Sesampainya langkah Lista di luar, ia merasa kakinya mendadak lemas. Bahkan Ririn sampai spontan menangkapnya. Begitupun dengan Aiden dan Heru. Sedangkan Angkasa ,cowok itu hanya melihat Lista dengan tatapan yang cukup dalam.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Ririn khawatir.
"Kaki gue lemes Rin. Ya Tuhan ,barusan gue ngapain?"
Pernyataan Lista memancing tawa Aiden. Cowok itu bahkan nyaris tertawa ngakak. Pasalnya tadi saat di dalam, Lista sangat berani. Tapi sekarang justru berbalik.
"Gue sebut lo pemberani dan nekat." sambut Heru.
"Dan lo Sa, harusnya minta makasi sama Lista. Nekat dia ketemu bokap lo untuk bisa izinin lo ngeband."
"Gue nggak minta." Angkasa melangkah lebih dulu meninggalkan teman-temannya yang terkejut.
Bahkan Rama juga sampai tak habis pikir. Rama berlari mendekati Lista, "Kakak nggak apa-apa?!" tanya Rama tak enak hati.
Lista mengangguk lalu tersenyum, "Aku tak apa." jawab Lista. Walaupun ja tersenyum, namun dari raut wajahnya, Rama yakin jika kakak cantik di hadapannya ini sedang kecewa.
"Kakak ingin tahu sesuatu? Abang memang begitu. Dia sangat susah berterima kasih, tapi sebenarnya ia senang. Bahkan jika gengsinya tak tinggi, Rama yakin akan ada ucapan terima kasih yang sangat banyak dari mulutnya. Mohon maklumi ya. Dia memang begitu. Bunda saja sering di buat geleng-geleng kepala." ungkap Rama yang seketika membuat rasa kecewa Lista lenyap tak bersisa.
Lista menatap Angkasa yang kini berdiri sambil menyenderkan tubuhnya di mobil Aiden. Secara perlahan ia mulai paham bagaimana sifat Angkasa. Dan sepertinya ia harus tahan-tahan.
*****
Selama perjalanan menuju Car Free Day, hanya ada celotehan dari Rama yang menceritakan hobinya. Dari cara bicara Rama, ia yakin bocah ini anak yang pintar. Sepertinya semua keluarga Angkasa punya otak yang cerdas.
Bahkan sampai mobil berhenti di parkiran pun, Rama masih belum berhenti mengoceh. Berbeda 180° dari Angkasa. Cowok itu malah tak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Ia hanya menjawab pertanyaan Aiden dengan bergumam.
Setelah turun dari mobil, Angkasa, Aiden dan Heru langsung menuju belakang panggung untuk bersiap-siap. Sedangkan Lista, Ririn dan Rama menunggu di depan. Seperti janji Lista tadi, ia membawa Angkasa ke sini untuk membantunya dalam tugas. Jadilah sebagai bukti, ia harus merekam penampilan Angkasa.
ia asik berdiri di depan panggung saat MC mengatakan sebentar lagi akan ada penampilan dari Angkasa Dan gengnya. Namun Lista syok seketika saat antusias pengunjung terutama yang perempuan sangatlah bagus. Bahkan mereka menyebut nama Angkasa. Bahkan tubuhnya sampai di dorong sana sini demi gadis-gadis itu bisa menerobos bagian depan.
Sepertinya Angkasa sudah terkenal selama ini. Kenapa ia tak tahu?.
Lista menatap Ririn. Ia ingin meminta satu penjelasan dari Ririn soal ini semua.
Lista menarik Ririn ke samping panggung. Begitupun dengan Rama. Ia mencoba menghindarkan Rama dari dorongan kebringasan gadis-gadis itu.
"Apaan sih Ta?" tanya Ririn bingung.
"Udah bagus kita di depan, kenapa lo tarik ke sini?"
"Gue mau tanya sesuatu sama lo."
"Tanya? Tanya apa?"
Lista melirik ke arah panggung, dan Angkasa sudah di sana. Begitupun dengan sorakan para gadis. Sungguh menggema.
"Kenapa mereka semua tahu dengan Angkasa?" tunjuk Lista pada penonton.
Ririn menghela nafas panjang. "Karena yang lo bawa itu idola para gadis."
"Maksud lo?"
"Angaksa, Aiden dan Heru itu idola para gadis Ta. Lo lihat saja followers I*******m mereka. Angkasa bahkan nembus 2 juta."
