Home / Fantasi / Selubung Memori / 422. MEMORI PENDAR PUTIH #9

Share

422. MEMORI PENDAR PUTIH #9

last update Last Updated: 2023-12-27 13:00:20

Kira-kira setahun kemudian, pekarangan di sekitar gubuk Jenderal tidak lagi padang rumput luas. Pekarangan luas itu berubah menjadi ladang bunga berwarna-warni. Tempat sepi itu tiba-tiba sudah semakin sering dikunjungi anak-anak—dan menjadi tempat peristirahatan paling sempurna bagi para pejuang misi. Bibi sempat mendengar Jenderal mengeluh seperti, “Tempat ini jadi berisik.” Dan Bibi berhasil membalas dengan, “Ini biar kau tidak tenggelam di kegelapan lagi.”

Bibi dan Jenderal semakin dekat. Sangat dekat.

Belakangan ketika Ibu semakin sibuk dengan penghuni yang bertambah, dia harus terus mengatur makanan untuk puluhan orang. Itu membuat Bibi sulit terus bersamanya, jadi Bibi memilih menjaili Jenderal—yang menurutnya lebih menarik dari membantu Ibu memasak. Itu juga yang membuat Jenderal mulai kenal dengan penghuni karena Bibi menyeretnya. Awalnya cukup sulit karena Jenderal terkenal dengan keanehannya, tetapi akhirnya para penghuni m

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Selubung Memori   423. MEMORI PENDAR PUTIH #10

    Belakangan, tampaknya dalam citra itu korban jiwa peperangan mulai agak berkurang. Mereka sudah jarang berjalan menemani jenazah di jalur Telaga. Dalam kurun waktu terakhir, aku sempat melihat mereka hampir setiap hari berjalan di area Telaga yang dingin itu, membakar jasad pejuang yang berhasil dibawa kembali. Itu tidak terjadi di beberapa citra terakhir.“Itu kabar baik,” kata Kara. “Tapi kita juga harus terus mencari.”“Mau mengerahkan misi pencarian skala besar?” tanya Sena.“Kita perlu rapat dewan penghuni untuk itu. Untuk sementara, tahan semua pejuang Padang Anushka berangkat misi. Kebetulan kita punya banyak bahan untuk dirundingkan. Dokter Gelda menyepakati usulan Nadya soal tim medis.”“Oh? Jadi dibuat?” tanya Ayah. “Itu lebih menenangkan.”“Kau bersedia memberitahu ini pada Meri, Al?” tanya Kara.Ayah agak terkejut. “Kok, aku?”K

    Last Updated : 2023-12-29
  • Selubung Memori   424. MEMORI PENDAR PUTIH #11

    Aku gembira melihatnya, tetapi itu privasi, jadi aku meminta Fin langsung mempercepat citra yang tidak perlu kulihat. Lagi pula, aku sedang di alam liar, terus berusaha menuruni bukit yang cukup berbahaya. Agak bodoh karena aku berulang kali tersenyum, lalu muram, lalu hampir menangis dalam duniaku sendiri.Citra berikutnya yang kulihat, adalah Ibu yang masih dijaili Jenderal dengan hadiah permen karet berisi kecoak mainan. Ibu hampir mengumpat, tetapi berhasil menahan diri. Jadi, dia mengubahnya menjadi sumpah serapah. “Jangan datang ke dapurku lagi! Siap-siap saja di makananmu ada kecoak!”Jenderal menjadi orang jail yang menakutkan.Sasaran utamanya berganti dari Bibi menjadi Ibu.Ibu mengeluh habis-habisan saat akhirnya punya waktu dengan Bibi. Akhir-akhir ini mereka jarang punya waktu bersama. Bibi sering misi. Kalau dia kembali, Ibu biasanya disibukkan pekerjaan. Ibu harus memasak, lalu saat luang, Ibu senang menjahit. Dia membuat baju.

    Last Updated : 2023-12-31
  • Selubung Memori   425. MEMORI PENDAR PUTIH #12

    Kuakui ada beberapa bagian yang kumengerti dari beberapa citra singkat—cukup jelas terlihat dari respons Ibu. Aku tidak tahu ini karena aku keturunan Ibu atau apa, tetapi tampaknya firasat tajam Ibu mengalir turun padaku. Kami mengerti tentang Bibi. Ibu sejak awal tidak pernah setuju Bibi mendekati Jenderal.Citra terus bergulir ke hari-hari berikutnya.Kabar pernikahan sudah tersebar. Semua penghuni menyambutnya dengan suka cita. Jenderal menjadi bulan-bulanan tim kombat—terutama Esgar. Sekarang Jenderal yang menjadi bahan kejailan tim kombat. Mereka berpesta merayakan itu di markas besar tim kombat. Tentu saja Bibi ikut. Dia tokoh utamanya dalam pesta itu. Namun, Ibu tidak ikut. Bibi sudah meminta Ibu ikut, tetapi Ibu menolak. Entah bagaimana Ibu merasa ditolak di markas tim kombat. Jadi, dengan berat hati, meski Bibi sebenarnya tidak terlalu ingin ikut dalam pesta—belakangan Bibi hanya ingin bersama Ibu—Bibi ikut dan tertawa bersama tim komba

    Last Updated : 2024-01-02
  • Selubung Memori   426. MEMORI PENDAR PUTIH #13

    Kini terjawab sudah mengapa kondisi Bibi terus menurun.Ibu menolak bicara pada semua orang. Kara, Ayah, atau siapa pun. Banyak yang mencoba mengajaknya bicara setelah dia menjadi satu-satunya orang yang tak ada di padang rumput ketika pengumuman itu, tetapi Ibu selalu menghindar cukup baik, terutama karena ketika tersenyum, Ibu bisa menghipnotis siapa pun. Ibu hanya bicara pada Bibi, dan itu untuk memberinya selamat. Tidak ada maksud lain. Tidak ada kata-kata lain, murni hanya itu. Ibu tersenyum, mengharapkan yang terbaik bagi dia dan calon anaknya, dan Bibi tersenyum membalasnya.“Kau tetap menemaniku, kan?” tanya Bibi.“Iya.” Ibu tidak punya jawaban bagus selain itu.Sejak saat itu, Bibi tak lagi tinggal di gerha Ibu. Bibi resmi tinggal di gubuk.Pada akhirnya, hari pernikahan tiba.Hari yang dinanti-nanti meski mereka dibombardir peperangan. Ibu hadir—tentu saja. Dia menepati janji dengan melihat Bibi yang s

    Last Updated : 2024-01-04
  • Selubung Memori   427. MEMORI PENDAR PUTIH #14

    Waktu berlalu cepat. Generasi penerus semakin berdatangan.Suatu hari, tiba-tiba putra Bibi mengeluarkan bakatnya. Dia bisa membuat kemampuan dalam jangkauannya menghilang. Dia melakukan itu tepat setelah Bibi berlatih dengan Jenderal. Bibi menghilangkan kemampuan dalam jangkauan luas, membuat Jenderal tidak berdaya, lalu dihabisi Bibi dengan pedang kayu. Tak lama setelah latihan tanding itu, putra mereka bisa melakukan hal yang sama.Itu membuat Jenderal senang bukan kepalang.Selama ini Jenderal jarang punya kesempatan dengan putranya. Bahkan dia jarang memiliki waktu bersama Padang Anushka. Itu membuatnya hanya memiliki waktu sedikit untuk keluarganya. Dia selalu menjaga posisi medan tempur, kadang juga berulang kali ke Lembah Palapa, mengurus sesuatu yang hanya bisa diketahui Jenderal. Bibi tidak masalah. Operasional Padang Anushka dipegang Bibi dan Kara. Di bawah ide-ide mereka—plus, Ibu—semakin banyak hal yang diubah di Padang Anushka, terutama

    Last Updated : 2024-01-06
  • Selubung Memori   428. MEMORI PENDAR PUTIH #15

    Ayah yang berhasil sadar langsung menjelaskan situasinya.Dia berangkat ke Lembah Palapa, mendapati Jenderal sudah tidak di sana. Bahkan sudah dua hari sejak Jenderal pergi lagi. Jenderal datang ketika malam, lalu pulang ketika siang. Jenderal bilang pada pasukan penjaga Lembah Palapa kalau hanya agar Helvin mengerti betapa mengerikannya alam liar.Namun, Jenderal belum kembali sejak dua hari. Ayah menganalisis semua dengan tenang, lalu meminta Lembah Palapa memberinya riwayat perpindahan titik mereka. Ayah bersama Esgar. Mereka menganalisis titik itu, mencoba mencari area sekitar. Esgar bilang, “Firasatku buruk.” Jadi, mereka menelusuri dengan gagasan sama: jangan beritahu Padang Anushka sampai mereka ditemukan.Dan inilah perbedaan pejuang lama dengan sekarang: mereka presisi. Ayah menganalisis semuanya, memperkirakan jalur pulang, kecepatan Jenderal—Ayah sudah berulang kali misi dengannya, jadi dia bisa mengerti. Mungkin akan berbeda karena

