19. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Bingung Bekal Sudah Mau Habis Penulis: Lusia Sudarti Part 19 ***"Mama donk gantian makannya, masa dari tadi Papa aja yang disuap, sedang Mama nggak makan-makan!" suara lembut Suamiku menyadarkan lamunanku. "Oh iya ya, Mama lupa! Habisnya Adek lucu banget sih," ujarku sambil menyuapi Nayla gantian. Kami melanjutkan pekerjaan lagi, setelah beristirahat sebentar.Nayla tidur dibale-bale, karena siang ini sangat panas. Tak terasa hari sudah sore, kami pun bersiap untuk pulang. Dengan langkah gontai, kami menyusuri jalan berdebu. Nayla begitu riang, bernyanyi, berlari-lari kecil seolah tak merasakan capek sama sekali. Di tengah perjalanan. "Pa, bekal kita udah mau habis, mana semua juga udah menipis, beras sekitar lima kilo lagi Pa, minyak setengah kilo, gula masih cukup untuk satu minggu. Nanti sore beli tempe aja dua papan ya Pa?" ujarku. Suami menoleh kearahku. "Atur aja sama Mama, mudah-mudahan lusa kita dapat bayaran dari sisa k
20. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Kucingku Membawakan Sekotak Nasi Untuk Kami dan Anak-anak Adopsinya. Penulis : Lusia Sudarti Part 20***"Sama-sama Sayang! Ya udah Mbak, Mas dilanjut, maaf mengganggu," Mbak Mita tersenyum lembut kearahku. "Mbak Mita, makasih banyak lho Mbak, saya jadi nggak enak nih, ngrepotin," aku merasa benar-benar tak enak hati. "Tenang Mbak, Mbak nggak ngrepotin kok! Ya udah Mbak, Mas, Adek Tante pamit dulu ya? Da da!" Ia pun menstater motornya dan melaju perlahan menuju rumahnya. "Da da Tante!" Nayla melambaikan tangannya dan tersenyum riang. "Ma, Pa ... Adek mau beli jajan ya?" tanya Nayla sambil menatapku penuh harap. "Iya Sayang, tapi jangan banyak-banyak ya," aku tersenyum melihat ia begitu riang. Dan ada sedih kalau mengingatnya harus ikut sengsara seperti ini. Saat melewati sebuah warung, aku pun menggandeng tangan Nayla untuk membeli jajan yang dimintanya, Alhamdulillah dapat rejeki untuk menyambung hidup. Setelah membayar, kami pun
21. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mencari Pinjaman Kembali. Penulis: Lusia Sudarti Part 21 Siapin tisu sebelum membaca ya? "Mpus dari mana nasi ini? Untuk Nayla sama anak-anakmu ya?" digendongnya sembari diusap-usap kepalanya. Mpus pun mengeong-ngeong.*** Aku meraih piring dan memindahkan nasinya dari kotak. 'Meong, meong." Mpus tak berhenti bersuara."Mpus ini ayamnya untukmu, ini untuk anak-anak mu." Aku membagi ayam geprek untuk mpus dan anak-anaknya. Setelah mereka makan, aku menyuapi Nayla," air mataku bak bendungan yang jebol, tumpah tak tertahankan. Terimakasih mpus, terima kasih. Di dalam ketidak berdayaan kami, kau menggantikan Suamiku dan aku mencari makan!" pilu hatiku bagai teriris sembilu. Dengan air mata berlinang-linang, aku memeluk dan menciumi mpusku. "Papa mau nyicip makanan dari mpus?" aku menatap sedih kearahnya. "Dikit aja Ma," jawabnya. Aku suap dengan perasaan campur aduk, air mata tak berhenti menetes, si mpus mendongak kearahku, memperhatik
22. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ceritaku Penulis : Lusia Sudarti Part 22 *** "Iya, saya menyadari hal itu, tapi Mbak, saya mohon jangan ditinggalin mobil saya ya, saya minta maaf atas kesalahan saya!" suaranya melemah setelah mendengar ucapanku. "Itu tergantung dari Bos, saya sudah bilang dari awal! Saya juga sudah menolak berkali-kali, tapi Bapak selalu memohon dan meminta tolong, karena saya juga manusia Bos, mungkin suatu saat saya juga membutuhkan pertolongan dari Bos, jadi mau nggak mau, saya bersedia.Tapi jangan terhambat dari segi alat, saya nggak bisa terlalu lama menunggu dan tergantung dari mobil Bos, karena Anak-anak saya butuh makan Bos!" ujarku panjang lebar, untuk membuka hatinya, supaya mengerti akan keluhan kami sebagai mekanik. Sejenak ia termenung mendengar keluhanku, dan menoleh kepadaku seraya berkata. "Baiklah Mbak, akan saya usahakan untuk alat-alat yang diperlukan. Dan saya minta notes alat-alat yang akan dibeli Mbak?" sambungnya lagi. "Oke
23. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Firasat Buruk Penulis : Lusia SudartiPart 23"Mama masak apa?" tanyanya. "Masak sayur bening bayam, sambal ulek sama tempe goreng," "Heem mantap itu, ya udah Papa mandi dulu ya!" ia bangkit untuk mandi.Aku menyiapkan semua untuk makan Suamiku setelah mandi. ***"Anak-anak sudah makan Ma?" tanyanya ketika menerima piring nasi yang kusodorkan. "Alhamdulillah sudah Pa, sebelum Papa pulang tadi mereka makan!" jawabku sambil menghempaskan bobot disampingnya. "Oh iya Pa, tadi Bos Yadi datang kerumah, ia memohon supaya mobilnya jangan sampai ditinggalin karena terkendala dialat-alat." "Heem, terus?" ia berhenti sejenak dan menatapku. "Ya, tadi Mama sedikit keras sih, maksudnya jangan sampai berlarut-larut, karena kita juga butuh makan ....!" aku menjeda sejenak ucapanku. "Ia meminta catatan alat yang mau dibeli, dan memberikan uang dua ratus ribu, katanya buat operasional besok kalau kita ke pool," suami mendengarkan dengan seksama di se
24. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Karena Gelisah, Kususul Ke tempat Kerja Penulis : Lusia Sudarti Part 24Selepas kepergiannya, perasaanku bertambah cemas dan gelisah, apa lagi hingga sekarang belum pulang. Detak jantungku seolah berpacu dengan waktu. Aku pun berjalan kesana-kemari. Netraku tak lepas dari jalan yang gelap, menanti kedatangan Suami.*** "Ma, ini hpnya! Adek ngantuk," seru Nayla. "Sini Sayang, bobo disini!" ujarku menepuk pangkuan. Ia pun merebahkan diri dipangkuan. Kuusap lembut kepalanya, ia memejamkan mata dan akhirnya tertidur pulas. Heem kenapa belum pulang juga Suamiku ya? Mungkin nanti bareng Anak-anak pulang ngaji," gumamku seorang diri. Aku membawa Nayla ke kamar, biar enakkan tidurnya. Setelah aku kecup keningnya perlahan, aku menuju teras lagi untuk menanti kepulangan Suamiku. Hati ini masih begitu cemas menunggu kepulangannya! Dari jauh kulihat samar-samar bayangan sedang berjalan kaki, dua orang Anak. Apa mungkin itu kedua Anakku?" lirih ba
25. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Kembali Bertemu Yunita Penulis : Lusia SudartiPart 25"Udah ah Pa, lagi males!" aku menghindar dari suapan dari Suamiku. "Ntar sakit Ma, Papa juga yang repot nantinya!" ia sedikit marah aku menolak dan tak mau disuapi.*** Aku menaruh gawai di atas meja dan kupandang wajahnya lekat, memperhatikan ia makan.Ia makan dengan anggun, meskipun laki-laki. Ia menyodorkan sendok yang berisi makanan kemulutku. Aku membuka mulut dan mengunyah dengan perlahan. Ternyata nikmat juga makan sepiring berdua ya?" lirihku ketika ia beranjak untuk menambah nasi dan lauk. Setelah suapan terakhir, ia menaruh piring kotor dan kembali membawa air minum. Dan ia berikan kepadaku. "Makasih Yank." "Sama-sama Yank!" ia tersenyum dan menjatuhkan bobot disampingku. "Jadi tadi gini ceritanya! Sebelum Suaminya datang. Ia mencoba merayu Papa ...!" ia menjeda sejenak ceritanya dan mengambil nafas.Aku mendengarkan dengan seksama, ada panas membakar hati. Cemburu, pa
26. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Selalu Ada Ujian Yang Menyakitkan Penulis : Lusia Sudarti Part 26"Adekkan udah gede, sedangkan Mama masih kecil," canda Suamiku. Aku pun mencubit perutnya. "Aduh, Adek tolong Papa donk, Mama cubit Papa," mereka tertawa lagi sembari makan.Ternyata bahagia itu sederhana ya para pembaca setiaku!*** "Assalamualaikum," aku kaget ada orang di depan, aku bergegas melangkah dan menjawab salamnya. "Waalaikumsalam." Mbak Hera sudah berdiri diteras. "Oh Mbak Hera. Sini duduk Mbak!" ucapku ramah mempersilahkan ia duduk. Firasatku sedikit tak tenang melihat kedatangannya dengan wajah datar. "Langsung aja Mbak Suci, saya mau menagih sisa hutang Mbak Suci!" ia mengambil secarik catatan dari dalam tas tangannya dan diserahkan kepadaku.Aku meraih secarik kertas berisi catatan hutangku. Rp 650.000. "Oh iya Mbak, tapi saya belum punya kalau hari ini Mbak, saya beli alat-alat motor dulu. Susah sekali kerja jauh kalau nggak ada motornya," tukasku,