersemayam saat ini.
Calista menghela nafas panjang. Ia membuka kotak bekal makanan yang tadi dibuatkan mamanya. Dan seperti biasa, isi bekal tersebut adalah nasi putih plus mie goreng dengan telur ceplok dan lima potong chicken nugget.
Ini adalah bekal terenak baginya. Ia tak butuh makanan enak lainnya saat tiga menu teman nasi putihnya ini tersedia dihadapannya.
Dan menu seperti ini ia sukai sejak masuk TK dan bertahan sampai sekarang. Pokoknya nasi putih ditambah mie goreng Ind*mie plus telur ceplok dengan nugget sudah sangat mahal baginya. Hehehehe.
Lista menatap lapar makanan di depannya. Saat ia memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya, tiba-tiba ia mendengar seseorang berteriak kencang ke arahnya.
"CACING!!" Teriak orang tersebut yang membuatnya nyaris tersedak.
Lista terkejut saat mendengar teriakan seseorang dari arah pintu masuk.
Sama halnya dengan gadis yang tadi berteriak, Lista juga tak kalah kagetnya saat mengetahui siapa yang berdiri di sana.
Dia adalah Ririn, sahabatnya sejak mereka duduk di bangku SD kelas 4. Mereka saling mengenal dahulunya saat keluarga Lista berkunjung ke restoran milik keluarga Ririn.
merasa mereka seumuran percakapan antara dua orang anak pun terjadi dan Hal itu membuat mereka bersahabat sampai saat ini.
"KEONG!! Ya Tuhan, lo sekolah disini?" seru Lista yang langsung berdiri.
"Gue yakin itu lo. Ya Allah, kita ketemu lagi. Gue pikir nggak bisa ketemu lo. Soalnya bokap lo kerjaannya pindah mulu..." gadis yang disapa Keong oleh Lista tadi langsung masuk ke dalam dan duduk di bangku yang ada di depan meja Lista.
"Gue seneng banget liat lo disini Ta.."
"Gue lebih seneng lagi Rin." seru Lista dengan antusias dan rasa bahagia. "Gue pikir gue bakalan sendirian di sini tanpa ada yang gua kenal satupun. tapi ternyata Tuhan baik banget sama gue, Karena kita satu sekolah." lanjutnya kembali antusias.
"Tadi dikelas gue heboh dengan kabar kelas ini kedatangan siswa baru. Dan foto lo dari belakang tersebar di kelas gue. Waktu gue lihat, rasa-rasanya gue kenal dan ternyata emang benar itu lo.."
"Hehehe.. Seterkenal itukah gue..." ucap Lista dengan senyum lebar.
"Cih PeDe banget lo!", Rin menatap bekal yang Lista bawa "lo masih suka bawa bekal ke sekolah?" tanya Rin.
Lista mengangguk "Mama yang paksa. Lo tau sendiri gimana overnya mama. Bang Gabriel aja sampai sekarang masih dipaksa mama bawa bekal. Padahal udah kuliah.." terang Lista panjang lebar membuat Rin tersenyum lucu.
"Bohong banget sih lo. Menunya begini tiap hari juga doyan lo." goda Ririn membuat Lista tersenyum kikuk.
"Ngomong-ngomong, gue kangen nih sama abang lo. Masih jomblo kan dia?"
"Jiaaahh.. Masih aja lo nyantolin abang gue?"
"Hehehee..sekali-sekali cacing. Cuci mata. Habisnya abang lo ganteng..."
"Itu sih mau lo.. Tapi abang ada kok. Lo nggak tahu pastikan, abang kuliaah di Jakarta?" ucap Lista dengan nada bertanya.
pertanyaan Lista, berhasil membuat Rin melotot kaget, "Eh seriusan? Sejak kapan?" tanya Rin
"Udah setahun ini. Lo aja yg kurang update... " jawab Lista dengan nada sedikit mengejek. namun ejekan itu tak diambil hati oleh Rin. gadis itu justru semakin antusias.
"Wuiihh asiiiiikkk.. Bisa ketemu babang Gabriel lagi dong gue..."