    Last Updated : 2024-01-08
  • Selubung Memori   429. MEMORI PENDAR PUTIH #16

    Bibi keluar ruang rawat, menggendong anak kecil di lengannya.Dokter Gelda terkejut karena Bibi keluar dengan begitu kasual, bahkan bisa melewati ruang tunggu dan Dokter Gelda. “Tunggu, Nadya.” Dia menghentikan langkahnya—berpikir kalau Bibi akan memberontak sekali lagi, lalu keluar mencari putranya, tetapi ternyata raut Bibi jauh lebih cerah dari yang dibayangkan Dokter Gelda. Bahkan seperti tidak ada bekas-bekas mengamuk.“Aku tidak apa-apa.” Bibi tersenyum. “Aku takkan keluar.”“Nadya,” gumam Dokter Gelda, prihatin.“Sudah ada misi pencarian?”“Sudah banyak yang dikerahkan. Jadi... kau tahu—”“Aku mengerti. Aku menunggu kabar. Kalau mencariku, Meri bersamaku. Forlan bersamaku. Cari saja di tempat dua orang ini.”“Kau... tidak mau lihat kondisinya?”“Biarkan dia istirahat,” pungkas Bibi, mengakhiri pembicara

    Last Updated : 2024-01-10
  • Selubung Memori   430. MEMORI PENDAR PUTIH #17

    Jenderal terus mencari Helvin.Nihil.Jenderal juga menyadari ada hal aneh dari penglihatannya. Dia mulai sedikit kehilangan orientasi. Seperti rabun, tetapi juga seperti gelap. Dia memeriksakan itu ke Dokter Gelda. Tentu saja Dokter Gelda sudah mencoba banyak cara. Mulai dari perawatan mata, obat mata, sampai apa pun, tetapi tidak terlihat ada perkembangan apa pun. Dokter Gelda mengira masalahnya ada di area yang tidak bisa dia jangkau, jadi dia memanggil kandidat persiapan yang kemampuannya dia banggakan.“Rhea, bisakah kau membuat selnya beregenerasi?” tanya Dokter Gelda.Anak perempuan itu melakukannya, mengalirkan energinya ke Jenderal. Itu berlangsung cukup singkat sampai Rhea berkata, “Aku sudah mencoba.”Namun, Jenderal bilang, “Masih gelap.”Dari sana, tampaknya Dokter Gelda memahami sesuatu. Dia meminta Rhea keluar, lalu memastikan tidak ada siapa-siapa di klinik selain mereka.“Deng

    Last Updated : 2024-01-12

Latest chapter

  • Selubung Memori   613. HUTAN BEKU #1

    Pencarian tetap dilanjutkan. Timnya tetap. Jadi, Lavi bertahan denganku di ruangan itu sampai setidaknya aku bisa bergerak lancar lagi. Semua orang percaya Lavi tidak akan membuatku melakukan hal aneh-aneh, dan kuakui itu benar. Hanya dengan melihat Lavi yang kacau saja, aku tahu tidak akan bisa aneh-aneh—meski hal yang kulakukan tadi tidak kurencanakan untuk berakhir seaneh itu.Aku hanya menyandarkan punggung di gundukan tanah, dan Lavi duduk di sisiku. Kurang lebih, kami hening beberapa saat.“Aku,” kata Lavi, “tahu kau takkan kenapa-kenapa.”“Ya,” kataku.“Tapi tadi... aku merasa bakal kehilanganmu. Aku takut.”“Ya.”“Jangan membuatku jantungan lagi. Aku tidak suka melihatnya.”“Ya,” kali ini aku berjanji.Tubuhku sudah lumayan ringan. Setidaknya, kembali seperti sebelum aku melakukan rangkaian pelepasan energi besar. Jadi, alih-alih L

  • Selubung Memori   612. GUA TEBING #9

    Reila berniat menyergahku dengan beragam pertanyaan—sudah kelihatan dari wajahnya, tetapi kubilang, “Lavi.”Aku hanya menyebut namanya, tetapi Lavi mengerti. Dia mendekat ke Reila yang membuat Reila heran, tetapi Lavi tidak menunggu tuntutan Reila karena sudah meminta Reila menjauh dan berkata, “Jangan terlalu banyak menuntut pada orang yang berusaha menggapai informasi. Aku bisa mengerti kau ingin bertemu ibumu, tapi sebagai tim dan sebagai orang yang dipercaya, aku harus menahanmu.”Reila semakin ingin menuntut, tetapi aura Lavi mendadak menajam.Kurang lebih itu dirasakan Profesor Merla dan Leo juga.“Lavi, jangan terlalu menekannya,” kataku.“Maaf,” kata Lavi.Aku mengulurkan lengan seperti berusaha menggapai sesuatu. Di depanku hanya ada dinding tanah, tetapi aku tetap di posisi itu dan mulai memejamkan mata. Kurasakan aliran energi di sekitar. Kurasakan aura Ibu. Kurasakan juga aura

  • Selubung Memori   611. GUA TEBING #8

    Tidak lama kemudian, Leo dan Jenderal muncul dari kegelapan gua.Aku sudah duduk bersama Reila di tumpukan batu. Begitu menyadari Leo dan Jenderal yang kembali, Reila langsung mengangkat kepala. Namun, mendapati ekspresi yang dibuat Leo, kami semua tahu jawabannya.“Tidak ada,” Leo tetap menjelaskan.“Tidak ada petunjuk juga?” tanya Nadir.“Kami belum sedetail itu mencarinya. Hanya memasuki ruangan terdekat. Bagian dalamnya benar-benar gelap. Tidak ada penerangan. Tapi udara masih ada. Kita masih bisa bernapas normal. Kemampuan Helvin tidak sepenuhnya hilang—dan... ya, masih ada kemungkinan Bibi Meri ada di bagian dalam. Bibi Meri mampu merasakan ujung lain gua. Mungkin dia berjalan menelusuri itu.”Aku tahu Leo bermaksud menenangkan kami dengan gagasan itu.Namun, aku juga tahu apa yang sudah kupikirkan. Kemungkinannya sangat kecil Ibu bisa menelusuri gua gelap yang bahkan belum pernah dia kunjungi&

  • Selubung Memori   610. GUA TEBING #7

    Pintu gua itu lebih mirip seperti cekungan tanah raksasa yang menjorok ke dalam. Bebatuan raksasa menutupi sebagian besar pintu masuk, jadi kesimpulan itu tepat: pintu gua ini tertutup. Dan sangat rapi seolah bukan dengan bebatuan, tetapi dengan tanah yang berbentuk sama seperti pola dinding tebing sekitarnya.Bagian dalamnya gelap. Sangat gelap. Aku seperti melihat kegelapan yang berniat menelanku. Pintu masuk gua hanya terbuka sebagian. Itu artinya, cahayanya juga sangat minim. Hanya bisa masuk sekitar setengah pintu masuk gua. Cahayanya hanya bisa mencapai beberapa meter dari mulut gua.Lavi sedang duduk di bagian dalam gua, tidak jauh dari bebatuan yang jatuh bersama Nadir. Jenderal dan Leo tidak ada batang hidungnya. Lavi melihat kami yang tiba di mulut gua, dan dia langsung berdiri, mengulurkan tangan padaku yang berdiri di mulut gua. Aku tidak bergerak, hanya menatap kegelapan di dalam gua. Lavi langsung memelukku.“Bersabarlah, jangan berpikir aneh

  • Selubung Memori   609. GUA TEBING #6

    [“Forlan, darurat. Turunlah saat kau sudah bisa lihat tebing.”]Aku sudah bisa melihat keberadaan tebing di kejauhan. Hanya saja, belum sempat aku bertanya mengapa Lavi meminta seperti itu, kurasakan Lavi memudar. Semakin sering kami terhubung, aku juga semakin mengerti seperti apa rasanya saat Lavi tak lagi memusatkan fokusnya untuk terhubung. Ketika kami terhubung, Lavi rasanya seperti melekat di kepalaku. Namun, saat komunikasi telah terputus, Lavi seperti meleleh. Aku tahu dia tidak akan menyahut.Tebing itu terlihat tidak terlalu tinggi hingga aku melihat bawah. Kusadari permukaan tanah sudah turun jauh. Tebing itu masih buram karena jarak, dan ketika sudah mulai terlihat wujudnya, suara Fin menggema di kepalaku.[“Aku tidak bisa lebih dekat lagi.”]Itu sudah membuatku terkejut. Jadi, tiba-tiba aku menghentikan gerakan—aku hanya melayang di udara. Falcon mendadak berhenti, yang juga ikut membuat P

  • Selubung Memori   608. GUA TEBING #5

    Semestinya kami meneruskan perjalanan, tetapi Profesor Merla menyebut gagasan bagus: “Lebih baik kita tunggu koordinat. Rasanya sia-sia kalau kita sudah berjalan jauh, tapi akhirnya juga akan lewat jalur udara.”“Kita setuju pakai jalur udara?” tanyaku.“Aku setuju,” kata Reila, langsung.“Itu lebih efisien,” kata Profesor Merla.“Baiklah, aku juga setuju,” kataku.Maka kami beristirahat melebihi waktu yang direncanakan. Wilayah sekitar kami tampaknya bukan pedalaman hutan. Pepohonan memang banyak, tetapi tidak terlalu seperti kedalaman hutan. Pohon-pohonnya cenderung lebih pendek dan tak terlalu lebat. Batangnya barangkali besar, tetapi jarak antar pohon lumayan lengang. Kurasa aku mengerti mengapa tim Lavi bisa sampai berpikir sedang mengitari area gunung. Wilayah ini memang tidak seperti jalur memasuki gunung.Kami duduk di bebatuan yang tertutup semak tinggi. Bebatuan besar juga

  • Selubung Memori   607. GUA TEBING #4

    Sekitar setengah jam kami berjalan, ketika kami menelusuri hutan belantara yang kiri kanannya hanya semak tinggi, Reila terbangun sepenuhnya.Dia bergumam di bahuku. “Kak?”Aku menoleh, melihat matanya terbuka. Profesor Merla juga melihat. Kami berjalan beriringan. Begitu Reila membuka mata, kami langsung tahu. Lagi-lagi di antara semua yang bisa Reila ucapkan sebagai kata-kata sambutan, dia memutuskan berkata hal menyedihkan, “Maaf. Aku pasti menghambat.”“Bicara apa kau ini?” balasku.“Karena aku tidur, Kakak berangkat belakangan.”“Kau bermimpi soal itu?”“...tidak.”“Berarti kau tidak tahu apa yang terjadi. Jangan menyimpulkan sendiri.”Dia terdiam. Profesor Merla tidak bicara. Aku masih menggendong Reila.Lalu setelah beberapa waktu, setelah Profesor Merla menghalau rerumputan tinggi yang menghalangi jalur kami—dan aku memberit

  • Selubung Memori   606. GUA TEBING #3

    Profesor Merla bilang aku juga perlu istirahat, jadi aku memejamkan mata sejenak—berharap tidak tertidur, dan ternyata aku tertidur. Aku yakin tidak tertidur. Kesadaranku masih tersisa ketika mataku terpejam. Apa yang kulihat hanya gelap, tetapi ketika aku membuka mata lagi, Profesor Merla bilang, “Cepat sekali tidurmu. Kupikir kau bakal tidur sampai jam sembilan.”“Apa?” Aku langsung bangkit. “Sekarang jam berapa?”“Hampir delapan.”Kesadaranku benar-benar langsung kembali. Entah bagaimana caranya aku sudah berbaring di pangkuan Profesor Merla di sisi kiri—dan aku mendapati Reila di sisi kanan. Profesor Merla tersenyum.“Tenang,” katanya. “Selama kau bisa tahu posisi Lavi, kita bisa menyusul dengan cara apa pun. Kita bisa lewat udara seperti kalian. Istirahatlah.”Itu memang benar. Aku mengendurkan kesiapanku lagi.Profesor Merla masih belum berhenti terseny

  • Selubung Memori   605. GUA TEBING #2

    Tim Lavi berangkat sekitar sepuluh menit sejak keputusan keluar. Mereka berangkat dengan empat orang: Jenderal, Nadir, Lavi, Leo. Mereka akan berjelajah sesuai ingatan Leo dan melaporkannya secara berkala ke kepalaku. Lavi kali ini tak kelihatan cemas atau dihantui ketakutan, dia hanya tersenyum seperti biasa, bahkan sempat berkata, “Jangan merindukanku. Jangan mencemaskanku.”“Tutup mulutmu, beri aku jimat,” kataku.“Tidak mau. Kalau terlalu sering nanti tidak istimewa lagi.”Aku cemberut. Dia tertawa. Lalu dengan gerakan tak terduga, dia mendekat dan mengecupku. Kejadian itu berlalu sangat cepat sampai aku hanya bisa bereaksi dengan mengangkat alis. Dan dia tidak berniat menegaskannya lagi karena sudah bangkit dan melambaikan tangan. “Dadah, Kuda Putih.”Lavi melakukan hal sama—menoleh ke belakang dan melambaikan tangan hingga lenyap ditelan barisan pohon. Bedanya, kini dia tersenyum lebar.Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status