14. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Kapankah Semua Ini kan Berakhir? Penulis : Lusia Sudarti Part 14*** Sedang Dewi, wajahnya langsung merah melihat perlakuan manis Suami kepadaku.Tanpa pamit ia langsung pergi begitu saja. "Dasar janda gatel," umpat Mbak Mita, yang melihat Dewi nyelonong pulang tanpa pamit. "Hust nggak baik bilang gitu Dek," Mas Cipto menasihati Istrinya. "Biarin aja, memang kenyataannya. Hemm, apa jangan-jangan Mas ada hati ya sama Dewi?" ketus Mbak Mita, dengan wajah yang memerah menahan amarah. "Astagfirrulah Dek, ngomong apa sih? Malu sama Mas Iman dan Mbak Suci!" tegasnya kemudian, ia menatap kami dengan raut wajah memerah. Kami pura-pura tak mendengar dan pura-pura tak melihat. Dalam hati aku membathin, ternyata bukan hanya aku yang tak menyukai sikap Dewi. "Maaf ya Mas, Mbak, kalo suasananya jadi kurang mengenakkan?" ujar Mas Cipto. "Aahh biasa Mas, Istri saya juga suka begitu, malah lebih parah Istri saya Mas, hehehe," seloroh Suamiku, dan
15. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Selalu Bertahan Penulis: Lusia Sudarti Part 15 *** "Siap Mas, jadi bagaimana nih? Langsung kita selesaikan pembayarannya oke?" sambung bos. "Boleh bos, kebetulan lagi kismin banget nih, hehehe," canda Suamiku disambut gelak tawa bos dan Istrinya.Setelah beres semua dan kami pun berpamitan, setelah Suami berpesan untuk tetap merayen mobil selama 12 jam.Akhirnys kami sampai rumah, aku dan Suami menghitung sisa uang dari bos. Ternyata cukup untuk bayar kontrakan dan beli sembako selama dua minggu. "Ma, ini dibagi-bagi dulu ya, asal cukup untuk makan dan bekal selama kita kerja ditempat baru. Sisanya untuk bayar lampu dan kontrakan!" ujarnya menyerahkan uang hasil kerja. "Iya Pa, alhamdulillah, tetap harus disyukuri seberapa pun itu!" sahutku. Suami mengangguk. *** Kebetulan hari masih siang, saat kami sampai rumah. Anak-anak sedang melakukan aktivitas hariannya, belajar sebentar sepulang sekolah, sementara Nayla tidur siang. Aku ber
16. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ujian Belum Berakhir Penulis: Lusia Sudarti Part 16 *** "Ma, tolong percaya Papa ya!" diraihnya tanganku dan digenggamnya hangat. "Udah Pa, Mama nggak mau disentuh Papa, karena tubuh Papa bekas pelukan Dewi!" emosiku kembali memuncak, saat ingat Dewi memeluknya dari belakang. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Teriknya matahari membuatku harus beristirahat di saung yang ada di bengkel. Keringat membanjiri seluruh tubuhku. "Ma, Adek ngantuk, Adek mau bobo ya?" rengek Nayla kepadaku. "Aduhh bidadari Mama ngantuk, ya udah sini bobo, Mama temani dulu!" jawabku sambil menyusun tempat untuk Nayla bobo. "Anak gadis Papa ngantuk ya, Papa kipasin ya!" sahutnya seraya ngipasin Nayla pakai potongan kardus. Tak lama kemudian ia pun terlelap. "Percayalah Ma, Papa nggak akan menyakiti Mama, apa pun yang terjadi," ungkap Suamiku dengan lirih sambil menatapku dengan tatapan sendu. Aku bingung dengan hatiku sendiri, padahal jelas aku meliha
17. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ternyata Begitu Lelah Penulis: Lusia Sudarti Part 17 *** "Iya Yar, mau bayar helper nggak sanggup, jadi bawa helper yang gratis," Suamiku membalas candaan mereka, sedang aku pun tersenyum. "Adek juga ikut ya?" tanya Kakak perempuan Yarli. "Iya Wak, Adek ikut," Nayla menjawab sambil tersenyum malu.Membuat semua orang pun tersenyum dan gemas. Sementara aku menyiapkan kunci-kunci, Suami dibantu pemilik mobil membuka dan memeriksa semua kerusakan. Nayla bermain dengan teman barunya.Hari ini ngecek alat apa aja yang perlu diganti. "Yar, ini semua harus diganti, poring dua, satu set ring piston, pak deksel, lem silicon!" ujar Suamiku sambil menunjukkan semua yang perlu diganti. "Oh iya Mas, besok ikut belanja ya Mas?" Yarli mengajak serta Suami. "Oh iya, block juga harus di skrensap, askruk harus ganti," sambung Suami lagi. "Jadi kira-kira berapa Mas biaya semua?" tanya Yarli sembari meneliti alat-alat mobil. "Kalau itu saya nggak
18. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Motor Mogok Penulis: Lusia Sudarti Part 18**** 'Apa aku harus promosiin ceritaku melalui Author ternama ya?" gumamku. Aku berfikir sejenak. 'Oh iya aku masih punya saldo DANA, cukup untuk promosi lima bab." 'Baiklah, besok akan kuhubungi Author favoriteku untuk promosiin cerita-ceritaku," batinku berucap. Setelah nego, aku pun dibantu mempromosikan ceritaku, alhamdulillah likeku menjadi seribu lebih kurangnya, dan mereka berlanjut ke App. Tapi untuk komen mau pun like di App belum bertambah, hanya pembacanya saja yang mencapai ribuan. Aku menutup Appku, ada nada dering panggilan whatsap. Di layar tertera. Yarli memanggil ....! [Halo Mbak, ada Mamas, saya sedang dalam perjalanan kerumah Mbak] ketika panggilan tersambung. [Ada Om, ini sudah siap kok] jawabku, sementara Suami dan Nayla telah menunggu jemputan dari Yarli. [Oke Mbak] Panggilan pun terputus. "Oom ya Ma?" seru Nayla girang. "Iya Sayang," jawabku. Dan tak lama ke
19. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Bingung Bekal Sudah Mau Habis Penulis: Lusia Sudarti Part 19 ***"Mama donk gantian makannya, masa dari tadi Papa aja yang disuap, sedang Mama nggak makan-makan!" suara lembut Suamiku menyadarkan lamunanku. "Oh iya ya, Mama lupa! Habisnya Adek lucu banget sih," ujarku sambil menyuapi Nayla gantian. Kami melanjutkan pekerjaan lagi, setelah beristirahat sebentar.Nayla tidur dibale-bale, karena siang ini sangat panas. Tak terasa hari sudah sore, kami pun bersiap untuk pulang. Dengan langkah gontai, kami menyusuri jalan berdebu. Nayla begitu riang, bernyanyi, berlari-lari kecil seolah tak merasakan capek sama sekali. Di tengah perjalanan. "Pa, bekal kita udah mau habis, mana semua juga udah menipis, beras sekitar lima kilo lagi Pa, minyak setengah kilo, gula masih cukup untuk satu minggu. Nanti sore beli tempe aja dua papan ya Pa?" ujarku. Suami menoleh kearahku. "Atur aja sama Mama, mudah-mudahan lusa kita dapat bayaran dari sisa k
20. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Kucingku Membawakan Sekotak Nasi Untuk Kami dan Anak-anak Adopsinya. Penulis : Lusia Sudarti Part 20***"Sama-sama Sayang! Ya udah Mbak, Mas dilanjut, maaf mengganggu," Mbak Mita tersenyum lembut kearahku. "Mbak Mita, makasih banyak lho Mbak, saya jadi nggak enak nih, ngrepotin," aku merasa benar-benar tak enak hati. "Tenang Mbak, Mbak nggak ngrepotin kok! Ya udah Mbak, Mas, Adek Tante pamit dulu ya? Da da!" Ia pun menstater motornya dan melaju perlahan menuju rumahnya. "Da da Tante!" Nayla melambaikan tangannya dan tersenyum riang. "Ma, Pa ... Adek mau beli jajan ya?" tanya Nayla sambil menatapku penuh harap. "Iya Sayang, tapi jangan banyak-banyak ya," aku tersenyum melihat ia begitu riang. Dan ada sedih kalau mengingatnya harus ikut sengsara seperti ini. Saat melewati sebuah warung, aku pun menggandeng tangan Nayla untuk membeli jajan yang dimintanya, Alhamdulillah dapat rejeki untuk menyambung hidup. Setelah membayar, kami pun
21. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mencari Pinjaman Kembali. Penulis: Lusia Sudarti Part 21 Siapin tisu sebelum membaca ya? "Mpus dari mana nasi ini? Untuk Nayla sama anak-anakmu ya?" digendongnya sembari diusap-usap kepalanya. Mpus pun mengeong-ngeong.*** Aku meraih piring dan memindahkan nasinya dari kotak. 'Meong, meong." Mpus tak berhenti bersuara."Mpus ini ayamnya untukmu, ini untuk anak-anak mu." Aku membagi ayam geprek untuk mpus dan anak-anaknya. Setelah mereka makan, aku menyuapi Nayla," air mataku bak bendungan yang jebol, tumpah tak tertahankan. Terimakasih mpus, terima kasih. Di dalam ketidak berdayaan kami, kau menggantikan Suamiku dan aku mencari makan!" pilu hatiku bagai teriris sembilu. Dengan air mata berlinang-linang, aku memeluk dan menciumi mpusku. "Papa mau nyicip makanan dari mpus?" aku menatap sedih kearahnya. "Dikit aja Ma," jawabnya. Aku suap dengan perasaan campur aduk, air mata tak berhenti menetes, si mpus mendongak kearahku, memperhatik