38. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Lauk Sambal Singkong Penulis: Lusia Sudarti Part 38"Terus yang diiris kecil-kecil ini buat apa Ma?" tanya Indra, ia duduk disampingku. "Buat disambal Mas," "Lapar Ma, belum mateng ya?" "Belum, tapi masih ada sambal tadi pagi," jawabku.ia lalu mencuci tangan dan mengambil nasi. "Assalamualaikum." "Waalaikum salam." "Aku menatap kerah Rani! Rani pulang sekolah. "Mama masak apa?" Rani mencium punggung tanganku. "Bikin sambal singkong Mbak." "Enak Ma, rasanya kaya sambal kentang," sahut Rani sembari melangkah masuk. "Iya sambal kentang-kentangan," ujarku tersenyum. "Udah mateng Ma?" Indra menghampiriku yang masih mengaduk sambal supaya bumbunya merata. "Udah nih!" aku menuang sambal singkong kedalam mangkuk. Dan kuhidangkan diatas meja. "Ma, pedes nggak?" tanya Nayla. "Enggak terlalu pedas kok Sayang," jawabku. "Adek mau Ma!" "Oke, tunggu ya, Mama ambil nasi buat Adek!" aku beranjak masuk mengambil nasi untuk Nayla.Sedangkan
39. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Enggak Apa Makan Singkong Ma, Enak Kok. Penulis : Lusia Sudarti Part 39Setelah sholat aku bergegas naik ketempat tidur dan merebahkan diri. Doa tidurku lafazdkan dalam hati. Berharap esok pagi akan lebih baik dari hari ini. Aamiin.Adzan berkumandang, menandakan waktu subuh telah tiba. Aku menggeliat dan mengucek kedua bola mataku, yang terasa berat.Aku duduk sejenak, meregangkan otot-otot agar sedikit mengendur. "Mbak, Mas. Bangun sudah subuh, mandi dan segera sholat, keburu habis waktu!" aku membangunkan kedua Anakku, setelah aku selesai sholat. "Iya Ma," jawab mereka sembari menguap dan mengucek mata. Aku kedapur untuk menghangatkan sisa nasi dan memeriksa persediaan beras. 'Cuma dua mug yang tersisa," gumamku lirih. Tak apa, cukup untuk sarapan dulu. Aku menghangatkan juga sambal singkong, aku membuatnya banyak. Sengaja ... karena hanya itu cabai yang tersisa.Alhamdulillah, cukup untuk dua hari. Rani membantu beres-beres rumah,
40. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Merawat Suamiku. Penulis : Lusia Sudarti Part 40"Ini uangnya Mbak, keluarin motornya sana Mas," titahku kepada Indra. Rani mencatat keperluan yang akan dibeli. Ya Allah terimakasih ... Aamiin," syukurku atas nikmat rizqi hari ini.??? Setelah Rani dan Indra kewarung. Aku masuk kedalam kamar kami, bermaksud hendak membangunkan Suami. Tapi alangkah terkejutnya melihat ia begitu pucat, dan suhu tubuhnya panas.Tak terasa luruh air mataku. "Pa, Papa...," aku menyentuh keningnya.Ia mengerjapkan kedua netranya dan menatapku sendu. " Kenapa Mama menangis? Jangan menangis donk, Papa nggak kenapa-napa kok, cuma capek," hiburnya sembari mengusap jejak air mata dikedua pelupuk mataku. Bagaimana aku tidak menangis, karena pahlawan keluarga kami sedang mengalami puncak dari kelelahan mencari sesuap nasi untuk kami. Dan berjuang keras tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal waktu, bahkan rela kelaparan disaat bekerja. Hanya demi kami Anak dan Istrinya
41. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Orang Dari Masa Lalu, Mencoba Menghancurkan Rumah Tanggal Penulis : Lusia Sudarti Part 41 "Baiklah Kak, nanti sekitar pukul sepuluh saya kerumah Kakak," ujar Suamiku. "Ayo diminum Kak, udah dingin kopinya." "Oh iya!" Kak Andi meraih gelas lalu menyesapnya hingga tandas, menyisakan ampasnya aja. "Ya sudah Mas, saya permisi dulu ya, saya ada urusan sebentar, nanti telpon aja ya Mas." "Oh iya silahkan Kak," ujar Suamiku, kami mengantarkan Kak Andi hingga diluar teras. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀Hari-hari berganti, minggu depan akan memasuki bulan suci ramadhan, sementara semua pekerjaan masih dibawah standar. Aku tak tau, apakah lebaran tahun ini bisa membeli pakaian untuk Anak-anakku atau tidak? Sedangkan untuk makan gali lubang tutup lubang. Masih bersyukur, setidaknya masih bisa memberi makan untuk mereka. Biarlah, seandainya nanti mereka tak dapat membeli pakaian baru. Jika suatu saat punya uang sedikit lebih, akan aku belikan pakaian untuk mere
42. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Dia Kembali Untuk Memisahkan Kami Penulis : Lusia Sudarti Part 42Esok bulan ramadhan, Suamiku membanting tulang untuk menyambut puasa pertama. Maklum Anak-anakku selalu berpuasa. Kasihan jika sahur dan buka hanya dengan nasi putih aja. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Malam telah larut tapi tanda-tanda Suamiku belum pulang, aku gelisah di teras seorang diri.Anak-anakku telah terlelap semua.Aku mengusir galau dihatiku dengan bermain ponsel. Ting! Aku kaget ada pesan whatsapp masuk. Karena penasaran aku membuka pesan tanpa nama.'Ternyata nomor Argi. Mau apa lagi sih dia," gerutuku. (Mbak, aku bela-belain membeli kebon hanya untuk kamu, tapi kenapa kamu meninggalkan aku?) Malas bacanya. Tak ada gunanya juga.Lebih baik aku membuka aplikasi menulis untuk update cerita yang kemarin kutulis. 'Kenapa ya hidupku kok begini amat, teman baik nggak punya, Ibu sudah kembali kepada-Nya. Sekalinya punya teman malah mau merusak rumah tanggaku! Aku termenung beb
43. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Suamiku Bercerita. Penulis : Lusia Sudarti Part 43(Emang nya nggak ada laki-laki lain yang mau sama kamu? Hingga kamu memintaku untuk melepaskan Suamiku? Tak ada bosannya ya kamu mengganggu kehidupanku!) kukirim balasan yang lebih menyakitkan kepadanya. Ting! (Aku tau kamu hanya menginginkan harta Kak Iman kan ... ?) 'Apa ....? Aku menginginkan harta!" aku terkekeh seorang diri membaca pesan dari Viola, apa nggak kebalik?" cicitku. Aku begitu geram dengan semua tuduhannya.Pesan-pesannya hanya kubaca tapi tak kubalas. Malas meladeni manusia-manusia serakah uang menghalalkan segala cara.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sepi sekali malam ini, biasanya Suamiku menemani duduk di teras samping. Tapi malam ini hanya aku seorang diri. Entah mengapa, setelah ada pesan-pesan dari Viola hatiku terasa gundah, was-was dan tak tenang.Viola adalah wanita yang dijodohkan dengan Suami, jauh sebelum bertemu denganku. Ia tetap mencari cara untuk memisahkan kami berdua
44. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapatkan THR. Penulis: Lusia Sudarti Part 44"Ma, mau dong," ia memandangku syahdu.Aku tersenyum dan menunduk. Kemudian ia dengan sigap membingkai wajahku.Dan ia mendekatkan bibirnya kepadaku~🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sauuuurrr, saauurrr, saauuurr ... Panggilan dari masjid untuk membangunkan umat Islam yang akan menunaikan puasa dibulan Suci Ramadhan, bulan seribu kebaikan bergema, bersahut-sahutan dari seluruh Masjid dan Mushola. Aku segera beranjak untuk membersihkan diri, begitu pun Suamiku tercinta, mensucikan diri dari hadas besar.Kemudian aku mendirikan sholat hajat dua rakaat. Suamiku menyalakan kompor untuk menyeduh kopi.Aku menghangatkan lauk dari Bos Suamiku semalam, karena lauk dan sambel serta sayur terpisah jadi bisa dihangatkan kembali.Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Masih banyak waktu, kebetulan semua sudah selesai. Kami berbincang berdua. "Pa, Anak-anak kemaren berbuka dengan kelapa yang masih muda, ya
45. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mendapat Zakat Fitrah. Penulis : Lusia Sudarti Part 45 "Ini teh kotak Mas," ia mengangkat teh yang sedang disesapnya.Indra memperhatikan teh di tangan Nayla. "Dari mana beli teh kotak Ma?" "Enggak beli, dikasih bos Papa THR, itu diatas meja!" aku menunjukkan susunan minuman. "Wah, banyak sekali Ma." "Alhamdulillah, bisa untuk lebaran," sahutku.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Sehari sebelum lebaran. "Maafkan Papa sama Mama ya, Anak-anak Ma-Pa. Kami tidak bisa membelikan kalian pakaian lebaran. Mama juga gak bisa bikin atau beli kue," ungkap Suamiku.Ada setitik luka direlung hati ini melihat mereka semua tak berganti pakaian tahun ini."Assalamualaikum ...." "Itu siapa Ma," ujar Rani, ia beranjak menuju teras untuk melihat siapa yang mengucap salam. "Waalaikumsalam." "Ma, ada tamu ....!" teriaknya.Aku bergegas menghampiri mereka. "Oh iya Mas, ada apa ya?" aku bertanya kepada Mas Danu, pengurus masjid. "Ini Mbak, ada zakat fitrah dari Masjid