35. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Kejujuran Suamiku Penulis : Lusia Sudarti Part 35"Mama nggak usah ikut dulu ya?" kasihan Adek, takutnya kecapean. Mama juga belum terlalu sehat," tukas Suamiku. "Iya Pa." "Terus, sebenarnya Mama tadi kenapa? Kok jutek." "Nih, lihat aja sama Papa," aku memperlihatkan wa dari Desti semalam. Suamiku membuka Aplikasi hijau dan membaca chat dari Desti. Raut wajahnya berubah kesal setelah membaca semuanya. "Ya udah biarin aja Ma, nggak usah dibalas lagi, Papa mau berangkat ya Ma. Udah siang," ucap Suamiku. "Baiklah Pa, hati-hati ya?" aku meraih punggung tangannya lalu kucium takzim. Ia mengecup keningku. "Adek, Papa berangkat ya? Adek nggak usah ikut dulu, capek ya!" ia memeluk Nayla, mencium pipinya dengan gemas. "Kenapa Adek nggak ikut Pa?" rengeknya manja. "Istirahat dulu, besok lagi ikutnya," Suami membujuk Nayla sejenak lalu ia pun berangkat dengan mengendarai motor maticnya. Aku duduk kembali setelah mengantarkannya di depan p
36. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Desti Membuat Ulah Penulis : Lusia Sudarti Part 36"Hayooo, Adek kepo," balas Suamiku sembari mengangkat Nayla dan dibawa masuk untuk di gelitik.Nayla tertawa-tawa karena geli. Aku tersenyum melihat mereka. 'Semoga kami selalu berbahagia. Amiiin," doaku panjatkan kehadirat Allah swt.🥀🥀🥀🥀🥀🥀Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum, Mbak!" dari luar terdengar seseorang mengucap salam.Aku yang hendak mandi mengurungkan niatku. Aku membuka daun pintu. "Waalaikumsalam, siap...," aku menggantung pertanyaanku setelah melihat siapa yang datang.Wajahku berubah kesal. "Masuk, mau apa?" ujarku ketus.Aku memberikan celah untuk Desti masuk. Ya, tamu tak diundang itu Desti dan bertamu jika waktu menjelang maghrib. "Ada perlu apa?" tanyaku datar. "Biasa Mbak, nunggu Suamiku!" jawabnya ringan seolah tanpa beban, dan menjatuhkan bobot dikursi tanpa minta ijin, atau kuijinkan.'Dasar tak tau malu," umpatku dalam hati. "Adek sama Papa dulu ya, Ma
37. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Aku Terciduk Penulis : Lusia Sudarti Part 37Aku menulis novel baru tentang, seorang Istri yang tega merusak kehidupan rumah tangga sahabat Suaminya. Setelah kuposting ternyata banyak yang like dan komen. Tak terasa waktu menunjukkan jam dua dinihari, kedua netraku pun terasa berat. Akhirnya aku merebahkan diri disisi Suamiku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Suara adzan subuh menggema di seantero desa. Aku menggeliat dan mengucek kedua bola mataku yang masih begitu berat. Karena aku tidur hanya dua jam. Kupaksakan untuk bangun dan sholat subuh. Aku membangunkan semua Anak-anakku untuk sholat. Setelah selesai sholat, aku memasak untuk sarapan. Pagi ini mau masak apa ya? Semua udah menipis. Mau bikin sambal aja deh masih ada teri sedikit. Kusiapkan cabai, ikan teri dan bawang.Hanya itu yang tersisa, untuk nanti sore tak tau apa lagi," gumamku. "Ma, Pa ...! Berangkat sekolah dulu ya?" pamit Rani dan Indra ketika mereka selesai sarapan. "Iya! Belajar yang
38. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Lauk Sambal Singkong Penulis: Lusia Sudarti Part 38"Terus yang diiris kecil-kecil ini buat apa Ma?" tanya Indra, ia duduk disampingku. "Buat disambal Mas," "Lapar Ma, belum mateng ya?" "Belum, tapi masih ada sambal tadi pagi," jawabku.ia lalu mencuci tangan dan mengambil nasi. "Assalamualaikum." "Waalaikum salam." "Aku menatap kerah Rani! Rani pulang sekolah. "Mama masak apa?" Rani mencium punggung tanganku. "Bikin sambal singkong Mbak." "Enak Ma, rasanya kaya sambal kentang," sahut Rani sembari melangkah masuk. "Iya sambal kentang-kentangan," ujarku tersenyum. "Udah mateng Ma?" Indra menghampiriku yang masih mengaduk sambal supaya bumbunya merata. "Udah nih!" aku menuang sambal singkong kedalam mangkuk. Dan kuhidangkan diatas meja. "Ma, pedes nggak?" tanya Nayla. "Enggak terlalu pedas kok Sayang," jawabku. "Adek mau Ma!" "Oke, tunggu ya, Mama ambil nasi buat Adek!" aku beranjak masuk mengambil nasi untuk Nayla.Sedangkan
39. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Enggak Apa Makan Singkong Ma, Enak Kok. Penulis : Lusia Sudarti Part 39Setelah sholat aku bergegas naik ketempat tidur dan merebahkan diri. Doa tidurku lafazdkan dalam hati. Berharap esok pagi akan lebih baik dari hari ini. Aamiin.Adzan berkumandang, menandakan waktu subuh telah tiba. Aku menggeliat dan mengucek kedua bola mataku, yang terasa berat.Aku duduk sejenak, meregangkan otot-otot agar sedikit mengendur. "Mbak, Mas. Bangun sudah subuh, mandi dan segera sholat, keburu habis waktu!" aku membangunkan kedua Anakku, setelah aku selesai sholat. "Iya Ma," jawab mereka sembari menguap dan mengucek mata. Aku kedapur untuk menghangatkan sisa nasi dan memeriksa persediaan beras. 'Cuma dua mug yang tersisa," gumamku lirih. Tak apa, cukup untuk sarapan dulu. Aku menghangatkan juga sambal singkong, aku membuatnya banyak. Sengaja ... karena hanya itu cabai yang tersisa.Alhamdulillah, cukup untuk dua hari. Rani membantu beres-beres rumah,
40. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Merawat Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 40"Ini uangnya Mbak, keluarin motornya sana Mas," titahku kepada Indra. Rani mencatat keperluan yang akan dibeli. Ya Allah terimakasih ... Aamiin," syukurku atas nikmat rizqi hari ini.??? Setelah Rani dan Indra kewarung. Aku masuk kedalam kamar kami, bermaksud hendak membangunkan Suami. Tapi alangkah terkejutnya melihat ia begitu pucat, dan suhu tubuhnya panas.Tak terasa luruh air mataku. "Pa, Papa...," aku menyentuh keningnya.Ia mengerjapkan kedua netranya dan menatapku sendu. " Kenapa Mama menangis? Jangan menangis donk, Papa nggak kenapa-napa kok, cuma capek," hiburnya sembari mengusap jejak air mata dikedua pelupuk mataku. Bagaimana aku tidak menangis, karena pahlawan keluarga kami sedang mengalami puncak dari kelelahan mencari sesuap nasi untuk kami. Dan berjuang keras tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal waktu, bahkan rela kelaparan disaat bekerja. Hanya demi kami Anak dan Istrinya
41. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Orang Dari Masa Lalu, Mencoba Menghancurkan Rumah Tanggal Penulis : Lusia Sudarti Part 41 "Baiklah Kak, nanti sekitar pukul sepuluh saya kerumah Kakak," ujar Suamiku. "Ayo diminum Kak, udah dingin kopinya." "Oh iya!" Kak Andi meraih gelas lalu menyesapnya hingga tandas, menyisakan ampasnya aja. "Ya sudah Mas, saya permisi dulu ya, saya ada urusan sebentar, nanti telpon aja ya Mas." "Oh iya silahkan Kak," ujar Suamiku, kami mengantarkan Kak Andi hingga diluar teras. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀Hari-hari berganti, minggu depan akan memasuki bulan suci ramadhan, sementara semua pekerjaan masih dibawah standar. Aku tak tau, apakah lebaran tahun ini bisa membeli pakaian untuk Anak-anakku atau tidak? Sedangkan untuk makan gali lubang tutup lubang. Masih bersyukur, setidaknya masih bisa memberi makan untuk mereka. Biarlah, seandainya nanti mereka tak dapat membeli pakaian baru. Jika suatu saat punya uang sedikit lebih, akan aku belikan pakaian untuk mere
42. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Dia Kembali Untuk Memisahkan Kami Penulis : Lusia Sudarti Part 42Esok bulan ramadhan, Suamiku membanting tulang untuk menyambut puasa pertama. Maklum Anak-anakku selalu berpuasa. Kasihan jika sahur dan buka hanya dengan nasi putih aja. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Malam telah larut tapi tanda-tanda Suamiku belum pulang, aku gelisah di teras seorang diri.Anak-anakku telah terlelap semua.Aku mengusir galau dihatiku dengan bermain ponsel. Ting! Aku kaget ada pesan whatsapp masuk. Karena penasaran aku membuka pesan tanpa nama.'Ternyata nomor Argi. Mau apa lagi sih dia," gerutuku. (Mbak, aku bela-belain membeli kebon hanya untuk kamu, tapi kenapa kamu meninggalkan aku?) Malas bacanya. Tak ada gunanya juga.Lebih baik aku membuka aplikasi menulis untuk update cerita yang kemarin kutulis. 'Kenapa ya hidupku kok begini amat, teman baik nggak punya, Ibu sudah kembali kepada-Nya. Sekalinya punya teman malah mau merusak rumah tanggaku! Aku termenung beb