40. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Merawat Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 40"Ini uangnya Mbak, keluarin motornya sana Mas," titahku kepada Indra. Rani mencatat keperluan yang akan dibeli. Ya Allah terimakasih ... Aamiin," syukurku atas nikmat rizqi hari ini.??? Setelah Rani dan Indra kewarung. Aku masuk kedalam kamar kami, bermaksud hendak membangunkan Suami. Tapi alangkah terkejutnya melihat ia begitu pucat, dan suhu tubuhnya panas.Tak terasa luruh air mataku. "Pa, Papa...," aku menyentuh keningnya.Ia mengerjapkan kedua netranya dan menatapku sendu. " Kenapa Mama menangis? Jangan menangis donk, Papa nggak kenapa-napa kok, cuma capek," hiburnya sembari mengusap jejak air mata dikedua pelupuk mataku. Bagaimana aku tidak menangis, karena pahlawan keluarga kami sedang mengalami puncak dari kelelahan mencari sesuap nasi untuk kami. Dan berjuang keras tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal waktu, bahkan rela kelaparan disaat bekerja. Hanya demi kami Anak dan Istrinya
41. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Orang Dari Masa Lalu, Mencoba Menghancurkan Rumah Tanggal Penulis : Lusia Sudarti Part 41 "Baiklah Kak, nanti sekitar pukul sepuluh saya kerumah Kakak," ujar Suamiku. "Ayo diminum Kak, udah dingin kopinya." "Oh iya!" Kak Andi meraih gelas lalu menyesapnya hingga tandas, menyisakan ampasnya aja. "Ya sudah Mas, saya permisi dulu ya, saya ada urusan sebentar, nanti telpon aja ya Mas." "Oh iya silahkan Kak," ujar Suamiku, kami mengantarkan Kak Andi hingga diluar teras. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀Hari-hari berganti, minggu depan akan memasuki bulan suci ramadhan, sementara semua pekerjaan masih dibawah standar. Aku tak tau, apakah lebaran tahun ini bisa membeli pakaian untuk Anak-anakku atau tidak? Sedangkan untuk makan gali lubang tutup lubang. Masih bersyukur, setidaknya masih bisa memberi makan untuk mereka. Biarlah, seandainya nanti mereka tak dapat membeli pakaian baru. Jika suatu saat punya uang sedikit lebih, akan aku belikan pakaian untuk mere
42. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Dia Kembali Untuk Memisahkan Kami Penulis : Lusia Sudarti Part 42Esok bulan ramadhan, Suamiku membanting tulang untuk menyambut puasa pertama. Maklum Anak-anakku selalu berpuasa. Kasihan jika sahur dan buka hanya dengan nasi putih aja. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Malam telah larut tapi tanda-tanda Suamiku belum pulang, aku gelisah di teras seorang diri.Anak-anakku telah terlelap semua.Aku mengusir galau dihatiku dengan bermain ponsel. Ting! Aku kaget ada pesan whatsapp masuk. Karena penasaran aku membuka pesan tanpa nama.'Ternyata nomor Argi. Mau apa lagi sih dia," gerutuku. (Mbak, aku bela-belain membeli kebon hanya untuk kamu, tapi kenapa kamu meninggalkan aku?) Malas bacanya. Tak ada gunanya juga.Lebih baik aku membuka aplikasi menulis untuk update cerita yang kemarin kutulis. 'Kenapa ya hidupku kok begini amat, teman baik nggak punya, Ibu sudah kembali kepada-Nya. Sekalinya punya teman malah mau merusak rumah tanggaku! Aku termenung beb
43. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Suamiku Bercerita. Penulis : Lusia Sudarti Part 43(Emang nya nggak ada laki-laki lain yang mau sama kamu? Hingga kamu memintaku untuk melepaskan Suamiku? Tak ada bosannya ya kamu mengganggu kehidupanku!) kukirim balasan yang lebih menyakitkan kepadanya. Ting! (Aku tau kamu hanya menginginkan harta Kak Iman kan ... ?) 'Apa ....? Aku menginginkan harta!" aku terkekeh seorang diri membaca pesan dari Viola, apa nggak kebalik?" cicitku. Aku begitu geram dengan semua tuduhannya.Pesan-pesannya hanya kubaca tapi tak kubalas. Malas meladeni manusia-manusia serakah uang menghalalkan segala cara.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sepi sekali malam ini, biasanya Suamiku menemani duduk di teras samping. Tapi malam ini hanya aku seorang diri. Entah mengapa, setelah ada pesan-pesan dari Viola hatiku terasa gundah, was-was dan tak tenang.Viola adalah wanita yang dijodohkan dengan Suami, jauh sebelum bertemu denganku. Ia tetap mencari cara untuk memisahkan kami berdua
44. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapatkan THR. Penulis: Lusia Sudarti Part 44"Ma, mau dong," ia memandangku syahdu.Aku tersenyum dan menunduk. Kemudian ia dengan sigap membingkai wajahku.Dan ia mendekatkan bibirnya kepadaku~🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sauuuurrr, saauurrr, saauuurr ... Panggilan dari masjid untuk membangunkan umat Islam yang akan menunaikan puasa dibulan Suci Ramadhan, bulan seribu kebaikan bergema, bersahut-sahutan dari seluruh Masjid dan Mushola. Aku segera beranjak untuk membersihkan diri, begitu pun Suamiku tercinta, mensucikan diri dari hadas besar.Kemudian aku mendirikan sholat hajat dua rakaat. Suamiku menyalakan kompor untuk menyeduh kopi.Aku menghangatkan lauk dari Bos Suamiku semalam, karena lauk dan sambel serta sayur terpisah jadi bisa dihangatkan kembali.Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Masih banyak waktu, kebetulan semua sudah selesai. Kami berbincang berdua. "Pa, Anak-anak kemaren berbuka dengan kelapa yang masih muda, ya
45. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapat Zakat Fitrah. Penulis : Lusia Sudarti Part 45 "Ini teh kotak Mas," ia mengangkat teh yang sedang disesapnya.Indra memperhatikan teh di tangan Nayla. "Dari mana beli teh kotak Ma?" "Enggak beli, dikasih bos Papa THR, itu diatas meja!" aku menunjukkan susunan minuman. "Wah, banyak sekali Ma." "Alhamdulillah, bisa untuk lebaran," sahutku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sehari sebelum lebaran. "Maafkan Papa sama Mama ya, Anak-anak Ma-Pa. Kami tidak bisa membelikan kalian pakaian lebaran. Mama juga gak bisa bikin atau beli kue," ungkap Suamiku.Ada setitik luka direlung hati ini melihat mereka semua tak berganti pakaian tahun ini."Assalamualaikum ...." "Itu siapa Ma," ujar Rani, ia beranjak menuju teras untuk melihat siapa yang mengucap salam. "Waalaikumsalam." "Ma, ada tamu ....!" teriaknya.Aku bergegas menghampiri mereka. "Oh iya Mas, ada apa ya?" aku bertanya kepada Mas Danu, pengurus masjid. "Ini Mbak, ada zakat fitrah dari Masjid
46. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 46Entah apa yang akan terjadi setelah hari raya tahun ini. Apakah akan sedikit membaik perekonomian kami? Apa akan semakin terpuruk ....! Indra dan Nayla pun memakai pakaian tahun kemarin. Hatiku mencelos melihat mereka yang memakai pakaian kemarin dan juga sendal jepit. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak mampu untuk membelikan yang baru buat mereka. "Rani ...." Teman-teman Rani bersilaturahmi kerumah kami. "Sini masuk! Rani ada dibelakang ....!" jawabku ketika teman-teman sekolah Rani bersilaturohmi kerumah kontrakanku.Mereka berlima masuk dan duduk di depan kue sederhana yang kubuat. "Itu di ambil Dek, Anggun, Desi, Ranti, Puji dan ... siapa itu yang satunya?" tanyaku kepada mereka. "Tika Tante," jawab Anggun, mereka tersenyum kepadaku. "Oh iya, Tante lupa terus, hehehe," aku terkekeh. "Maklum Tante suka lupa, ayo dicicipi makanannya!" tawarku. "Iya Tante," jawab mereka sopan, Rani masuk menemui teman
47. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Kedatangan Guru Sekolah. Penulis : Lusia Sudarti Part 47 'Apa Suamiku membaca pesan-pesan Argi tadi ya? Memang tak ada yang kuhapus, karena aku ingin memberitaunya," lirihku dalam hati. "Ma, sini ..." Aku segera menghampiri Suamiku yang masih duduk di kursi teras, ia menatapku dengan wajah gamang. "Ma, ini pesan dari k3p4r4t itu ya?" ia bertanya kepadaku tanpa mengalihkan pandangan dari wajahku. "Iya Pa, entahlah kenapa semua orang seolah-olah berlomba untuk merusak rumah tangga kita!" aku menjawab pertanyaan dengan nada lirih. Suamiku menyulut satu batang rokok, ia begitu galau dan juga sedikit tertekan setelah membaca semua pesan di ponselku.Asap mengepul dari bibirnya.Sedang aku hanya diam memperhatikan dirinya. "Iya Ma, tapi jika dibiarkan, ia akan selalu. mengulanginya," sahutnya kemudian. "Iya Pa, dari pada menghabiskan energi dan buang-buang waktu lebih baik abaikan saja. Yang penting hatiku ini hanya untukmu, selamanya ..