Share

106. ANCAMAN #3

Tiba-tiba aku sudah berhadapan dengan Aaron lagi. Dia jelas-jelas berdiri di depan mataku, menutup seluruh area pandangku, dan tiba-tiba keringatku sudah mengalir di pipi. Gejolak panas membara di benakku. Aku segera mundur.

“Apa itu?” tuntutku, berhasil bicara.

“Keistimewaan darah murni.”

Mana mungkin aku tidak menggeleng. “Keistimewaan?”

“Belum pernah ada lagi darah murni sejak sepuluh tahun lalu. Belum pernah ada sampai kau tiba di sini. Tidak ada yang menyangka darah murni pertama sejak perang terakhir itu kau.”

Nadanya terdengar kecewa, jadi aku lumayan tersinggung. “Maksudmu?”

“Ada gagasan darah murni pertama yang datang setelah perang terakhir bisa merusak alur perang.”

“Siapa yang bilang begitu? Ratu Arwah?”

“Erick.”

Aku langsung memutar bola mata. “Dia bukan siapa-siapa.”

“Tidak ada yang tahu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status