Pernyataan Ririn sontak membuat Lista melongo tak percaya.
"Dua juta?" ulang Lista.
Ririn kembali mengangguk. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan mencari I*******m Angkasa lalu memperlihatkannya pada Lista.
Di sana, Lista seketika terdiam. Ia belum tahu banyak soal Angkasa. Bahkan ia tak mengenal Angkasa sama sekali. Entah kenapa ia merasa sedih dan kecewa.
Dengan lesu ia berjalan menuju depan panggung. Ia harus menepati ucapannya pada ayahnya Angkasa.
Begitu susah ia menerobos. Bahkan umpatan kasar dari gadis-gadis itu terdengar di telinganya.
Namun ia merasa tak peduli. Ia hanya ingin merekam.
Lista mengeluarkan ponselnya, dan mencoba melangkah semakin masuk ke dalam. Namun sepertinya ia salah mengambil keputusan. Karena detik berikutnya, gadis gadis itu mengamuk padanya.
"Lo siapa sih? Berani menerobos barisan?" Teriak salah seorang penonton.
"Gue mau ngerekam. Gue punya tugas."
"Anjing lo ya. Lo mau nipu kita-kita."
"Nggak! Gue serius. Minggir sebentar."
"Ah bacot!"
Lista didorong kuat oleh mereka sampai tubuhnya menghantam pagar pembatas dan membuat ponsel yang Lista pegang terlepas dan jatuh ke dalam pagar.
Melihat kejadian itu, Angkasa langsung menghentikan tabuhan drum nya dan berdiri. Begitupun dengan Aiden dan Heru.
"Lista?!" Ririn berteriak kencang. Ia mendorong kuat kerumunan penonton sampai ia berada di samping Lista.
"Kalian semua apa-apaan sih!!? Punya otak kalau mau bertindak. Gunain otak kalian." teriak Ririn.
"Lo lagi! Lo siapa?"
"Hah? Lo tahu? Siapa yang lo lukai sekarang? Dia yang bawa Angkasa ke sini. Dia pacarnya Angkasa!!"
Deg! Semua terdiam. Bahkan teriakan Ririn terdengar sampai ke atas panggung dan telinga Angkasa.
Aiden melirik Angkasa yang masih berdiri di posisinya tadi.
Bisik-bisik kini terdengar. Banyak yang menyampaikan protesnya. Yang mereka tahu Angkasa masih jomblo.
Lista menghela nafas panjang. Ia melirik ponselnya yang terlempar sekitar dua meter darinya.
Ia menatap salah satu staf dan meminta bantuan staf tersebut untuk mengambilkan ponsel itu.
Setelah ia dapatkan ponselnya, Lista mencoba berdiri dan melangkah menghindari panggung. Tubuhnya terasa sakit. Ia bahkan tak melakukan apapun tapi kenapa bisa ia mendapatkan amukan seperti ini.
"Rin, gue pulang ya." pamit Lista yang membuat Ririn seketika khawatir.
Ririn berlari mengejar Lista yang sudah berjalan lebih dulu.
"Angkasa! Adik lo nih! Hati-hati ntar adik lo yang jadi sasaran gilanya fans lo!" teriak Ririn dan kembali berlari mengejar Lista dan meninggalkan Rama sendirian di sana.
Aiden melihat Lista yang berjalan pincang. Dengan cepat cowok itu turun dari panggung dan berlari mengejar Lista.
"Ta! Gue anter ya?"
Lista menggeleng, "Nggak usah. Kalian lanjutin aja manggungnya. Gue bisa sendiri kok. Lagian ada Ririn juga."
Aiden menatap Ririn, namun Ririn seolah enggan menatapnya. Ia seketika menghela nafas panjang.
"Maafin kita ya."
Lista menggeleng, "Kalian nggak salah kok." jawabnya.
"Rin, maafin gue ya!"
Lista menatap Ririn. Kata maaf dari Aiden seolah ada makna tersirat di dalamnya ,namun ia tak tahu makna apa itu.
Ririn tak menjawab. Ia justru kembali melangkah membantu Lista berjalan. Aiden seketika mengacak rambutnya kesal. Ia benci situasi seperti ini. Dulu ia tak seperti ini, hatinya tak separah ini.
"Kapan lo bisa maafin gue Rin?" gumam Aiden dengan tatapan kecewanya.
