Share

112. MARKAS #4

Kami berakhir di pekarangan bekas markas tim penyerang, masing-masing duduk di batu besar, menghadap satu sama lain, di bawah terik mentari hangat.

“Kau lihat jalan setapak itu?” Dalton menunjuk jalur tertutup di dekat pagar. “Itu dulu jalur kuda. Terhubung ke pekarangan tim stok. Bisa juga ke markas tim bertahan. Jaraknya lumayan, jadi kau harus pakai kuda.”

“Dulu semua orang pakai kuda ke sini?” tanyaku.

“Yah, mana mungkin, kan, kita lewat jalur tadi. Sejujurnya anggota baru tim penyerang selalu diajak lewat jalur itu saat pertama kemari. Anggap saja semacam ritual jaman dulu. Kau, kan, belum pernah.”

Aku hanya mengangguk-angguk. Apa pun, terserah.

“Dulu,” sebutnya lagi, jauh lebih mengenang. “Waktu pertama kali kemari, Kapten menangis karena jalur itu.”

“Lavi?” Aku kaget. “Menangis?”

Entah bagaimana Dalton mengerutkan kening. “Dia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status