Beranda / Fantasi / Selubung Memori / 333. BERLIAN MENTAH #5

Share

333. BERLIAN MENTAH #5

last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-02 13:00:03

Badai berlangsung tidak lebih dari setengah jam.

Reila hampir menutupi seluruh tubuhku, jadi bagian tubuhku hanya sedikit basah. Masalah utamanya: Dalton hangus dan basah. Si kacung juga basah. Hujan menerpa kantung tidur yang menyelimutinya, dan dia bersin.

Dalton terbangun ketika badai mulai reda.

Kabar baiknya: dia tidak terlalu terluka. Ternyata Dalton sudah melapisi diri dengan kemampuan medan magnetnya—dengan asumsi sandera yang terikat bisa menyerangnya. Persiapannya cukup matang, tidak hanya sekadar mengancam, jadi dia hanya pingsan karena efek ledakan sangat dekat. Permukaan tanah yang tiba-tiba turun juga menyelamatkannya dari efek langsung jarak dekat—terutama ketika aku juga membantunya sedikit terlontar ke udara dengan tanah.

Reila langsung membantu Dalton meneguk empon-empon. Kurang lebih, Dalton segera pulih tanpa jeda. Dia memang tidak terlalu terluka. Hanya syok.

Aku juga sudah menghabiskan semua pisang—sebagai ga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Selubung Memori   334. BERLIAN MENTAH #6

    Akhirnya, Berlin menjelaskan semua alat yang kami rampas.Reila memang bilang padaku kalau Berlin tidak menjelaskan fungsi semua alat yang mereka tanyakan ketika di pos sebelumnya. Kali ini, dia benar-benar bisa menjelaskan semuanya—isi satu ransel kami.“Kau keberatan kami tetap mengikatmu?” tanyaku, sebelum bertanya.“Tidak.”“Bagus. Kami tidak punya pilihan lain.”Penjelasan dimulai, dan penjelasan awalnya saja sebenarnya sudah cukup mencengangkan. Dia bilang tentang kondisi kematian.“Setiap orang juga harus menyimpan pil di balik gusinya. Pil dosis tinggi. Aku pernah lihat rekanku tewas terpaksa menenggak pil itu. Dia langsung kejang-kejang, sangat lama, benar-benar menyiksa, lalu berbusa—”“Cukup,” aku menghentikannya. “Kau punya pil itu?”“Ada di barang yang kalian rampas.”“Maksudku, di gusimu.”&ldq

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • Selubung Memori   335. BERLIAN MENTAH #7

    Kami menempuh tiga jam perjalanan sampai bertemu Jenderal dan Nadir.Tentunya setelah melewati beragam medan terjal—yang kurang lebih tanpa istirahat. Maksudku, kami sempat beristirahat beberapa kali, tetapi tak terlalu lama. Hanya untuk menarik napas. Sebagian perjalanan juga kami tempuh dengan lari—meski yang sering terjadi adalah Dalton di belakang bersama Berlin, sementara aku lebih dulu dengan Reila. Aku tidak ingin terlalu peduli dengan sandera kami—sejak ledakan itu terjadi dan kami kehilangan tiga orang, itu sudah tanda kegagalan kami dalam misi ini. Berlin hanya kacung. Baru kusadari dia tidak membawa informasi sepenting tiga orang lain yang jelas lebih berpengalaman dalam tugasnya.Bukan maksudku meremehkan Berlin—barangkali ada yang perlu diambil dari pengetahuan Berlin, tetapi fokus utamaku sekarang bukan membawanya agar bisa diinterogasi Padang Anushka. Berlin bilang komunikasi akan terputus apabila bos regu inti mereka sudah menget

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • Selubung Memori   336. PUTRI TIDUR #1

    Titik Padang Anushka ada di ujung hutan.Aku tidak yakin menyebut tempat ini ujung hutan karena pada dasarnya ada hutan setelah hutan. Hanya saja, nuansa hutannya sedikit lebih berbeda karena area sudah keluar dari perbukitan. Hanya ada tanah rata dan pepohonan liar yang mulai semakin raksasa. Alam liar dipenuhi pohon raksasa—barangkali dua kali lipat lebih besar dari pohon-pohon Padang Anushka. Suasananya juga hening. Bila memang terdengar suara, biasanya itu dari hewan liar, dan itu sinyal terbaik bagi kami untuk mengangkat senjata. Coba saja tidak memegang senjata setelah mendengar suara-suara aneh—kau pasti mati dalam hitungan detik.Jadi, titik Padang Anushka yang ini barangkali ada di kaki bukit. Tak terlalu banyak pohon di sekitar kami. Hanya ada beberapa pohon. Kesannya tidak terlalu mencekam, dan karena kami tiba saat tengah hari, suasananya hanya normal.Sudah hampir satu jam kami menunggu.Hingga akhirnya tanda-tanda kemunculan Pada

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • Selubung Memori   337. PUTRI TIDUR #2

    Hal berbeda di misi kali ini, adalah kami—aku dan Reila—tidak berakhir di klinik. Kami berakhir di gerhaku dengan pengawasan penuh Isha dan Tara.Maksud pengawasan penuh di sini, adalah Isha dan Tara berjaga di gerhaku. Kabar baiknya, yang mereka awasi bukan aku. Aku lolos dari pemeriksaan, tak ada masalah apa pun. Yang harus kulakukan hanya istirahat hingga malam tiba. Rapat Dewan dimulai nanti malam dengan topik utama laporan misi. Intinya, aku bukan objek pengawasan Isha dan Tara. Yang mereka awasi, tidak lain tidak bukan adalah Reila. Alasannya hanya satu: aku membocorkan kalau Reila sempat panas dingin di alam liar. Tentu Reila langsung berang, melotot seolah punya niat membunuhku dengan setumpuk cabai di makan malam, tetapi dia tidak protes ketika Isha mulai memeriksa dan menanyainya macam-macam.Kabar buruknya, aku tidak bisa keluar kamar. Terlalu banyak cewek. Lavi juga di ruang tengah setelah menyelesaikan urusannya dengan kandidat baru. Isha dan L

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Selubung Memori   338. PUTRI TIDUR #3

    Sebenarnya aku ingin tahu soal kandidat baru terlebih dahulu, tetapi kalau dipikir-pikir harusnya bahasan itu sudah dilakukan saat mereka tiba.Aku tidak terlalu basa-basi, jadi langsung kulaporkan semua yang terjadi di pos hutan—bagaimana kami sampai di sana, perhitungan waktu ketika kami tiba dan menetap di sana, sampai komunikasiku dengan Lavi, setidaknya laporanku bisa diterima dengan baik saat aku mulai menginjak soal gubuk hutan.“Tunggu,” sela Jesse. “Boleh aku tanya sesuatu?”“Ya.”“Apa kau tahu kalau titik Padang Anushka bakal berubah lebih cepat?”“Tidak.” Aku menggeleng. “Kau tahu, Jesse, medannya sangat terjal. Dan hujan turun, tidak terlalu deras, tapi mempengaruhi medan. Aku yakin tidak semua kandidat baru sudah terbiasa dengan alam liar. Kalau mau mengandalkan kecepatan mereka, pasti butuh lebih dari dua jam hanya untuk sampai.”“Tapi kau meman

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Selubung Memori   339. PUTRI TIDUR #4

    Aku mengucapkannya sangat jelas: “Itu jantung monster.”Rapat Dewan hening seketika.Semua orang menatapku. Jesse—jarinya sedang memegang penutup kaca, tiba-tiba ragu. Dia mengangkat jarinya, lalu mulai bertanya lagi. “Apa katamu?”“Jantung monster.”Dalam sekejap, Rapat Dewan berhamburan. Semua kapten dan wakil kapten langsung beranjak dari kursi, mundur beberapa langkah dari tempat awal—Jesse bahkan sampai melompat mundur, menabrak meja Kara. Nuel menjerit, langsung bersembunyi di bawah meja. Haswin dan Yasha melompat mundur bersamaan, dan Haswin menggumamkan kata-kata dengan cepat. “Oke, oke. Sepertinya kali ini ahli roh kita lumayan sinting. Dia bawa jantung monster seperti artefak.” Yasha juga bilang, “Dia penyihir kelewat sinting.”Aslan mundur, mengambil posisi yang tepat: di belakang Mister yang tetap duduk. Dhiena dan Mika bangkit, mundur dengan elegan. Dhiena bahkan l

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Selubung Memori   340. PUTRI TIDUR #5

    Profesor Merla memintaku mengajak Reila.Di gerhaku, mereka bertiga ternyata masih terjaga meskipun malam cukup larut. Jarang melihat Reila mengobrol dengan Moli, tetapi ternyata mereka lumayan akrab. Reila juga sudah seribu kali lebih segar dari sebelumnya. Dia mendapatiku membuka kulkas, bertanya, “Kenapa tidak membangunkanku?”“Tanya ke Moli,” kataku, mengambil sisa jus.“Bagaimana Rapat Dewan?”“Ikut sekarang. Disuruh Bibi Merla.”“Bibi? Ke mana? Rapat Dewan?”“Layla.”Hanya sekejap, tetapi aku merasa ekspresi Moli sedikit berubah. Dia cepat menutupi perubahan ekspresi itu, sehingga aku tidak sempat mengungkit.“Fal mau ikut,” kata Fal.“Tidur,” kataku.“Tidak mau,” balasnya, langsung.“Fal belum ketemu Layla?” tanya Reila.“Kemarin ketemu.”“Sekarang ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16
  • Selubung Memori   341. PUTRI TIDUR #6

    Ruang karantina bawah tanah itu tidak terkesan seperti di bawah tanah.Nuansanya justru seperti di puncak gunung, yang punya tingkat kesegaran udara paling tinggi dibanding dataran lain. Ruangannya tidak memiliki jendela satu pun, tetapi angin terasa berhembus semilir. Sebenarnya setelah menemukan dunia di bawah Joglo yang ajaib itu, tidak akan ada lagi tempat yang bisa mengejutkanku. Namun, mengingat ruang karantina masih bagian dari Padang Anushka, dan secara teknis, terhubung dengan gedung klinik yang baru, itu cukup membuatku tertegun.Sayangnya, itu bukan waktu yang tepat untuk mengagumi ruangan.Reila, yang menemukan Layla terbaring tak sadarkan diri, langsung bangkit, bahkan tanpa sadar menghampirinya. Dia seperti trans, hingga tiba-tiba sudah mulai menggamit jemari Layla.Fal juga melompat dari pangkuanku, pindah ke kursi di sebelah ranjang.Di ruangan hanya ada kami, Profesor Merla, Dokter Gelda. Tidak ada lagi yang lain. Hanya mereka yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18

Bab terbaru

  • Selubung Memori   595. UJUNG TALI #1

    Lavi tidak ingin tertidur sampai jam keberangkatan karena ingin bisa tidur saat di alam liar, jadi dia tetap terjaga—dan aku juga tetap terjaga. Di Rumah Pohon kami saling menenangkan pada apa yang akan terjadi beberapa waktu ke depan.Di satu jam sebelum keberangkatan, kami makan malam di dapur yang jujur saja sudah mirip seperti kamp pelatihan. Dalton memberitahu kami jika punggawa misi akan makan bersama di dapur. Kupikirkan kami hanya seperti di jadwal makan biasa. Duduk tersebar dan menyantap makanan masing-masing. Ternyata tidak. Di dapur sudah ada meja khusus bagi punggawa misi—meja yang membentang lurus dengan banyak makanan tersedia. Itu membuatku melongo dan hampir semua orang sudah di sana. Haswin sampai menuntut saat kami datang.“Cepat duduk! Kami menunggu kalian!”Aku tidak percaya apa yang kulihat. Tempat dudukku di sebelah Lavi dan Dalton. Di depanku ada Leo dan Reila. Leo berkata, “Padang Anushka sekarang ini benar-

  • Selubung Memori   594. BENANG BUNGA #8

    Lavi meneguk cokelatnya sampai habis sebelum mulai melanjutkan.“Sejak dulu aku tidak bermaksud dekat dengan siapa pun,” katanya. “Aku... suka menyendiri. Kata orang, aku selalu dekat dengan si kapten baru ini, tapi—apa yang mereka tahu? Aku lebih sering menyendiri—dulu belum ada gerha, Tempat favoritku menyendiri hanya Joglo atau ladang bunga. Dulu aku sering ikut Dhiena dan Mika merawat ladang bunga. Tapi semakin aku dikabarkan dekat dengan si kapten, Dhiena dan Mika juga terkesan menjauhiku seolah itu cara mereka berkata tidak suka aku dekat dengan tim penyerang. Aku semakin sendiri, dan di titik itulah aku sadar betapa aku mulai benci diriku sendiri. Aku benci menyendiri. Aku benci merasakan sepi. Tapi aku tidak bisa pergi dari sepi. Dan orang ini—si kapten ini hanya ingin dipuaskan tanpa memikirkanku. Dan di waktu sama aku mendengar dia memakai namaku untuk membanggakan dirinya—seolah dia berhasil mendapatkan diriku yang jatuh pa

  • Selubung Memori   593. BENANG BUNGA #7

    Aku bersumpah pada Lavi tidak akan bersedih lagi sampai selesai misi. Itu membuat Lavi tersenyum lebar. “Kalau begitu, sekarang kau yang temani aku.”Lavi ingin menghabiskan waktu di Rumah Pohon hingga jam misi tiba. Saat itu kurang dari enam jam lagi hingga kami berangkat misi. Jadi, Lavi beranjak ke Rumah Pohon saat aku membuat cokelat hangat di dapur. Dalton tidak ingin berada di markas. Dia ingin duduk di danau. Aku tidak ingin mengganggunya. Sepertinya dia ingin menenangkan pikiran. Kupikir Elton ikut dengannya, ternyata Elton ingin mempersiapkan perlengkapannya. Maka kami berpisah.Dua cangkir cokelat hangat siap, aku naik ke Rumah Pohon. Rumah Pohon ketika Lavi berada di dalam sungguh bisa terasa berbeda hanya dari aromanya. Lavi membuat semuanya terasa lebih hidup. Kehadirannya lebih besar dari sekadar apa pun. Ketika kehadirannya terasa sangat kuat seperti ini, biasanya Lavi sedang duduk di depan pintu beranda Rumah Pohon—di tempat favoritku&

  • Selubung Memori   592. BENANG BUNGA #6

    Jesse dan Nuel membubarkan diri lebih dulu. Lavi menatap tajam Jesse bak singa marah menatap musuh yang bahkan tidak menoleh padanya sampai Jesse dan Nuel keluar ruangan. Aku membiarkan Lavi menatap seperti itu karena aku juga lumayan takut kalau dia sudah mendesis semakin kesal.Dokter Gelda meminta Leo kembali ke klinik, yang kusadari kalau Leo juga belum benar-benar dapat restu—tetapi Leo meminta sedikit waktu untuk menetap di markas ini lebih lama. “Sumpah, Ibu. Mika bakal menyeretku, jadi tunggu aku di klinik. Percayalah padaku dan Mika.” Dan dengan gagasan itu, Dokter Gelda dan Isha kembali lebih dulu ke klinik. Isha berkata padaku dan Lavi. “Nanti kuletakkan perlengkapan misi kalian di depan.” Lavi hanya mengangguk. Aku juga.Kara tampaknya berniat menghampiri kami, tetapi tiba-tiba Hela datang ke tempatnya, meminta saran soal misi. Itu membuat Kara akhirnya mau tak mau ikut keluar ruangan. Biasanya Hela bertanya pada Profesor Merla

  • Selubung Memori   591. BENANG BUNGA #5

    Secara teknis, aku duduk di samping Lavi—yang juga di dekat Dalton. Dia yang paling dekat di antara semua orang. Leo bersama empat pendahulu berada di area yang sama. Mika setia duduk di sampingnya ketika Haswin dan Yasha mencuri perhatian sebagian orang karena terus berpindah tempat duduk—entah apa tujuan mereka. Dokter Gelda dan Isha selalu satu paket, berada di dekat Kara yang duduk di dekat Jesse dan Nuel. Mereka ada di dekat papan, dan kami duduk menghadap ke arah Jesse. Aku dan Lavi yang paling dekat pintu keluar, sementara Dokter Gelda dan Isha paling dekat dengan pekarangan belakang. Aslan berada di tempat cukup belakang bersama Elton dan Reila. Mereka ada di dekat kursi paling nyaman—yang diduduki oleh Reila dan Elton. Aslan setia memerhatikan, duduk di dekat mereka.Hela ada di dekat Dalton. Dia duduk di antara Lavi dan Dalton, jadi Dalton yang bertanya padanya, “Kau oke? Kau bisa mengikuti, kan?”“Eh, iya, bisa,” jaw

  • Selubung Memori   590. BENANG BUNGA #4

    Ruang berkumpul markas tim penyerang pada dasarnya didesain untuk rapat tim dan apa pun yang melibatkan semua anggota. Ide kasarnya datang dari Dalton, lalu disempurnakan Lavi. Namun, dibilang model dibuat Dalton sebenarnya juga tidak. Hampir semua model milik Dalton diperbaiki Lavi. Ide ruang berkumpul ini datang dari Dalton, tetapi dirombak habis-habisan oleh Lavi. Ide ruang depan juga datang dari Dalton—dia memikirkan ruangan itu menjadi sejenis gudang senjata, tetapi oleh Lavi dirombak habis-habisan menjadi ruangan yang memamerkan tim penyerang—foto tim, dan loker anggota untuk persiapan perlengkapan misi. Loker itu biasanya diisi langsung oleh tim medis—biasanya mereka secara rutin memberi perlengkapan misi ke loker itu, jadi kami tidak perlu repot-repot ke tim medis untuk mengambil perlengkapan yang sebenarnya juga hanya perlu melangkah ke gedung sebelah. Namun, itu ide Isha karena sekarang tidak ada jaminan tim medis selalu di klinik. Mereka selalu berpencar

  • Selubung Memori   589. BENANG BUNGA #3

    Lavi perlu memastikan keadaan lenganku yang cedera sebelum kami benar-benar berangkat misi. Jadi, mumpung tak ada siapa-siapa di gerha selain kami, Lavi membiarkanku panahan. Sebenarnya aku sudah yakin lenganku baik-baik saja. Tak ada lagi keluhan yang kurasakan. Aku juga sudah berhenti mengonsumsi obat dari Dokter Gelda—aku hanya terus menyantap madu Tara. Sungguh, madu Tara terasa beda dari yang lain. Lavi bahkan mengakuinya. Lebih enak dan membekas.Jadi, aku memanah. Lavi mengamatiku.Kurang lebih, dia puas. Dari lima puluh lima percobaan, tiga panah meleset dari titik pusat target. Aku kurang puas, tetapi Lavi memuji. “Impresif. Lenganmu pulih! Aku senang sekali!” Dia memelukku. “Angkat aku.”Aku mengangkatnya dengan lengan kiri seperti menggendong Fal, dan Lavi menjerit penuh tawa. Kuputuskan berputar-putar dan Lavi semakin brutal tertawa, tangannya melilit leherku terlalu kuat, jadi kami sama-sama menjerit meski dengan maksud

  • Selubung Memori   588. BENANG BUNGA #2

    Aku terbangun ketika mendengar suara pintu dibuka. Mataku segera terbuka dan melihat sumber suara. Lavi berjalan membawa cangkir.“Oh, maaf, aku tidak bermaksud membangunkan,” katanya.Mataku silau—bukan karena Lavi, tetapi karena dari jendela kamar, cahaya seperti menerobos dari celah tirai. Di luar sudah sangat cerah. Aku tidak memasang jam di kamarku. Aku tidak terlalu tahu waktu. Lavi meletakkan cangkir minum, lalu duduk di sisi ranjang. “Istirahatlah selama kau bisa istirahat,” katanya.Aku menggeleng. “Jam berapa sekarang?”“Sebelas.”“Berapa lama aku tidur? Hari apa sekarang?”“Hampir sembilan jam,” jawabnya, lancar. “Jam tidur normal, sebenarnya. Aku membawakan minum. Hangat. Minumlah.” Dia menyodorkan cangkir itu. Aku bangun, meneguknya. Hanya air mineral biasa.“Aku... seperti terdisorientasi,” ungkapku, setelah meletakkan c

  • Selubung Memori   587. BENANG BUNGA #1

    Saat itu siang bolong. Cuacanya lumayan panas, suara jangkrik terdengar di tengah hari, angin jarang berembus, tetapi itu tidak menghentikan anak kecil berlari penuh semangat, sangat kencang dengan wajah gembira. Dia keluar Balai Dewan—yang saat itu masih disebut asrama—berlari melewati jalur penghubung, terus lari meski ada orang yang menyapanya, di tangannya ada buku tulis dan dia melaju kian kencang setelah memasuki kompleks gerha. Dia berbelok dengan kecepatan tinggi ke gerha pertama di sebelah kanan, membuka pintu, dan menjerit, “IBU! IBU!”Dia masih berlari sampai menemukan Ibu di ruang tengah.Cuaca panas di luar semestinya juga membuat ruangan itu panas. Namun, itu tidak terjadi. Ruangan tengah gerha Ibu justru sangat sejuk. Ibu membuka pintu belakang, membuat pemandangan langsung terbuka. Ibu menanam banyak tanaman dan bunga di halaman belakangnya. Halamannya juga berdekatan dengan pohon di pinggir air terjun. Itu membuat angin segar da

DMCA.com Protection Status