46. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 46Entah apa yang akan terjadi setelah hari raya tahun ini. Apakah akan sedikit membaik perekonomian kami? Apa akan semakin terpuruk ....! Indra dan Nayla pun memakai pakaian tahun kemarin. Hatiku mencelos melihat mereka yang memakai pakaian kemarin dan juga sendal jepit. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak mampu untuk membelikan yang baru buat mereka. "Rani ...." Teman-teman Rani bersilaturahmi kerumah kami. "Sini masuk! Rani ada dibelakang ....!" jawabku ketika teman-teman sekolah Rani bersilaturohmi kerumah kontrakanku.Mereka berlima masuk dan duduk di depan kue sederhana yang kubuat. "Itu di ambil Dek, Anggun, Desi, Ranti, Puji dan ... siapa itu yang satunya?" tanyaku kepada mereka. "Tika Tante," jawab Anggun, mereka tersenyum kepadaku. "Oh iya, Tante lupa terus, hehehe," aku terkekeh. "Maklum Tante suka lupa, ayo dicicipi makanannya!" tawarku. "Iya Tante," jawab mereka sopan, Rani masuk menemui teman
47. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Kedatangan Guru Sekolah. Penulis : Lusia Sudarti Part 47 'Apa Suamiku membaca pesan-pesan Argi tadi ya? Memang tak ada yang kuhapus, karena aku ingin memberitaunya," lirihku dalam hati. "Ma, sini ..." Aku segera menghampiri Suamiku yang masih duduk di kursi teras, ia menatapku dengan wajah gamang. "Ma, ini pesan dari k3p4r4t itu ya?" ia bertanya kepadaku tanpa mengalihkan pandangan dari wajahku. "Iya Pa, entahlah kenapa semua orang seolah-olah berlomba untuk merusak rumah tangga kita!" aku menjawab pertanyaan dengan nada lirih. Suamiku menyulut satu batang rokok, ia begitu galau dan juga sedikit tertekan setelah membaca semua pesan di ponselku.Asap mengepul dari bibirnya.Sedang aku hanya diam memperhatikan dirinya. "Iya Ma, tapi jika dibiarkan, ia akan selalu. mengulanginya," sahutnya kemudian. "Iya Pa, dari pada menghabiskan energi dan buang-buang waktu lebih baik abaikan saja. Yang penting hatiku ini hanya untukmu, selamanya ..
48. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Hasil Rontgent Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 48 "Terus bagaimana Bu, masalah bayaran, Ibu dan Bapak tidak usah memikirkannya, kami ikhlas," tanya Pak Akbar kemudian, mereka menatap kami penuh harap. Aku dan Suami saling pandang sesaat."Baiklah Bu, saya mengijinkan Rani untuk mengikuti liburan sekolah. Dengan catatan, saya mengijinkan karena Ibu dan Bapak yang telah berbaik hati kepada kami, akan tetapi saya masih akan tetap mengembalikannya suatu hari nanti, entah satu pekan kemudian, atau satu bulan kemudian. Karena saat ini keadaan kami betul-betul kesulitan, musibah silih berganti," jawabku dan kujabarkan semua apa yang sedang menimpa keluargaku. "Oh tidak usah Bu, Pak. Kami benar-benar ridho lillaahi ta'ala kok," sahut Pak Akbar dan dibenarkan oleh Ibu Leni. "Terima kasih banyak Bu, saya yakin Putri pasti bahagia mendengar kabar ini!" ungkap Bu Leni.Mereka berdua tersenyum haru, pun dengan kami. Kami pun mengucapkan bany
49. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Hanya Makan Daun Singkong Rebus dan Sambel Ulek. Penulis : Lusia Sudarti Part 49 "Tapi Pa, satu juta itu bunganya /dua minggu menjadi lima ratus ribu, itu bunganya aja," jelasku lirih. Ia tampak terkejut mendengar ucapanku. "Oh ya Ma, sebesar itukah bunganya?" kaget Suamiku.Aku hanya mengangguk. "Sabar ya Ma, suatu saat nanti kehidupan kita pasti berubah. Papa belum bisa kasih bekel buat Mama di rumah, Papa juga gak ada uang sama sekali mau kerja," ia menunduk lesu. "Iya gak apa-apa Pa, uang jalan kan emang udah kepake, untuk berobat, untuk beli solar, untuk makan walau gak banyak," jawabku. "Tapi nanti Mama sama Anak-anak gimana makannya?" Suamiku masih sangat bingung dan tak tega meninggalkan kami dalam keadaan tak punya apa-apa sama sekali. "Nanti bisa cari pinjeman Pa, yang bikin bingung, Papa juga gak punya uang untuk makan," ucapku lirih dan sendu. "Kalau Papa gak usah difikirin Ma, bisa pinjem juga ke yang lain," jawabnya se
50. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 50"Halo Bos, gimana udah ada kabar dari Mas Iman." "Udah Bik, Mas Iman baru muat, kemungkinan malam baru pulang!" "Oh iya bos, terimakasih infonya!" "Iya Bik sama-sama!" Kemudian aku menaruh Hpku kembali. Mudah-mudahan dilancarkan ya Allah, Amin.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Sudah beberapa hari belum ada kabar dari Suamiku. Apakah ia dapat pinjaman uang untuk beli makan atau gak Ya Allah, aku ingin bertanya tetapi kepada siapa, bawa Hp sih, tapi gak punya paket, terus di hutan kan jauh dari tower, otomatis gak ada sinyal," aku bergumam seorang diri. Melamun di teras seorang diri, Anak-anak bermain masak-masakan di sebelah rumah. Aku betul-betul kebingungan, beras gak ada lagi, hanya ada sisa nasi kemarin sore setengah magicom. Semuanya habis. Aku menahan lapar demi mereka, lebih baik aku yang kelaparan, untuk menahan sakit dilambung aku mengkonsumsi obat lambung.Yang selalu kusediakan, lambungku memang sudah akut. K
51. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapat Job Kembali. Penulis : Lusia Sudarti Part 51'Ya Allah, terimakasih, karena Engkau menjawab doaku," lirihku dalam hati, dengan tangis yang tersendat pilu. Melihat mereka menyantap makan dengan lauk seadanya dengan canda tawa, membuatku tersenyum bangga. Semoga kelak kalian menjadi Anak-anak sukses, Amiinn!" doaku buat mereka. "Mama, Mama kok gak makan?" tanya Rani kepadaku. "Mama ntar aja Mbak!" aku beranjak kedalam untuk mengambil ponselku. "Simpen lagi sambelnya ya, buat makan nanti lagi!" ujarku seraya melangkah. "Iya Ma," jawab Indra. "Kalian udah kenyang makan-nya?" tanyaku ketika kembali keteras melihat mereka sudah selesai makan. "Udah kenyang Adek Ma," ujar Nayla, ia bersandar di tubuhku. "Indra juga Ma." "Rani juga Ma." "Alhamdulillah kalo gitu." 🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ....! "Ma, Papa demam!" pesan dari Suamiku dari inbok aplikasi facebook. Perasaanku menjadi sangat tak tenang, setelah membaca pesan yang
52. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Bongkar Mesin. Penulis : Lusia Sudarti Part 52"Ma, ada wak Andi di rumah membawa mobil." "Iya udah, Papa belum pulang?" tanyaku sembari melangkah, menapaki jalan cor yang belum lama selesai dibangun. "Belum Ma," ujarnya disisiku.Sekirtar dua menit kami tiba dikontrakan, di teras Kak Andi telah menunggu, mobilpun telah terparkir cantik di halaman samping. "Udah lama Kak?" Tanyaku sembari menjatuhkan bobot di kursi teras, setelah mempersilhkan beliau duduk. "Belum Mbak, baru aja sampai," jawabnya. "Oh iya ya Kak." "Mbak, kalau Mas Iman mau menyalakan mesin ini kuncinya!" Kak Andi menunjukkan kunci distir mobil. "Iya Kak, insyaallah nanti malam kalau gak besok pagi di cek ya?" jawabku sembari memeriksa mobil. "Iya Mbak, saya permisi dulu!" Kak Andi pamit setelah memberi penjelasan kerusakan mobil kepadaku. "Minum dulu Kak." "Terima kasih banyak Mbak, baru saja minum!" tolaknya dengan halus. Kemudian beliau melangkah menuju jalan
53. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Penulis : Lusia Sudarti Part 53Aku meraih gawai lalu membukanya.Kedua netraku membola saat membaca pesan whatsapp itu. "Ada apa Ci?" tanya Ira penasaran, ia ikut membaca pesan yang tertera diponselku. "Ya Allah Ci, kamu terlilit hutang berbunga?" Kini gantian Ira yang terbelalak menatapku tak percaya. "Iya Ir," jawabku sembari menunduk membaca dengan seksama pesan whatsapp diponselku. "Mbak, gimana uang yang kemarin? Ini udah tiga minggu, sedangkan janji dua minggu! Waktu terus berjalan!" pesan whatsapp dari Mbak Neni. "Iya Mbak, kami belum gajian!" balasku. Tring! Rupanya langsung dibaca dan dibalas. "Bayar dulu bunganya," balasnya kemudian. "Iya Mbak, nanti kalo cair ya?" balasku. Aku mengetik balasan selanjutnya lalu kukirim kembali. Hanya diread, tetapi tak dibalas kembali. "Ya Allah Ci, berapa emangnya kamu pinjem?" seru Ira. Ia kembali menatapku. "Satu juta, bunganya perdua minggu lima ratus ribu, jadi semua satu juta
60. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Tahun Penuh Kebahagiaan Penulis: Lusia Sudarti Part 60 (part terakhir) "Terima kasih untuk cintamu, untuk Papa Sayang!" Suamiku mengecup pucuk kepalaku, nampak sekali Suamiku begitu bahagia dari caranya menatapku ..."Terimakasih juga atas cinta yang Papa berikan buat Mama Pa! Mama begitu bahagia bisa menjadi bagian dari hidup Papa." "Tetaplah disamping Papa Ma ..." "Sudah larut, tidurlah Pa, sini Mama usap kepala Papa," aku menepuk kedua pahaku, memintanya untuk merebahkan kepalanya di pangkuanku. 'Malam belum terlalu larut saat aku bermimpi, hingga Suamiku membangunkan aku, kini ia terlelap begitu damai dalam pangkuanku! Tuhan ... aku bersyukur atas jodoh yang Engkau tetapkan untukku, yang menemani hidupku di dunia ini, amiinn ..." 🌺🌺🌺🌺🌺🌺Aku memang tidak cantik, tetapi tidak pula jelek, wajahku manis semanis madu. Wkwkwk. Tahun ini adalah tahun penuh kebahagiaan buat keluarga kami.Selama memasuki bulan diawal tahun ini, hid
59. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Bermimpi Penulis : Lusia Sudarti Part 59Tak berapa lama, dari jauh terlihat sorot lampu yang menyinari area lokasi dan menerangi mobil dimana aku seorang diri di dalamnya. Sebetulnya di belakang mobil, masih banyak mobil yang antri seperti kami."Ma ..." Tok! Tok! Tok! Aku segera membuka pintu mobil, Suamiku tersenyum manis kepadaku yang duduk dijok stir. "Enggak ada apa-apa kan Ma ...?" tanya-nya sembari naik kedalam mobil. "Iya Pa, tapi tetap aja takut hehehe!" aku terkekeh sembari beralih tempat duduk. "Enggak akan ada yang menggigit, paling juga ada yang mau menculik!" Seloroh Suamiku sambil membuka plastik dan mengeluarkan dua bungkus nasi. "Ini Ma nasinya!" ia menyerahkan satu bungkus nasi dan aku meraihnya.Aku rasanya tak sabar untuk menyantap nasi yang aromanya begitu menggoda indera penciuman. Setelah mencuci tangan dan membaca doa makan, aku dan Suamiku segera menyantap makanan kami dengan lahap. "Alhamdulilah Ya Alla
58. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Berangkat Kerja Penulis : Lusia Sudarti Part 58"Terus gimana dengan sekolah Ma?" tanya Rani memecah keheningan "Untuk sementara Mama mau cari tukang ojeg," ucapku kemudian. Mereka semua terdiam mendengar ucapanku.Aku merenungi kehidupanku sekarang! Entahlah semoga ini awal yang baik untuk kami. Doa dan harapan yang tak pernah bosan dan putus kupanjatkan. "Ma, sudah sampai nih!" ujar Suamiku sambil menyentuh punggung tanganku. Aku tergagap karena terkejut, ternyata aku melamun, ia tersenyum melihatku yang terlonjak."Makanya gak usah melamun Ma!" canda Rani, ia bersiap turun dari mobil dan menurunkan semua alat-alat perlengkapan yang kami bawa. "Ayo turun Adek ...!" aku segera menuruni tangga mobil dan meraih Nayla untuk kugendong. Kami disambut hangat oleh keluargaku. Tarmi dan Anaknya, Tarmi seorang janda, Suaminya meninggal dunia tiga tahun lalu, karena menderita stroke.Mereka membantu membawa barang-barang yang kami bawa. "Dek
57. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 57Aduh Mbak, kami belum punya, tetapi jika mau lima ratus dahulu ada nih," ia merogoh uang di saku celananya.Kemudian diberikannya kepadaku. Aku menerima uang dari tangan Bosku itu tanpa semangat! Tetapi aku masih menunjukkan sikap menghargai kepada mereka. Malam ini terasa begitu dingin, kebetulan aku lupa memakai switer, jadi angin malam seolah menusuk kulit hingga tembus tulang sum-sum. "Ayo pulangn Pa." Aku dan Suamiku lemas seketika! Kami sedikit kecewa, bukan sedikit sih ... janji mereka mau melunasi hari ini. Tapi sayangnya mereka masih mengingkarinya. Sedangkan aku dan Suamiku mempunyai janji untuk membayar dulu bunga pinjaman pan4s!Tapi apa boleh buat, yang ada dulu dibayarin, sisanya nanti kalo udah dapat lagi. "Gimana ini Pa, masa iya cuma segini! Kan bingung mau kasih taunya gimana! Sedangkan semua telah menjadi dua juta!" ucapku sedikit kecewa. "Mau gimana lagi Ma, kirim dulu yang ada!" ja
56. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Pergantian Tahun Penulis : Lusia Sudarti Part 56"Heii, Mama gak apa-apa kok, udah jangan menangis, kita berdoa aja semoga kita dapat rizqi untuk membayar semuanya," aku memeluk mereka semua.Tak kupungkiri hatikupun sakit tiada terkira.Tetapi aku harus tegar demi mereka. "Mbak mau ngaji gak?" tanyaku seraya melerai pelukan. "Iya Ma ngaji," jawabnya. "Ya udah makan dulu lalu bersiap-siaplah," titahku kepada mereka berdua.Mereka pun mengangguk dan beranjak masuk. Aku menarik nafas dengan berat dan kuhempaskan perlahan.Aku membuka ponselku kembali dan menonton youtube bersama Nayla.Melihat tingkah lucu si kucing dalam video.Nayla tertawa terbahak-bahak hingga mengundang rasa penasaran kedua Kakaknya yang sedang beres-beres sebelum berangkat ngaji. "Hahaha, lihat Ma lucu sekali kucingnya, bisa beldili juga ngomong," teriak Nayla kembali, akupun tertawa melihatnya. "Mana Dek ...!" ujar Rani juga Indra berlari menuju kearahku dan Nay
55. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nas Selalu Sakit Hati Penulis : Lusia Sudarti Part 55 Tring! Aku terkejut mendengar suara nyaring dari ponselku. "Tolong antarkan sekarang ..." Aku hanya mengusap dada membaca pesan whatsapp dari Mbak Neni. "Mbak, saya belum gajihan, ada uang baru dapat sisa bayaran dari Kak Andi, tetapi gak cukup untuk bayar bunganya, di rumah saya beras pun gak ada, jadi untuk beli beras dan bahan-bahan masak yang lain karena sudah habis semua," segera aku mengirimkan balasan. Pesan balasanku pun telah dibaca dan dilayar ia sedang mengetik.Tring!"Tapi ini sudah berjalan tiga minggu, jadi gimana? Sedang perjanjian kemarin dua minggu bunganya lima ratus ribu jika meminjam satu juta ..." Aku membaca pesan itu dengan hati gundah gulana, bingung, sedih sekali pastinya.'Entah kenapa tak ada sedikitpun iba pada kami yang sedang betul-betul kesusahan.Untuk makan pun sulit," gumamku dalam hati. Sementara itu dalam kegelisahan aku melangkah masuk kedalam ka
54. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Terlilit Hutang Kembali Penulis : Lusia Sudarti Part 54"Gak perlu ... aku mau belanja Mbak! Tolong kerjasamanya, aku juga butuh modal, dipasar gak bisa ngutang, seperti kamu yang seenaknya ngutang gak mau bayar!" ujarnya dengan angkuh, aku hanya terdiam, kata-katanya begitu menusuk kalbu yang paling dalam.Sakit sekali rasanya. Ira yang duduk disampingku seketika bungkam mendengar ucapan pedas Teh Yeni tukang sayur langganan kami.Suamiku turun dari atas mesin mobil, ia menghampiri Teh Yeni yang berdiri dengan congkak di hadapanku. "Sabar Teh, bukan gak mau bayar, tapi memang ekonomi kami sangat sulit, borongan mobil ini dikasbon sedikit-sedikit untuk beli beras satu atau dua kilo, untuk mengganjal perut Anak dan Istriku. Juga gak seberapa besar hasilnya, untuk makanpun pas-pasan, jadi Teh, bukan gak mau bayar, emang bener-bener gak punya," ujarnya dengan raut memerah, ia mencoba sabar untuk menghadapi Teh Yeni. Aku tau, ia pasti sangat
53. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Penulis : Lusia Sudarti Part 53Aku meraih gawai lalu membukanya.Kedua netraku membola saat membaca pesan whatsapp itu. "Ada apa Ci?" tanya Ira penasaran, ia ikut membaca pesan yang tertera diponselku. "Ya Allah Ci, kamu terlilit hutang berbunga?" Kini gantian Ira yang terbelalak menatapku tak percaya. "Iya Ir," jawabku sembari menunduk membaca dengan seksama pesan whatsapp diponselku. "Mbak, gimana uang yang kemarin? Ini udah tiga minggu, sedangkan janji dua minggu! Waktu terus berjalan!" pesan whatsapp dari Mbak Neni. "Iya Mbak, kami belum gajian!" balasku. Tring! Rupanya langsung dibaca dan dibalas. "Bayar dulu bunganya," balasnya kemudian. "Iya Mbak, nanti kalo cair ya?" balasku. Aku mengetik balasan selanjutnya lalu kukirim kembali. Hanya diread, tetapi tak dibalas kembali. "Ya Allah Ci, berapa emangnya kamu pinjem?" seru Ira. Ia kembali menatapku. "Satu juta, bunganya perdua minggu lima ratus ribu, jadi semua satu juta
52. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Bongkar Mesin. Penulis : Lusia Sudarti Part 52"Ma, ada wak Andi di rumah membawa mobil." "Iya udah, Papa belum pulang?" tanyaku sembari melangkah, menapaki jalan cor yang belum lama selesai dibangun. "Belum Ma," ujarnya disisiku.Sekirtar dua menit kami tiba dikontrakan, di teras Kak Andi telah menunggu, mobilpun telah terparkir cantik di halaman samping. "Udah lama Kak?" Tanyaku sembari menjatuhkan bobot di kursi teras, setelah mempersilhkan beliau duduk. "Belum Mbak, baru aja sampai," jawabnya. "Oh iya ya Kak." "Mbak, kalau Mas Iman mau menyalakan mesin ini kuncinya!" Kak Andi menunjukkan kunci distir mobil. "Iya Kak, insyaallah nanti malam kalau gak besok pagi di cek ya?" jawabku sembari memeriksa mobil. "Iya Mbak, saya permisi dulu!" Kak Andi pamit setelah memberi penjelasan kerusakan mobil kepadaku. "Minum dulu Kak." "Terima kasih banyak Mbak, baru saja minum!" tolaknya dengan halus. Kemudian beliau melangkah menuju jalan