Lista tersenyum melihat tingkah Rin.
Lista begitu bahagia saat mengetahui Rin satu sekolah dengannya. Dengan begini ia yakin jika dirinya tak akan kesepian selama bersekolah disini. Dan berharap papa nya tak membawanya lagi yang membuatnya kembali terpisah dari Rin dan satu lagi, terpisah dari Angkasa.
Ngomong-ngomong soal Angkasa, sampai saat ini Lista belum bisa bertegur sapa dengan cowok yang terkenal dingin itu.
Gimana cara tegur sapa. Sejak insiden tadi di kelas dan Angkasa keluar, ia tak pernah bertemu lagi dengan ketua kelas itu.
*****
Malam ini seperti kebiasaan Calista, gadis itu selalu mengisi sebuah buku cantik yang orang kenal dengan buku Diary. Di sana Lista selalu menuangkan apa yang terjadi padanya saat itu, dan siapapun pasti yakin, isi tulisan Calista saat ini pasti tentang Angkasa. Dan diselip sedikit kelucuan Heru dan Aiden.
Hi Diary, ini hari pertamaku sekolah. Bukan tahun ajaran baru sih, tapi pindah sekolah. Hari pertamaku masuk lagi setelah dibawa papa pindah ke Jakarta.
Awalnya aku pikir Jakarta itu buruk, ternyata tak seburuk yang aku bayangkan. Mungkin yang tak aku sukai dari Jakarta itu adalah Macetnya.
Sumpah Diary, disini itu macet banget. Aku sampai dibuat kesal dan marah-marah sama papa, karena memilih Jakarta sebagai tempat proyek.
Tapi mau dikata apa. Aku hanya seorang anak yang harus patuh pada orang tua.
Oh iya Diary, soal tadi di kelas. Aku mau cerita nih. Ada seorang cowok yang menarik perhatianku.
Dia pendiem banget dan sejauh ini aku belum berani mengajaknya berkenalan lebih selain menanyai namanya. Ya walaupun aku sudah tahu siapa namanya. Tapi kan dengar dari mulutnya langsung itu jauh lebih menyenangkan. Namanya Angkasa. Namanya bagus bukan?
Selain Angkasa, aku juga mendapatksn dua teman yang super lucu. Pertama Heru. Heru itu aku rasa punya sifat yang periang. Apa apa selalu dibawa senyum dan aku suka karakter seperti itu. Kedua namanya Aiden.
Kalau Aiden, aku lihat anaknya sama dengan Heru, hanya saja sok bijak dan bersikap layaknya seorang Badboy. Walaupun aku tahu kalau Aiden memanglah Playboy. Dia punya banyak pacar, ucap Heru padaku tadi.
Hahahah.. Mereka berdua sangat lucu. Aku berharap, hariku akan bahagia di sana.
Oya ,satu lagi. Aku ternyata satu sekolah sama sahabat aku namanya Ririn. Seneng banget sumpah. Aku yakin bakalan betah di sekolah itu.
Sudah malam Diary, aku tidur dulu ya. Selamat malam Diary.
Selamat malam Angkasa.
Semoga kita bertemu di dalam mimpi. 😘😘
Calista ( 3 Agustus 2020)
*****
Suara dentingan sendok dengan piring terdengar di ruang makan keluarga Firmansyah. Dan kebisingan itu dihasilkan dari seorang anak kecil berusia lima tahun yang sedang menyantap nasi goreng buatan bundanya. "Lagi sayang?" tanya wanita itu pada sang anak. Rama, nama anak itu.
Calista dan Ririn baru saja sampai di Alun Alun. Dari rumahnya sampai Alun Alun, Lista memutuskan untuk berlari dengan Ririn. Jadi saat sampai di Car Free Day, ia bisa bersantai sambil duduk duduk di tengah jalan yang sudah disterilkan dari kendaraan bermotor. Lista kini duduk di jalan sedangkan Ririn tengah membeli air mineral.
"Pentas seni?" tanya Firman dengan tatapan tegasnya. Lista mengangguk dengan tegas dan berani. Ia diajarkan untuk tak takut oleh orang tuanya. Jadi demi bisa bertemu Angkasa, ia akan melakukan segala cara. "Angkasa sudah janji mau bantuin Lista. Lista juga sudah batalkan acara rekam pertunjuka
Sesampainya langkah Lista di luar, ia merasa kakinya mendadak lemas. Bahkan Ririn sampai spontan menangkapnya. Begitupun dengan Aiden dan Heru. Sedangkan Angkasa ,cowok itu hanya melihat Lista dengan tatapan yang cukup dalam. "Lo nggak apa-apa?" tanya Ririn khawatir. "Kaki gue lemes Rin. Ya Tu
Pagi ini Lista pergi sekolah dengan kakinya yang masih sakit. Beruntung karangannya dipercayai oleh orang tuanya. Yaitu ia berlari dengan Ririn dan tersandung. Semua ini karena kelalaiannya yang berlari sambil bermain ponsel. Ngomong-ngomong soal ponsel, Saat ia meminta ponselnya diambil waktu terjatuh saat merekam Angkasa manggung, ia mendapati ponselnya rusak dan layarnya selalu hidup mati sendiri.
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Angkasa!" Lista berlari mengejar Angkasa yang sedang berjalan menuju parkiran motornya."Angkasa, gue manggilin lo! Nyaut kek." kesal Lista saat langkahnya sudah sejajar dengan pria tersebut.Namun Angkasa cuma diam dan tak mau meladeni.Masa bodoh bagi Lista. Ia hanya perlu memecahkan batu dalam hati Angkasa. Mungkin dengan banyaknya interaksi, batu itu akan pecah.Sudah cukup ia yang kadang maju kadang mundur lalu maju dan mundur lagi. Ia sudah lelah. Dan sekarang, kepalang tanggung semuanya sudah tahu, bahkan Aiden, Heru dan Ririn sudah mendukungnya, ia harus bergerak maju."Semangat Lista!" Ucapnya berbisik untuk dirinya sendiri.Lista kembali menatap Angkasa yang sudah sampai di samping motor pria tersebut. Lista yang kaget, langsung berlari cepat dan langsung mencabut kunci motor Angkasa yang sudah terpasang di posisinya."Eh! Apa-apaan lo! Balikin kunci motor gue!""Akhirnya ngomong juga. Gitu dong. Dari tadi dipanggilin nggak nyaut nyaut. Anterin sampe rumah dong!."Angkasa m
Sepanjang kelas berlangsung, Lista memutuskan untuk tidur di ruang UKS. Ia tak bisa melihat Angkasa sekarang. Mungkin ini yang disebut tak berjodoh. Bahkan niat untuk berjuang pun tak diAminkan malaikat.Ia lagi-lagi mengambil nafas panjang."Apa yang bakal lo lakuin setelah ini?" Lista terkejut saat ia mendengar suara Aiden."Aiden?"Tirai terbuka dan memunculkan Aiden dari sana."Lo ngapain di sini?""Minta izin ke toilet.""Dan itu bohong?"Aiden mengangguk. Ia hanya ingin melihat Lista."Apa yang akan lo lakuin setelah ini? Kuasa Citra terhadap sekolah ini sungguh kuat, apalagi terhadap diri Angkasa. lo pasti sudah dengar kalau Angkasa menyukai gadis tersebut dan sekarang lo berkasus dengan Citra dan otomatis lo akan berkasus juga dengan Angkasa." ucap Aiden yang duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Lista.Lista mengernyitkan keningnya, "Lo tahu kalau Angkasa suka dengan Citra?"Aiden mengangguk, "Gue sama Heru tahu kalau dia suka dengan Citra. Tapi jujur, kita nggak
Setelah kejadian di kantin ,Lista berhasil menjadi pusat perhatian satu sekolah. Sebenarnya ia risih, namun sebisa mungkin ia tak menghiraukan itu.Karena dibully seperti itu sudah menjadi makanan hariannya saat ia masih berada di sekolah lamanya. Dan lagi-lagi semua karena cowok. Sebenarnya ia sendiri merasa bingung, Kenapa banyak para siswi yang memusuhinya, padahal Ia sama sekali tidak melakukan apapun Hanya karena banyak siswa laki-laki yang mengejarnya. lalu ia harus dijadikan target pembullyan para cewek-cewek di sekolah. Aneh bukan? Ia tak merebut siapapun, ia tak mengambil kekasih siapapun, tapi kenapa ia dibuat seperti perebut kekasih orang. Lista kembali menghela nafas. Harinya sungguh berat. Ia tak bisa melakukan apapun lagi yang bisa membuatnya tenang di berada di sekolah ini. Menjadi anak baik-baik? Sudah ia lakukan. Tapi apa yang ia dapatkan? Justru ia ditindas.Lista menatap kosong papan tulis yang saat ini dicoret-coret oleh guru. Ia tak fokus sama sekali dengan peng
"Lo lihat Lista kan pagi ini?""Eh, gilaaaa, dia cantik banget pake baju cheerleader. Sexy.""Pengen gue peluk, tahu nggak.""Apalagi bibirnya, beeuh! Sexy banget. Ditambah polesan lipstik yang nggak norak, makin aduhai cuk!"Omongan seru tiga orang siswa yang tak tahan melihat penampilan Lista tadi saat menjadi anggota cheers sekolah. Memang diakui, Lista begitu cantik dengan balutan dress ala anak cheers tersebut dan jujur, dialah yang menjadi pusat perhatian tadi saat dilapangan.Termasuk ketiga siswa yang dikenal dengan pangeran sekolah namun suka bergonta-ganti pasangan.Sebut saja yang saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin, namanya Riko.Riko ketua utama di geng mereka. Tiga orang tampan namun playboy dan diketuai oleh Riko. Bahkan ketampanan Riko, mampu bersaing dari Angkasa dan menjadikannya salah satu incaran para gadis.Ya bisa dikatakan, Riko versi iblisnya dan Angkasa versi malaikatnya.&nbs
Rabu di minggu ke dua, Hari yang bagi SMA Merah Putih sudah menjadi hari yang cukup mendebarkan. Pasalnya pada hari ini, pihak guru biasanya akan mengadakan ulangan serentak semua kelas. Baik kelas satu, dua dan tiga.Dan ritual pagi bagi Siswa yang berotak cerdas, mereka akan melakukan kegiatan lain, seperti untuk yang laki-laki, berkumpul di lapangan untuk bermain basket, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kantin.Namun beda ritual untuk yang berotak menengah ke bawah, mereka akan sibuk di kelas, mencatat jampi-jampi dan menyembunyikan di tempat terbaik di tubuh mereka. Tentu saja dengan tulisan yang sangat kecil. Ya walaupun ujung-ujungnya, jampi-jampi tersebut tetap tak terpakai. Penyebabnya karena ketatnya mata guru yang mengawasi serta mereka yang lebih menggunakan permainan A,B,C ada berapa atau membaca secara eja Asma Allah sembari menunjuk satu-satu pilihan jawaban.Dan jika untuk essay, mereka memilih sistem 'huss! Huss!' manja.Ten
"Eh itu punya gue. Lo main colong aja!" teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di sebuah tempat makan di salah satu Mall. Bahkan semua yang mendengarnya langsung melirik ke arah gadis yang saat ini sedang mengejar teman cowoknya. Dan salah satu penonton gratis itu adalah Ririn dan Lista.Mereka melihat adegan bak film india itu terpampang jelas di depan mereka membuat Ririn seketika mual ingin muntah."Kenapa lo?" tanya Lista sambil terkikik geli."Noh! Lebay banget. Dikira ini mall punya mereka?""Hahaha. Iri aja lo. Makanya cari pacar. Biar bisa lari-larian kaya gitu.""Dih! Saran lo saran yang membagongkan." tawa Lista semakin meledak dengan jawaban kesal Ririn, "Lo duluan yang cari pacar, trus lari-larian macam dua orang tadi." balas Ririn."Tapi gue nggak yakin bakalan bisa."Ririn menatap Lista dalam,
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki