"Pentas seni?" tanya Firman dengan tatapan tegasnya.
Lista mengangguk dengan tegas dan berani. Ia diajarkan untuk tak takut oleh orang tuanya. Jadi demi bisa bertemu Angkasa, ia akan melakukan segala cara.
"Angkasa sudah janji mau bantuin Lista. Lista juga sudah batalkan acara rekam pertunjukan seni di kampusnya abang Lista yang diadakan kemarin karena Angkasa bilang Angkasa mau bantu. Jika Angkasa nggak datang hari ini, Lista akan marah besar sama dia. Angkasa terkenal sebagai anak yang pintar di sekolah, dan Lista percaya Angkasa nggak akan tega tipu Lista."
"Tipu?"
Lista mengangguk, "Angkasa tak mungkin berbuat curang. Menjatuhkan nilai kesenian Lista demi mempertahankan nilainya di sekolah."
Firman terdiam. Ia menatap mata Lista dan tatapan serius dari Lista membuat Firman merasa jika gadis di hadapannya itu memang serius.
"Om tenang saja. Om bisa percaya pada Lista kalau Angkasa tak akan macam-macam. dia cuma mau bantuin Lista om."
Sungguh Aiden dan Heru tak percaya dengan keberanian Lista. Mereka tak menyangka Lista bisa mengarang cerita sedemikian rupa hanya untuk membuat Angkasa bisa bermain band.
Apalagi wajah meyakinkan dari Lista yang kini sedang memancar dari wajahnya.
Sungguh, Lista sangat jago akting.
"Apa jaminan kamu jika Angkasa macam-macam."
"Lista yang akan hubungi Om duluan dan beritahukan semuanya sama om."
"Cih! Jangan mengelabui saya."
"Tidak. Lista diajarkan oleh orang tua Lista untuk selalu pegang ucapan. Jangan pernah jadi penghianat."
Jawaban tegas Lista membuat Firman terdiam. Ia melihat gadis di hadapannya ini sangat berani dalam berbicara. Hingga ia sendiri tak bisa lagi membantah.
"Baiklah. Saya pegang ucapan kamu. Jika Angkasa macam-macam, bukan hanya kamu, tapi ketiga teman-teman kamu ini saya laporkan ke polisi."
Deg!
Aiden, Heru dan Ririn mendadak pucat. Namun tidak dengan Lista.
"Siap om."
"WHAT? MAIN SIAP AJA NI BOCAH.!" teriak Heru membatin.
"Baiklah."
Firman melangkah meninggalkan keempat teman anaknya dan berjalan menuju kamar sang anak. Namun langkah Firman terhenti saat baru setengah langkah ia berjalan, suara sang anak bungsu dari lantai atas terdengar.
"Ayah mau ke mana? Abang di atas di kamar Rama." ucap sang anak.
Rama menatap Firman tak terlalu suka. Jujur, ia tak suka dengan ayahnya saat di meja makan tadi. Membuat nafsu makannya berkurang.
Berkurang ya, bukan menghilang. Karena sekelas Rama yang makannya sekarung, bisa kehilangan nafsu makan itu adalah musibah.
Sebenarnya Rama sudah mendengar sedari tadi percakapan tersebut, sedangkan Angkasa sibuk mendengarkan musik menggunakan Earphone bluetooth yang ia tutupkan ke telinganya.
"Panggilin abang kamu.!"
Rama menggeleng.
"Kalau cuma buat abang sedih, biarin aja abang di dalam kamar Rama."
Melihat jawaban sang anak, Lira pun langsung mendekati Rama, "Sayang. Kakak kakak ini datang mau jemput abang kamu."
"Bawa ke Car Free Day?"
Lira mengangguk.
"Beneran?"
Lira mengangguk lagi.
"Yes! Oke! Rama panggilin abang dulu."
"Om! Ramanya ikut langsung juga nggak apa-apa om. Atau om sama tante kalau mau ikut langsung juga nggak apa-apa. Di sana banyak sarapan om. Yang jualan pakaian bagus juga ada tante. Jadi---"
"No!!"ucapan Lista terhenti saat Rama bersuara sedikit keras, "bunda sama ayah itu, kalau di bawa ke sana sukanya ribet kak. Jadi bawa Rama aja." selorohnya.
Firman dan Lira yang mendengarnya langsung tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.
"Ya sudah sana, panggil abang kamu."
Dengan semangat Rama berlari ke atas dan masuk ke dalam kamarnya. Tak berapa lama, Rama keluar lagi sambil menarik lengan Angkasa.
Dan betapa terkejutnya Angkasa saat ia melihat ada teman-temannya di bawah dan yang lebih membuatnya tak percaya, di bawah ada Lista dan juga, Ririn?.
Ngapain kedua gadis itu ada di rumahnya? Namun ekspresi terkejutnya ia simpan baik-baik. Pantas saja tadi Rama mewanti-wantinya dengan raut wajah. Ternyata ini maksud dari perkataan adiknya tadi.
"Angkasa, tapi lo janji mau bantuin gue buat tugas karya seni. Tapi lo nggak datang. Mau main curang ya?"
ANgkasa dibuat bingung karena pertanyaan Lista. Namun ia segera melihat sang ayah yang sedang melihatnya.
Ia kembali menatap Lista, "Sorry. Gue bukannya curang, cuma ada sedikit masalah. Gue--"
"Abang! Abang boleh pergi!"
Ha? Angkasa melongo seketika. Ia tak menyangka kalimat tersebut keluar dari mulut sang ayah. Bahkan tadi ayahnya masih bersikeras tak mengizinkannya.
"Bantuin tu teman kamu. Jangan curang dalam nilai." setelah mengakhiri kalimatnya, Firman kembali duduk di ruang TV dan menikmati tontonan dengan santai.
Angkasa dibuat tak percaya. Ia menatap bundanya dan bundanya juga mengangguk sambil tersenyum.
Lira menatap Lista, dari awal melihat anak itu ,ia sudah yakin jika Lista akan membawa perubahan baik.
"Tapi bawa Rama ya." perintah sang bunda.
"Siap bunda."
Angkasa berjalan menyalami bundanya lalu menuju sang ayah dan ia salami juga. Setelah pamit, rumah mendadak sepi. Hanya menyisakan kedua orang tua yang baru saja mendapat kejutan dari seorang gadis.
Lira berjalan mendekati suaminya dan merangkul suaminya itu.
"Sudah saatnya ayah percaya sama Angkasa." ucap Lira lembut.
"Ayah percaya bun, hanya saja--"
"Bunda paham yah. Ini pasti karena trauma ayah yang kehilangan sahabat ayah itu kan? Bunda paham. Tapi anak kita itu anak kita. Kita yang tahu bagaimana Angkasa. Selama ini apa ayah lihat Angkasa membantah? Apa ayah lihat, Angkasa diam-diam curi waktu untuk bohong?"
Firman menghela nafas panjang.
"Sekarang, ayah cukup percayakan itu semua pada Angkasa. Lagian Rama juga ikut. Rama bisa jadi CCTV kita."
Menyerah, Firman pun akhirnya menurut. Ia menggenggam jemari sang istri.
"Ayah akan coba." ucapnya.
Lira tersenyum. Suasana hening sejenak.
"Oh ya Yah, Lista boleh juga. Bunda suka sama gadis yang satu itu."
Firman langsung memutar pandangan menatap sang istri.
"Maksud bunda?"
Tak menjawab, Lira justru hanya senyum-senyum sendiri sambil mengedipkan matanya pada sang suami.
Sungguh, pria itu yakin jika ada sesuatu hal yang akan direncanakan oleh istrinya. Ia yakin jika wanita terbaiknya ini sedang menyusun sesuatu dan itu berhubungan dengan anaknya Angkasa serta gadis manis yang tadi berbicara tegas dengannya.
"Jangan dipaksa. Anak kita bukan akan TK. Abang punya kehidupannya sendiri. Apalagi urusan cinta." tebak Firman.
Lira memukul lengan sang suami, "Ih! Mas, ikut-ikutan saja. Ini urusan aku."
"Ya apalagi kalau bukan soal jodoh-jodohan."
"Ya kalau Angkasanya mau apa salahnya."
"Kamu tahu sifat anak kamu yang satu itu kan?"
Lira mengangguk.
"Mas yakin dia nggak akan suka."
"Kalau soalan itu, mas tenang saja. Itu biar jadi urusan aku."
Firman hanya geleng-geleng kepala.
Lira bahkan melihat wajah suaminya begitu lucu. Dengan semangatnya ia meraih kedua pipi sang suami dan dengan kilat mengecup bibir suaminya, "I love you Mas."
Firman menatap Lira takjub. Ia lalu tersenyum dan membalas kecupan sang istri, "I Love You too." balasnya
"Pokoknya nanti, mas nggak ikut campur ya jika di tengah-tengah usaha kamu, Angkasa menolak."
Lira mengarahkan jempolnya pada sang suami. "Ayah tenang saja. Semua sudah ada dalam kepalaku."
Lira tersenyum manis. Sementara Firman kembali melihat layar TV.
Entah apa yang nanti istrinya lakukan. Yang jelas ia hanya akan menurut saja. Karena untuk soalan seperti itu, ia tak berpengalaman.
*****
Sesampainya langkah Lista di luar, ia merasa kakinya mendadak lemas. Bahkan Ririn sampai spontan menangkapnya. Begitupun dengan Aiden dan Heru. Sedangkan Angkasa ,cowok itu hanya melihat Lista dengan tatapan yang cukup dalam. "Lo nggak apa-apa?" tanya Ririn khawatir. "Kaki gue lemes Rin. Ya Tu
Pagi ini Lista pergi sekolah dengan kakinya yang masih sakit. Beruntung karangannya dipercayai oleh orang tuanya. Yaitu ia berlari dengan Ririn dan tersandung. Semua ini karena kelalaiannya yang berlari sambil bermain ponsel. Ngomong-ngomong soal ponsel, Saat ia meminta ponselnya diambil waktu terjatuh saat merekam Angkasa manggung, ia mendapati ponselnya rusak dan layarnya selalu hidup mati sendiri.
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Eh itu punya gue. Lo main colong aja!" teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di sebuah tempat makan di salah satu Mall. Bahkan semua yang mendengarnya langsung melirik ke arah gadis yang saat ini sedang mengejar teman cowoknya. Dan salah satu penonton gratis itu adalah Ririn dan Lista.Mereka melihat adegan bak film india itu terpampang jelas di depan mereka membuat Ririn seketika mual ingin muntah."Kenapa lo?" tanya Lista sambil terkikik geli."Noh! Lebay banget. Dikira ini mall punya mereka?""Hahaha. Iri aja lo. Makanya cari pacar. Biar bisa lari-larian kaya gitu.""Dih! Saran lo saran yang membagongkan." tawa Lista semakin meledak dengan jawaban kesal Ririn, "Lo duluan yang cari pacar, trus lari-larian macam dua orang tadi." balas Ririn."Tapi gue nggak yakin bakalan bisa."Ririn menatap Lista dalam,
Rabu di minggu ke dua, Hari yang bagi SMA Merah Putih sudah menjadi hari yang cukup mendebarkan. Pasalnya pada hari ini, pihak guru biasanya akan mengadakan ulangan serentak semua kelas. Baik kelas satu, dua dan tiga.Dan ritual pagi bagi Siswa yang berotak cerdas, mereka akan melakukan kegiatan lain, seperti untuk yang laki-laki, berkumpul di lapangan untuk bermain basket, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kantin.Namun beda ritual untuk yang berotak menengah ke bawah, mereka akan sibuk di kelas, mencatat jampi-jampi dan menyembunyikan di tempat terbaik di tubuh mereka. Tentu saja dengan tulisan yang sangat kecil. Ya walaupun ujung-ujungnya, jampi-jampi tersebut tetap tak terpakai. Penyebabnya karena ketatnya mata guru yang mengawasi serta mereka yang lebih menggunakan permainan A,B,C ada berapa atau membaca secara eja Asma Allah sembari menunjuk satu-satu pilihan jawaban.Dan jika untuk essay, mereka memilih sistem 'huss! Huss!' manja.Ten
"Lo lihat Lista kan pagi ini?""Eh, gilaaaa, dia cantik banget pake baju cheerleader. Sexy.""Pengen gue peluk, tahu nggak.""Apalagi bibirnya, beeuh! Sexy banget. Ditambah polesan lipstik yang nggak norak, makin aduhai cuk!"Omongan seru tiga orang siswa yang tak tahan melihat penampilan Lista tadi saat menjadi anggota cheers sekolah. Memang diakui, Lista begitu cantik dengan balutan dress ala anak cheers tersebut dan jujur, dialah yang menjadi pusat perhatian tadi saat dilapangan.Termasuk ketiga siswa yang dikenal dengan pangeran sekolah namun suka bergonta-ganti pasangan.Sebut saja yang saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin, namanya Riko.Riko ketua utama di geng mereka. Tiga orang tampan namun playboy dan diketuai oleh Riko. Bahkan ketampanan Riko, mampu bersaing dari Angkasa dan menjadikannya salah satu incaran para gadis.Ya bisa dikatakan, Riko versi iblisnya dan Angkasa versi malaikatnya.&nbs
"Angkasa!" Lista berlari mengejar Angkasa yang sedang berjalan menuju parkiran motornya."Angkasa, gue manggilin lo! Nyaut kek." kesal Lista saat langkahnya sudah sejajar dengan pria tersebut.Namun Angkasa cuma diam dan tak mau meladeni.Masa bodoh bagi Lista. Ia hanya perlu memecahkan batu dalam hati Angkasa. Mungkin dengan banyaknya interaksi, batu itu akan pecah.Sudah cukup ia yang kadang maju kadang mundur lalu maju dan mundur lagi. Ia sudah lelah. Dan sekarang, kepalang tanggung semuanya sudah tahu, bahkan Aiden, Heru dan Ririn sudah mendukungnya, ia harus bergerak maju."Semangat Lista!" Ucapnya berbisik untuk dirinya sendiri.Lista kembali menatap Angkasa yang sudah sampai di samping motor pria tersebut. Lista yang kaget, langsung berlari cepat dan langsung mencabut kunci motor Angkasa yang sudah terpasang di posisinya."Eh! Apa-apaan lo! Balikin kunci motor gue!""Akhirnya ngomong juga. Gitu dong. Dari tadi dipanggilin nggak nyaut nyaut. Anterin sampe rumah dong!."Angkasa m
Sepanjang kelas berlangsung, Lista memutuskan untuk tidur di ruang UKS. Ia tak bisa melihat Angkasa sekarang. Mungkin ini yang disebut tak berjodoh. Bahkan niat untuk berjuang pun tak diAminkan malaikat.Ia lagi-lagi mengambil nafas panjang."Apa yang bakal lo lakuin setelah ini?" Lista terkejut saat ia mendengar suara Aiden."Aiden?"Tirai terbuka dan memunculkan Aiden dari sana."Lo ngapain di sini?""Minta izin ke toilet.""Dan itu bohong?"Aiden mengangguk. Ia hanya ingin melihat Lista."Apa yang akan lo lakuin setelah ini? Kuasa Citra terhadap sekolah ini sungguh kuat, apalagi terhadap diri Angkasa. lo pasti sudah dengar kalau Angkasa menyukai gadis tersebut dan sekarang lo berkasus dengan Citra dan otomatis lo akan berkasus juga dengan Angkasa." ucap Aiden yang duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Lista.Lista mengernyitkan keningnya, "Lo tahu kalau Angkasa suka dengan Citra?"Aiden mengangguk, "Gue sama Heru tahu kalau dia suka dengan Citra. Tapi jujur, kita nggak
Setelah kejadian di kantin ,Lista berhasil menjadi pusat perhatian satu sekolah. Sebenarnya ia risih, namun sebisa mungkin ia tak menghiraukan itu.Karena dibully seperti itu sudah menjadi makanan hariannya saat ia masih berada di sekolah lamanya. Dan lagi-lagi semua karena cowok. Sebenarnya ia sendiri merasa bingung, Kenapa banyak para siswi yang memusuhinya, padahal Ia sama sekali tidak melakukan apapun Hanya karena banyak siswa laki-laki yang mengejarnya. lalu ia harus dijadikan target pembullyan para cewek-cewek di sekolah. Aneh bukan? Ia tak merebut siapapun, ia tak mengambil kekasih siapapun, tapi kenapa ia dibuat seperti perebut kekasih orang. Lista kembali menghela nafas. Harinya sungguh berat. Ia tak bisa melakukan apapun lagi yang bisa membuatnya tenang di berada di sekolah ini. Menjadi anak baik-baik? Sudah ia lakukan. Tapi apa yang ia dapatkan? Justru ia ditindas.Lista menatap kosong papan tulis yang saat ini dicoret-coret oleh guru. Ia tak fokus sama sekali dengan peng
"Lo lihat Lista kan pagi ini?""Eh, gilaaaa, dia cantik banget pake baju cheerleader. Sexy.""Pengen gue peluk, tahu nggak.""Apalagi bibirnya, beeuh! Sexy banget. Ditambah polesan lipstik yang nggak norak, makin aduhai cuk!"Omongan seru tiga orang siswa yang tak tahan melihat penampilan Lista tadi saat menjadi anggota cheers sekolah. Memang diakui, Lista begitu cantik dengan balutan dress ala anak cheers tersebut dan jujur, dialah yang menjadi pusat perhatian tadi saat dilapangan.Termasuk ketiga siswa yang dikenal dengan pangeran sekolah namun suka bergonta-ganti pasangan.Sebut saja yang saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin, namanya Riko.Riko ketua utama di geng mereka. Tiga orang tampan namun playboy dan diketuai oleh Riko. Bahkan ketampanan Riko, mampu bersaing dari Angkasa dan menjadikannya salah satu incaran para gadis.Ya bisa dikatakan, Riko versi iblisnya dan Angkasa versi malaikatnya.&nbs
Rabu di minggu ke dua, Hari yang bagi SMA Merah Putih sudah menjadi hari yang cukup mendebarkan. Pasalnya pada hari ini, pihak guru biasanya akan mengadakan ulangan serentak semua kelas. Baik kelas satu, dua dan tiga.Dan ritual pagi bagi Siswa yang berotak cerdas, mereka akan melakukan kegiatan lain, seperti untuk yang laki-laki, berkumpul di lapangan untuk bermain basket, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kantin.Namun beda ritual untuk yang berotak menengah ke bawah, mereka akan sibuk di kelas, mencatat jampi-jampi dan menyembunyikan di tempat terbaik di tubuh mereka. Tentu saja dengan tulisan yang sangat kecil. Ya walaupun ujung-ujungnya, jampi-jampi tersebut tetap tak terpakai. Penyebabnya karena ketatnya mata guru yang mengawasi serta mereka yang lebih menggunakan permainan A,B,C ada berapa atau membaca secara eja Asma Allah sembari menunjuk satu-satu pilihan jawaban.Dan jika untuk essay, mereka memilih sistem 'huss! Huss!' manja.Ten
"Eh itu punya gue. Lo main colong aja!" teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di sebuah tempat makan di salah satu Mall. Bahkan semua yang mendengarnya langsung melirik ke arah gadis yang saat ini sedang mengejar teman cowoknya. Dan salah satu penonton gratis itu adalah Ririn dan Lista.Mereka melihat adegan bak film india itu terpampang jelas di depan mereka membuat Ririn seketika mual ingin muntah."Kenapa lo?" tanya Lista sambil terkikik geli."Noh! Lebay banget. Dikira ini mall punya mereka?""Hahaha. Iri aja lo. Makanya cari pacar. Biar bisa lari-larian kaya gitu.""Dih! Saran lo saran yang membagongkan." tawa Lista semakin meledak dengan jawaban kesal Ririn, "Lo duluan yang cari pacar, trus lari-larian macam dua orang tadi." balas Ririn."Tapi gue nggak yakin bakalan bisa."Ririn menatap Lista dalam,
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki