44. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapatkan THR. Penulis: Lusia Sudarti Part 44"Ma, mau dong," ia memandangku syahdu.Aku tersenyum dan menunduk. Kemudian ia dengan sigap membingkai wajahku.Dan ia mendekatkan bibirnya kepadaku~🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sauuuurrr, saauurrr, saauuurr ... Panggilan dari masjid untuk membangunkan umat Islam yang akan menunaikan puasa dibulan Suci Ramadhan, bulan seribu kebaikan bergema, bersahut-sahutan dari seluruh Masjid dan Mushola. Aku segera beranjak untuk membersihkan diri, begitu pun Suamiku tercinta, mensucikan diri dari hadas besar.Kemudian aku mendirikan sholat hajat dua rakaat. Suamiku menyalakan kompor untuk menyeduh kopi.Aku menghangatkan lauk dari Bos Suamiku semalam, karena lauk dan sambel serta sayur terpisah jadi bisa dihangatkan kembali.Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Masih banyak waktu, kebetulan semua sudah selesai. Kami berbincang berdua. "Pa, Anak-anak kemaren berbuka dengan kelapa yang masih muda, ya
45. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapat Zakat Fitrah. Penulis : Lusia Sudarti Part 45 "Ini teh kotak Mas," ia mengangkat teh yang sedang disesapnya.Indra memperhatikan teh di tangan Nayla. "Dari mana beli teh kotak Ma?" "Enggak beli, dikasih bos Papa THR, itu diatas meja!" aku menunjukkan susunan minuman. "Wah, banyak sekali Ma." "Alhamdulillah, bisa untuk lebaran," sahutku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sehari sebelum lebaran. "Maafkan Papa sama Mama ya, Anak-anak Ma-Pa. Kami tidak bisa membelikan kalian pakaian lebaran. Mama juga gak bisa bikin atau beli kue," ungkap Suamiku.Ada setitik luka direlung hati ini melihat mereka semua tak berganti pakaian tahun ini."Assalamualaikum ...." "Itu siapa Ma," ujar Rani, ia beranjak menuju teras untuk melihat siapa yang mengucap salam. "Waalaikumsalam." "Ma, ada tamu ....!" teriaknya.Aku bergegas menghampiri mereka. "Oh iya Mas, ada apa ya?" aku bertanya kepada Mas Danu, pengurus masjid. "Ini Mbak, ada zakat fitrah dari Masjid
46. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 46Entah apa yang akan terjadi setelah hari raya tahun ini. Apakah akan sedikit membaik perekonomian kami? Apa akan semakin terpuruk ....! Indra dan Nayla pun memakai pakaian tahun kemarin. Hatiku mencelos melihat mereka yang memakai pakaian kemarin dan juga sendal jepit. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak mampu untuk membelikan yang baru buat mereka. "Rani ...." Teman-teman Rani bersilaturahmi kerumah kami. "Sini masuk! Rani ada dibelakang ....!" jawabku ketika teman-teman sekolah Rani bersilaturohmi kerumah kontrakanku.Mereka berlima masuk dan duduk di depan kue sederhana yang kubuat. "Itu di ambil Dek, Anggun, Desi, Ranti, Puji dan ... siapa itu yang satunya?" tanyaku kepada mereka. "Tika Tante," jawab Anggun, mereka tersenyum kepadaku. "Oh iya, Tante lupa terus, hehehe," aku terkekeh. "Maklum Tante suka lupa, ayo dicicipi makanannya!" tawarku. "Iya Tante," jawab mereka sopan, Rani masuk menemui teman
47. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Kedatangan Guru Sekolah. Penulis : Lusia Sudarti Part 47 'Apa Suamiku membaca pesan-pesan Argi tadi ya? Memang tak ada yang kuhapus, karena aku ingin memberitaunya," lirihku dalam hati. "Ma, sini ..." Aku segera menghampiri Suamiku yang masih duduk di kursi teras, ia menatapku dengan wajah gamang. "Ma, ini pesan dari k3p4r4t itu ya?" ia bertanya kepadaku tanpa mengalihkan pandangan dari wajahku. "Iya Pa, entahlah kenapa semua orang seolah-olah berlomba untuk merusak rumah tangga kita!" aku menjawab pertanyaan dengan nada lirih. Suamiku menyulut satu batang rokok, ia begitu galau dan juga sedikit tertekan setelah membaca semua pesan di ponselku.Asap mengepul dari bibirnya.Sedang aku hanya diam memperhatikan dirinya. "Iya Ma, tapi jika dibiarkan, ia akan selalu. mengulanginya," sahutnya kemudian. "Iya Pa, dari pada menghabiskan energi dan buang-buang waktu lebih baik abaikan saja. Yang penting hatiku ini hanya untukmu, selamanya ..
48. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Hasil Rontgent Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 48 "Terus bagaimana Bu, masalah bayaran, Ibu dan Bapak tidak usah memikirkannya, kami ikhlas," tanya Pak Akbar kemudian, mereka menatap kami penuh harap. Aku dan Suami saling pandang sesaat."Baiklah Bu, saya mengijinkan Rani untuk mengikuti liburan sekolah. Dengan catatan, saya mengijinkan karena Ibu dan Bapak yang telah berbaik hati kepada kami, akan tetapi saya masih akan tetap mengembalikannya suatu hari nanti, entah satu pekan kemudian, atau satu bulan kemudian. Karena saat ini keadaan kami betul-betul kesulitan, musibah silih berganti," jawabku dan kujabarkan semua apa yang sedang menimpa keluargaku. "Oh tidak usah Bu, Pak. Kami benar-benar ridho lillaahi ta'ala kok," sahut Pak Akbar dan dibenarkan oleh Ibu Leni. "Terima kasih banyak Bu, saya yakin Putri pasti bahagia mendengar kabar ini!" ungkap Bu Leni.Mereka berdua tersenyum haru, pun dengan kami. Kami pun mengucapkan bany
49. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Hanya Makan Daun Singkong Rebus dan Sambel Ulek. Penulis : Lusia Sudarti Part 49 "Tapi Pa, satu juta itu bunganya /dua minggu menjadi lima ratus ribu, itu bunganya aja," jelasku lirih. Ia tampak terkejut mendengar ucapanku. "Oh ya Ma, sebesar itukah bunganya?" kaget Suamiku.Aku hanya mengangguk. "Sabar ya Ma, suatu saat nanti kehidupan kita pasti berubah. Papa belum bisa kasih bekel buat Mama di rumah, Papa juga gak ada uang sama sekali mau kerja," ia menunduk lesu. "Iya gak apa-apa Pa, uang jalan kan emang udah kepake, untuk berobat, untuk beli solar, untuk makan walau gak banyak," jawabku. "Tapi nanti Mama sama Anak-anak gimana makannya?" Suamiku masih sangat bingung dan tak tega meninggalkan kami dalam keadaan tak punya apa-apa sama sekali. "Nanti bisa cari pinjeman Pa, yang bikin bingung, Papa juga gak punya uang untuk makan," ucapku lirih dan sendu. "Kalau Papa gak usah difikirin Ma, bisa pinjem juga ke yang lain," jawabnya se
50. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 50"Halo Bos, gimana udah ada kabar dari Mas Iman." "Udah Bik, Mas Iman baru muat, kemungkinan malam baru pulang!" "Oh iya bos, terimakasih infonya!" "Iya Bik sama-sama!" Kemudian aku menaruh Hpku kembali. Mudah-mudahan dilancarkan ya Allah, Amin.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Sudah beberapa hari belum ada kabar dari Suamiku. Apakah ia dapat pinjaman uang untuk beli makan atau gak Ya Allah, aku ingin bertanya tetapi kepada siapa, bawa Hp sih, tapi gak punya paket, terus di hutan kan jauh dari tower, otomatis gak ada sinyal," aku bergumam seorang diri. Melamun di teras seorang diri, Anak-anak bermain masak-masakan di sebelah rumah. Aku betul-betul kebingungan, beras gak ada lagi, hanya ada sisa nasi kemarin sore setengah magicom. Semuanya habis. Aku menahan lapar demi mereka, lebih baik aku yang kelaparan, untuk menahan sakit dilambung aku mengkonsumsi obat lambung.Yang selalu kusediakan, lambungku memang sudah akut. K
51. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapat Job Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 51'Ya Allah, terimakasih, karena Engkau menjawab doaku," lirihku dalam hati, dengan tangis yang tersendat pilu. Melihat mereka menyantap makan dengan lauk seadanya dengan canda tawa, membuatku tersenyum bangga. Semoga kelak kalian menjadi Anak-anak sukses, Amiinn!" doaku buat mereka. "Mama, Mama kok gak makan?" tanya Rani kepadaku. "Mama ntar aja Mbak!" aku beranjak kedalam untuk mengambil ponselku. "Simpen lagi sambelnya ya, buat makan nanti lagi!" ujarku seraya melangkah. "Iya Ma," jawab Indra. "Kalian udah kenyang makan-nya?" tanyaku ketika kembali keteras melihat mereka sudah selesai makan. "Udah kenyang Adek Ma," ujar Nayla, ia bersandar di tubuhku. "Indra juga Ma." "Rani juga Ma." "Alhamdulillah kalo gitu." 🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ....! "Ma, Papa demam!" pesan dari Suamiku dari inbok aplikasi facebook. Perasaanku menjadi sangat tak tenang, setelah membaca pesan yang