Dengan lesu, Aiden kembali berjalan menuju panggung. Namun bukan untuk melanjutkan pertunjukannya, melainkan untuk mengungkapkan kekecewaannya hari ini dan penampilan mereka pun terhenti saat itu juga.
*****
Pagi ini Lista pergi sekolah dengan kakinya yang masih sakit. Beruntung karangannya dipercayai oleh orang tuanya. Yaitu ia berlari dengan Ririn dan tersandung. Semua ini karena kelalaiannya yang berlari sambil bermain ponsel. Ngomong-ngomong soal ponsel, Saat ia meminta ponselnya diambil waktu terjatuh saat merekam Angkasa manggung, ia mendapati ponselnya rusak dan layarnya selalu hidup mati sendiri.
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Eh itu punya gue. Lo main colong aja!" teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di sebuah tempat makan di salah satu Mall. Bahkan semua yang mendengarnya langsung melirik ke arah gadis yang saat ini sedang mengejar teman cowoknya. Dan salah satu penonton gratis itu adalah Ririn dan Lista.Mereka melihat adegan bak film india itu terpampang jelas di depan mereka membuat Ririn seketika mual ingin muntah."Kenapa lo?" tanya Lista sambil terkikik geli."Noh! Lebay banget. Dikira ini mall punya mereka?""Hahaha. Iri aja lo. Makanya cari pacar. Biar bisa lari-larian kaya gitu.""Dih! Saran lo saran yang membagongkan." tawa Lista semakin meledak dengan jawaban kesal Ririn, "Lo duluan yang cari pacar, trus lari-larian macam dua orang tadi." balas Ririn."Tapi gue nggak yakin bakalan bisa."Ririn menatap Lista dalam,
Rabu di minggu ke dua, Hari yang bagi SMA Merah Putih sudah menjadi hari yang cukup mendebarkan. Pasalnya pada hari ini, pihak guru biasanya akan mengadakan ulangan serentak semua kelas. Baik kelas satu, dua dan tiga.Dan ritual pagi bagi Siswa yang berotak cerdas, mereka akan melakukan kegiatan lain, seperti untuk yang laki-laki, berkumpul di lapangan untuk bermain basket, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kantin.Namun beda ritual untuk yang berotak menengah ke bawah, mereka akan sibuk di kelas, mencatat jampi-jampi dan menyembunyikan di tempat terbaik di tubuh mereka. Tentu saja dengan tulisan yang sangat kecil. Ya walaupun ujung-ujungnya, jampi-jampi tersebut tetap tak terpakai. Penyebabnya karena ketatnya mata guru yang mengawasi serta mereka yang lebih menggunakan permainan A,B,C ada berapa atau membaca secara eja Asma Allah sembari menunjuk satu-satu pilihan jawaban.Dan jika untuk essay, mereka memilih sistem 'huss! Huss!' manja.Ten
"Lo lihat Lista kan pagi ini?""Eh, gilaaaa, dia cantik banget pake baju cheerleader. Sexy.""Pengen gue peluk, tahu nggak.""Apalagi bibirnya, beeuh! Sexy banget. Ditambah polesan lipstik yang nggak norak, makin aduhai cuk!"Omongan seru tiga orang siswa yang tak tahan melihat penampilan Lista tadi saat menjadi anggota cheers sekolah. Memang diakui, Lista begitu cantik dengan balutan dress ala anak cheers tersebut dan jujur, dialah yang menjadi pusat perhatian tadi saat dilapangan.Termasuk ketiga siswa yang dikenal dengan pangeran sekolah namun suka bergonta-ganti pasangan.Sebut saja yang saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin, namanya Riko.Riko ketua utama di geng mereka. Tiga orang tampan namun playboy dan diketuai oleh Riko. Bahkan ketampanan Riko, mampu bersaing dari Angkasa dan menjadikannya salah satu incaran para gadis.Ya bisa dikatakan, Riko versi iblisnya dan Angkasa versi malaikatnya.&nbs
Setelah kejadian di kantin ,Lista berhasil menjadi pusat perhatian satu sekolah. Sebenarnya ia risih, namun sebisa mungkin ia tak menghiraukan itu.Karena dibully seperti itu sudah menjadi makanan hariannya saat ia masih berada di sekolah lamanya. Dan lagi-lagi semua karena cowok. Sebenarnya ia sendiri merasa bingung, Kenapa banyak para siswi yang memusuhinya, padahal Ia sama sekali tidak melakukan apapun Hanya karena banyak siswa laki-laki yang mengejarnya. lalu ia harus dijadikan target pembullyan para cewek-cewek di sekolah. Aneh bukan? Ia tak merebut siapapun, ia tak mengambil kekasih siapapun, tapi kenapa ia dibuat seperti perebut kekasih orang. Lista kembali menghela nafas. Harinya sungguh berat. Ia tak bisa melakukan apapun lagi yang bisa membuatnya tenang di berada di sekolah ini. Menjadi anak baik-baik? Sudah ia lakukan. Tapi apa yang ia dapatkan? Justru ia ditindas.Lista menatap kosong papan tulis yang saat ini dicoret-coret oleh guru. Ia tak fokus sama sekali dengan peng
"Angkasa!" Lista berlari mengejar Angkasa yang sedang berjalan menuju parkiran motornya."Angkasa, gue manggilin lo! Nyaut kek." kesal Lista saat langkahnya sudah sejajar dengan pria tersebut.Namun Angkasa cuma diam dan tak mau meladeni.Masa bodoh bagi Lista. Ia hanya perlu memecahkan batu dalam hati Angkasa. Mungkin dengan banyaknya interaksi, batu itu akan pecah.Sudah cukup ia yang kadang maju kadang mundur lalu maju dan mundur lagi. Ia sudah lelah. Dan sekarang, kepalang tanggung semuanya sudah tahu, bahkan Aiden, Heru dan Ririn sudah mendukungnya, ia harus bergerak maju."Semangat Lista!" Ucapnya berbisik untuk dirinya sendiri.Lista kembali menatap Angkasa yang sudah sampai di samping motor pria tersebut. Lista yang kaget, langsung berlari cepat dan langsung mencabut kunci motor Angkasa yang sudah terpasang di posisinya."Eh! Apa-apaan lo! Balikin kunci motor gue!""Akhirnya ngomong juga. Gitu dong. Dari tadi dipanggilin nggak nyaut nyaut. Anterin sampe rumah dong!."Angkasa m
Sepanjang kelas berlangsung, Lista memutuskan untuk tidur di ruang UKS. Ia tak bisa melihat Angkasa sekarang. Mungkin ini yang disebut tak berjodoh. Bahkan niat untuk berjuang pun tak diAminkan malaikat.Ia lagi-lagi mengambil nafas panjang."Apa yang bakal lo lakuin setelah ini?" Lista terkejut saat ia mendengar suara Aiden."Aiden?"Tirai terbuka dan memunculkan Aiden dari sana."Lo ngapain di sini?""Minta izin ke toilet.""Dan itu bohong?"Aiden mengangguk. Ia hanya ingin melihat Lista."Apa yang akan lo lakuin setelah ini? Kuasa Citra terhadap sekolah ini sungguh kuat, apalagi terhadap diri Angkasa. lo pasti sudah dengar kalau Angkasa menyukai gadis tersebut dan sekarang lo berkasus dengan Citra dan otomatis lo akan berkasus juga dengan Angkasa." ucap Aiden yang duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Lista.Lista mengernyitkan keningnya, "Lo tahu kalau Angkasa suka dengan Citra?"Aiden mengangguk, "Gue sama Heru tahu kalau dia suka dengan Citra. Tapi jujur, kita nggak
Setelah kejadian di kantin ,Lista berhasil menjadi pusat perhatian satu sekolah. Sebenarnya ia risih, namun sebisa mungkin ia tak menghiraukan itu.Karena dibully seperti itu sudah menjadi makanan hariannya saat ia masih berada di sekolah lamanya. Dan lagi-lagi semua karena cowok. Sebenarnya ia sendiri merasa bingung, Kenapa banyak para siswi yang memusuhinya, padahal Ia sama sekali tidak melakukan apapun Hanya karena banyak siswa laki-laki yang mengejarnya. lalu ia harus dijadikan target pembullyan para cewek-cewek di sekolah. Aneh bukan? Ia tak merebut siapapun, ia tak mengambil kekasih siapapun, tapi kenapa ia dibuat seperti perebut kekasih orang. Lista kembali menghela nafas. Harinya sungguh berat. Ia tak bisa melakukan apapun lagi yang bisa membuatnya tenang di berada di sekolah ini. Menjadi anak baik-baik? Sudah ia lakukan. Tapi apa yang ia dapatkan? Justru ia ditindas.Lista menatap kosong papan tulis yang saat ini dicoret-coret oleh guru. Ia tak fokus sama sekali dengan peng
"Lo lihat Lista kan pagi ini?""Eh, gilaaaa, dia cantik banget pake baju cheerleader. Sexy.""Pengen gue peluk, tahu nggak.""Apalagi bibirnya, beeuh! Sexy banget. Ditambah polesan lipstik yang nggak norak, makin aduhai cuk!"Omongan seru tiga orang siswa yang tak tahan melihat penampilan Lista tadi saat menjadi anggota cheers sekolah. Memang diakui, Lista begitu cantik dengan balutan dress ala anak cheers tersebut dan jujur, dialah yang menjadi pusat perhatian tadi saat dilapangan.Termasuk ketiga siswa yang dikenal dengan pangeran sekolah namun suka bergonta-ganti pasangan.Sebut saja yang saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin, namanya Riko.Riko ketua utama di geng mereka. Tiga orang tampan namun playboy dan diketuai oleh Riko. Bahkan ketampanan Riko, mampu bersaing dari Angkasa dan menjadikannya salah satu incaran para gadis.Ya bisa dikatakan, Riko versi iblisnya dan Angkasa versi malaikatnya.&nbs
Rabu di minggu ke dua, Hari yang bagi SMA Merah Putih sudah menjadi hari yang cukup mendebarkan. Pasalnya pada hari ini, pihak guru biasanya akan mengadakan ulangan serentak semua kelas. Baik kelas satu, dua dan tiga.Dan ritual pagi bagi Siswa yang berotak cerdas, mereka akan melakukan kegiatan lain, seperti untuk yang laki-laki, berkumpul di lapangan untuk bermain basket, atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong di kantin.Namun beda ritual untuk yang berotak menengah ke bawah, mereka akan sibuk di kelas, mencatat jampi-jampi dan menyembunyikan di tempat terbaik di tubuh mereka. Tentu saja dengan tulisan yang sangat kecil. Ya walaupun ujung-ujungnya, jampi-jampi tersebut tetap tak terpakai. Penyebabnya karena ketatnya mata guru yang mengawasi serta mereka yang lebih menggunakan permainan A,B,C ada berapa atau membaca secara eja Asma Allah sembari menunjuk satu-satu pilihan jawaban.Dan jika untuk essay, mereka memilih sistem 'huss! Huss!' manja.Ten
"Eh itu punya gue. Lo main colong aja!" teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di sebuah tempat makan di salah satu Mall. Bahkan semua yang mendengarnya langsung melirik ke arah gadis yang saat ini sedang mengejar teman cowoknya. Dan salah satu penonton gratis itu adalah Ririn dan Lista.Mereka melihat adegan bak film india itu terpampang jelas di depan mereka membuat Ririn seketika mual ingin muntah."Kenapa lo?" tanya Lista sambil terkikik geli."Noh! Lebay banget. Dikira ini mall punya mereka?""Hahaha. Iri aja lo. Makanya cari pacar. Biar bisa lari-larian kaya gitu.""Dih! Saran lo saran yang membagongkan." tawa Lista semakin meledak dengan jawaban kesal Ririn, "Lo duluan yang cari pacar, trus lari-larian macam dua orang tadi." balas Ririn."Tapi gue nggak yakin bakalan bisa."Ririn menatap Lista dalam,
Di kamarnya, Lista duduk terdiam. Ia mengingat kejadian tadi siang di rumah Angkasa. Saat cowok itu memarahi adiknya, Rama, hanya karena sebuah kesalahpahaman. Jujur, ia yang tak pernah merasakan memiliki seorang adik, cukup kesal dengan perlakuan Angkasa tadi pada Rama. Kenapa cowok itu harus sekasar itu. Tak menggunakan kata-kata yang baik, berbicara dengan Lo Gue, dan tak selalu penuh dengan tekanan emosi. Apa seorang Angkasa memang memiliki sifat yang seperti itu?.
"Rama! Ambilin bunda mangkok di atas meja nak!" "Rama, tuangin airnya ya." "Rama, sendoknya jangan lupa!"
Lista keluar dari dalam taksi yang membawanya dari sekolah ke rumah. Setelah membayar dan berterima kasih, Lista turun dan masuk ke dalam rumahnya. Masih dengan coklat yang ada dalam pelukannya. Ia membuka pintu rumah dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Namun ia tak heran ,karena ia yaki