Share

Kau Kejam, Li

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Usai mendengar kabar Adam bersedia menikah dengan Elena, dan tentunya sesuai kesepakatan. Maka Elena juga Lily menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan.

Mulai dari dekorasi sederhana, memesan gaun pernikahan, menyebar undangan dan masih banyak lagi.

Selama itu, anak mereka Lily titipkan lebih dulu kepada orang tua Lily.

Lily tidak memberitahu apa yang tengah ia perbuat sampai tidak punya waktu mengurus anaknya. Orang tua Lily pun tidak banyak bertanya-tanya meski dalam hati terkumpul seribu pertanyaan.

Memasuki hari kedua setelah Adam setuju. Lily sengaja mempertemukan Adam juga Elena di sebuah tempat makan, yang tidak jauh dari kantor Elena berdiri.

Sekarang, keduanya tengah duduk berhadap-hadapan. Dan lima menit sudah berlalu. Keduanya belum juga membuka mulut, mengobrol.

Tak berselang lama. Seorang pelayan restoran datang membawa hidangan pesanan Elena bermodalkan baki keramik.

"Silahkan dinikmati," ujar pelayan dibarengi senyum teramah.

"Terima kasih," balas Elena, mengantar si pelayan melenggang pergi. Membiarkan mereka hanya berdua, tiada yang lain.

Adam melirik sekilas cangkir minuman, yang Elena sodorkan ke arahnya. Adam paham apa isi cangkir tersebut.

"Aku tau, kau masih suka kopi ini," kata Elena tetap tersenyum kendati ekspresi Adam layak disebut pemakaman.

Biar Elena tidak menjalani kehidupan sehari-hari dengan Adam, tetapi ia tau betul apa saja yang disukai dan tidak disukai Adam.

Hal itu ia dapat semasa SMA dulu. Dimana Elena berusaha mendekati Adam, dan mencari tau segala sesuatu yang berkaitan dengan Adam.

"Setiap kau datang ke kantin, kau selalu memesan minuman yang sejenis seperti rasa ini. Jika tidak ada, kau akan menggantikannya dengan air bening. Begitu, bukan?"

Elena mencoba mengajak Adam berbincang. Berharap Adam mau membuka mulut meski sebatas jawaban 'iya'.

"Hem, ketika kelas Pramuka mengadakan kemah juga kau pasti membawa stok kopi dengan rasa serupa. Acap kali kau meminumnya, kau sangat menikmati," lanjut Elena, menunjukan betapa taunya ia tentang Adam semasa SMA dahulu.

Adam belum juga merespon. Pria itu tetap merunduk. Seakan-akan sibuk menghitung banyaknya marmer, yang melapisi lantai.

Tidak tau harus memulai perbincangan apa lagi. Elena memilih diam. Ia menikmati kudapan, yang mengepulkan asap di hadapannya.

Selagi hangat, ingin segera ia ringkus.

Tatkala Elena menikmati hidangannya. Perlahan Adam mengangkat wajah. Ditatapnya sekilas wajah Elena. Adam menelan ludah.

"Kau masih sama," ucap Adam tiba-tiba.

Spontan, Elena berhenti mengunyah. Sendok dan garpu masih ia pegang. Bola matanya lurus menatap Adam.

"Kau masih cantik seperti dahulu, dan perasaan ku padamu pun masih sama."

Elena menunduk terkekeh kecil. Ia paham maksud perkataan Adam. "Tapi demi mereka, kau mau melakukannya, bukan?"

Helaan nafas keluar dari mulut Adam. Terdengar berat seperti membuang beban bertindih-tindih.

"Maaf, mungkin hubungan kita nantinya hanya sebatas hitam diatas putih."

"Tidak masalah. Asal kau menjadi milikku. Aku yakin, suatu hari kau akan berpaling padaku, Dam."

Ucapan Elena terlalu percaya diri. Adam menyeringai pongah.

"Sekali lagi ingin ku katakan. Senyum mu juga masih sama. Selalu memiliki candu," tambah Elena.

Adam tak peduli. Ia menyeruput sedikit kopi espresso kesukaannya sembari melihat ke arah lain, yang jelas menghindari tatapan Elena secara langsung.

**

Hari demi hari berjalan cepat. Tak terasa satu bulan sudah terlewatkan.

Dan akhirnya hari, yang Elena juga Lily tunggu tiba sudah. Dimana hari itu Lily menjadi tatapan tajam oleh kedua orang tua kandungnya lantaran berani menyembunyikan rahasia besar, dan baru memberitahu satu hari sebelum acara.

Mulanya mereka tidak setuju karena mungkin suatu hari akan berakibat fatal untuk Lily, akan tetapi Lily tak mau mendengarkan. Tujuan Lily sudah didepan mata. Mustahil baginya untuk mundur.

Selain orang tua Lily. Masih ada beberapa pihak yang kurang setuju. Salah satunya kakak kandung Elena.

Dari kali pertama Elena menceritakan niat hatinya. Kakak kandung Elena paling menentang. Elena sampai dikatai bodoh, dan wanita rendahan tapi Elena tak peduli. Hatinya terlanjur mencintai Adam. Sampai detik ini Elena masih melajang dikarenakan ia tak bisa menghilangkan Adam dari jiwanya.

Oleh sebab itu, Elena memilih jalan ini. Anggap saja perkara ini adalah jalan terbaik.

Bukan hanya para keluarga saja yang menentang melainkan teman-teman Elena dan Lily. Untungnya mereka tidak diberitahu alasan dibalik Lily menyetujui pernikahan tersebut. Atau jika mereka tau, nama baik Elena akan ternoda.

**

Acara demi acara berjalan lancar. Sah sudah, Elena menjadi istri kedua Adam sekaligus menjadi madu Lily.

Selepas pernikahan. Mereka bertiga menandatangani kontrak perjanjian sesuai permintaan semula.

Sebagai tambahan, Adam harus tetap tinggal bersama Lily yang artinya Elena pun akan bergabung.

Mulai hari itu, kehidupan Lily, Adam beserta anaknya berubah 360 derajat. Mereka tidak lagi tinggal di rumah kontrakan, yang nyaris disebut kolam ikan manakala hujan tiba.

Mereka diboyong ke rumah utama Elena, yang sekarang sudah menjadi milik Lily.

"Wah, rumahnya besar sekali, Mah," degup anak Lily dan Adam bernama Vino.

"Iya, dong, sayang. Sekarang ini adalah rumah kita. Kita tidak akan tinggal lagi di rumah kumuh itu," balas Lily tak berhenti tersenyum lebar.

Ya, wanita itu terus tersenyum sumringah sedari selesainya pernikahan Adam dan Elena sampai detik ini. Bisa dikata gigi Lily hampir kering.

"Vino, ayo mamah tunjukan kamar untuk kamu," ajak Elena, tetapi Vino menolak.

Bocah seusia dirinya mana mau diajak sembarang orang. Apalagi mereka belum kenal lama.

"Vino, kau ikut mama Elena dulu," minta Lily. Dan respon Vino tak berubah.

Bocah laki-laki itu malahan sembunyi di balik ketiak ibunya. Ia takut melihat wajah Elena.

"Maklum, yah, namanya juga anak kecil," ucap Lily diselingi tawa renyah.

"Iya. Aku tau."

Beruntung, Elena tipikal wanita penyabar. Ia tidak memaksakan diri untuk segera dekat dengan Vino meskipun ia sangat ingin dekat bocah tersebut.

Selain mereka bertiga. Ada juga Adam, yang tengah duduk di sofa seraya memijat kening.

Jujur, kepala Adam berasa dihantam ribuan palu oleh orang satu kecamatan. Ia benar-benar pusing.

Hal itu dilihat oleh Lily dan Elena. Dengan santai Lily memerintah. "Elena, tolong kau urusi Mas Adam. Aku ingin menghitung ini." Lily menenteng sebuah koper berisi uang perusahaan Elena, yang telah ia serahkan.

"Li, aku ingin wedang jahe," minta Adam.

Lily hanya menoleh. "Oh, minta dibuatkan Elena. Aku sibuk," jawabnya berlalu menaiki anak tangga menuju kamar.

"Li!"

Lily tak menggubris. Ia sudah tak sabar menghitung berapa uang dalam koper tersebut.

"Sini mas aku pijat," kata Elena hendak memegang kepala Adam. Namun, dengan gesit Adam tepis.

"Tidak perlu." Pria itu sedikit menjauh dari posisi Elena duduk. "Kau ke kamar saja!"

"Ah, aku buatin wedang jahe, yah?"

"Tidak perlu. Aku akan buat sendiri," tolak Adam, bergegas bangun tapi jatuh terduduk lagi.

"Mas!" Elena terlihat panik. Nada suaranya memekik. Seharusnya Lily mendengar, dan ia datang menghampiri tapi tidak.

Di ujung anak tangga sana. Lily menoleh sekilas kemudian lanjut berjalan tanpa ada rasa simpati secuil pun.

"Sebentar, aku buatkan."

Related chapters

  • Selling My Husband   Aku Istrimu

    Biarpun Elena lahir dari keluarga berkecukupan juga selalu dilayani para pelayan, tetapi bukan berarti Elena si anak manja yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah atau hanya bisa masak air.Hidup mandiri sedari ia lulus SMA memaksa Elena melakukan segala hal seorang diri. Ia belajar memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika dan pekerjaan ibu rumah tangga lain.Bahkan ketika sakit, Elena terbiasa membuat obat sendiri. Misal wedang jahe yang sekarang sedang ia buat.Trik itu diajarkan nenek Elena sewaktu neneknya yang dari kota keraton tinggal di rumah.

  • Selling My Husband   Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

    CeklekkkSpontan Elena terenyak. Ia bersicepat duduk dari tidurannya. Dan meraih selimut guna menutupi punggungnya yang terbuka, karena saat ini ia hanya menggunakan gaun tipis tanpa lengan.Pintu dibuka kasar. Lily mendorong Adam masuk meski gelagat Adam sudah persis seperti tahanan, yang menolak keras masuk bui.Lily sama sekali tak peduli. Malam ini adalah malam pertama Adam. Dan hal itu tidak bisa diganggu gugat."Li." Adam merengek.Lily acuh tak acuh. Ia tutup pintunya dari luar. Bahkan ia juga mengunci pintu itu supaya Adam tidak bisa kabur.Setelah itu Lily kembali ke kamar. Menghabiskan malam, berteman setumpuk uang dan kekayaan tiada habis tujuh turunan. Sedang Adam tetap mematung seorang diri di depan pintu.Elena menatap Adam sepintas. Sebuah duka terlukis jelas di wajah pria itu. Elena tau betul, Adam menahan sakit sekaligus

  • Selling My Husband   Perubahan Kehidupan

    Tiba-tiba tangisan Vino memecah kesunyian nan kehampaan rumah besar itu.Huaaa …Elena panik bukan main. Sembari membawa minyak telon dan baju ia berlari-lari meninggalkan kamar. Begitu juga dengan Lily dan Adam yang saling tatap tapi kemudian Lily tak peduli sementara Adam ikut berlari keluar.Adam baru saja akan menuruni anak tangga, tetapi langkahnya dibuat terhenti kala ia melihat Elena yang acak adul setengah berdiri di hadapan Vino.Perempuan itu mengusap-usap pipi Vino, menciumi punggung tangannya dan berulang kali mengatakan maaf."Maafkan ibu, yah, maaf. Ibu terlalu lama, yah, sampai Vino bosan dan turun sendiri. Apa masih saki

  • Selling My Husband   Hari Yang Buruk

    Semua bekas makanan sudah dibersihkan. Elena berniat membawa Vino bermain di luar. Mendadak Adam setengah berlari menuruni anak tangga dengan memanggil Elena."Elena …"Sambil tetap menggenggam tangan kecil Vino, Elena menoleh dan tersenyum. "Iya?"Adam ragu-ragu. Tapi ia harus mengatakannya, atau Lily akan marah.Elena menautkan kedua alisnya. "Mas, ada apa?" Tanya wanita itu.Adam menghela nafas pelan. Tanpa mau melihat Elena, ia berucap, "Aku tidak tahu harus berpakaian apa. Tolong kau carikan pakaian yang pantas supaya Lily tidak mau di depan teman-temannya."Sudut bibir wanita itu teran

  • Selling My Husband   Berada Di Sisimu Aku Jauh Lebih Baik!

    "Tidak mungkin!" Lily menatap Adam penuh cinta dan kepercayaan penuh. "Mas Adam cinta mati padaku. Jika tidak, mana mungkin ia bersedia menikahi Elena demi kekayaan ini!"Mendengar pengakuan terang-terangan Lily, perasaan Adam sangat terluka. Pria itu merasa, harga dirinya telah benar-benar hilang tergantikan dengan harta yang sangat Lily inginkan.Lucunya, hal ini malah dijadikan bahan lelucon Lily dan teman-temannya. Tentu saja perasaan Adam semakin kacau. Hal itu dapat Elena lihat melalui celah pintu. Dan melihatnya demikian, Elena yang tadinya kesal pada Lily menjadi kasihan pada Adam karena pria setampan dan sebaik Adam justru mendapat istri seperti Lily."Ly, aku merasa gerah. Aku pergi ke kolam renang." Pamit Adam, dan tanpa menunggu persetujuan Lily, Adam pergi begitu saja.Lily tampak akan menghentikan, tetapi teman-teman Lily menahannya. "Hei, biarkan saja? Mari bicarakan seberapa banyak kamu mendapatkan aset wanita bodoh itu?"Membahas hal ini membuat Lily dua kali lipat be

  • Selling My Husband   Malam ini Tidur Denganmu.

    Waktu berselang. Elena membuka pintu kamarnya sambil tersenyum hangat.Langkah Adam terhenti di ambang pintu. Dia terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.Kemudian Elena berkata tanpa berat hati. "Dam, malam ini jatah tidurmu bersamaku tapi jika kamu enggan, kamu bisa kembali ke kamar Lily."Adam mengangkat wajahnya. Dia menatap Elena secara intens. Namun bukan wanita itu yang menjadi pusat perhatian, melainkan bayangan ucapan Lily dan teman-temannya beberapa saat lalu yang membuat Adam sakit hati dan rasanya perasaan itu tidak akan terobati meski seribu tahun berlalu sekalipun."Dam." Elena menyadarkan Adam.Adam mengerjap dan tanpa pikir panjang memasuki kamar istri keduanya tersebut.Elena tercengang. Dia seperti bermimpi. Dia tak menyangka Adam bersedia masuk setelah beberapa kebersamaan pria itu terlihat enggan tak enggan.Setelah Adam masuk harusnya Elena menutup pintu, tetapi tidak. Elena mematung dan malahan tenggelam dalam pemikiran sendiri.Adam yang sadar lantas menoleh l

  • Selling My Husband   Menembus Batas.

    Slurppp cupppElena tak menyangka Adam rupanya begitu ahli dalam hal ini. Dia melumat, menghisap, sesekali menggigit bahkan sampai menjelajahi dinding mulut Elena hingga wanita itu kelabakan menyeimbangi.Maklum, hal seperti ini tentu adalah pengalaman pertama bagi Elena. Dan begitu mencobanya, ternyata dia bermain seseorang yang sangat ahli! Sampai pada akhirnya Elena kesulitan bernafas. Dia mendorong pundak Adam, dan Adam merespon gerakan Elena.Adam melepas bibir bawah wanita itu setelah sebelumnya digigit. Jarak wajah mereka masih sangat dekat, mereka dapat merasakan embusan nafas masing-masing.Hah hah hahSetelah beberapa detik, Elena mengangkat wajah menatap Adam. Dan entah kenapa dia merasa, kali ini Adam terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya.Adam sama-sama menatap mata Elena. Wanita yang selalu menatapnya penuh cinta sejak kali pertama pertemuan mereka hingga detik ini, berhasil membangkitkan birahi Adam."Dam—"Alhasil ketika Elena hendak mengatakan sesuatu, Adam tak

  • Selling My Husband   Tidak Sadar Diri!

    Pendengaran Lily masih tajam. Tepat ketika dia menempelkan telinganya di permukaan pintu, dia mendengar desahan Elena dan Adam yang saling bersahutan satu sama lain! DeggggJantung Lily bagai disambar petir. Wanita serakah itu tersentak mundur dengan pundak naik turun tak menentu.Kemudian dia secara jelas mendengar desahan mereka semakin jelas dan memanjang tapi setelah itu tidak ada suara desahan lagi, melainkan obrolan yang tidak bisa dia dengar.Pikiran Lily kacau. Pandangannya berkunang-kunang. Pikirannya menjadi kosong melompong.Pada akhirnya, wanita itu berjalan tunggang langgang ke sofa yang tidak jauh dari kamar Elena. Lalu, tangisan yang belum pernah keluar setelah dirinya kaya, kini keluar tanpa ampun! "Tidak … ini tidak mungkin." Lily sudah mengetahui apa yang pastinya terjadi di kamar Elena bersama Adam, tetapi wanita itu berusaha menolak kenyataan.Dia berpikir Adam hanya mencintai dirinya, dan tidak akan mungkin berani menyentuh wanita lain meski itu Elena yang sudah

Latest chapter

  • Selling My Husband   Tidak Sadar Diri!

    Pendengaran Lily masih tajam. Tepat ketika dia menempelkan telinganya di permukaan pintu, dia mendengar desahan Elena dan Adam yang saling bersahutan satu sama lain! DeggggJantung Lily bagai disambar petir. Wanita serakah itu tersentak mundur dengan pundak naik turun tak menentu.Kemudian dia secara jelas mendengar desahan mereka semakin jelas dan memanjang tapi setelah itu tidak ada suara desahan lagi, melainkan obrolan yang tidak bisa dia dengar.Pikiran Lily kacau. Pandangannya berkunang-kunang. Pikirannya menjadi kosong melompong.Pada akhirnya, wanita itu berjalan tunggang langgang ke sofa yang tidak jauh dari kamar Elena. Lalu, tangisan yang belum pernah keluar setelah dirinya kaya, kini keluar tanpa ampun! "Tidak … ini tidak mungkin." Lily sudah mengetahui apa yang pastinya terjadi di kamar Elena bersama Adam, tetapi wanita itu berusaha menolak kenyataan.Dia berpikir Adam hanya mencintai dirinya, dan tidak akan mungkin berani menyentuh wanita lain meski itu Elena yang sudah

  • Selling My Husband   Menembus Batas.

    Slurppp cupppElena tak menyangka Adam rupanya begitu ahli dalam hal ini. Dia melumat, menghisap, sesekali menggigit bahkan sampai menjelajahi dinding mulut Elena hingga wanita itu kelabakan menyeimbangi.Maklum, hal seperti ini tentu adalah pengalaman pertama bagi Elena. Dan begitu mencobanya, ternyata dia bermain seseorang yang sangat ahli! Sampai pada akhirnya Elena kesulitan bernafas. Dia mendorong pundak Adam, dan Adam merespon gerakan Elena.Adam melepas bibir bawah wanita itu setelah sebelumnya digigit. Jarak wajah mereka masih sangat dekat, mereka dapat merasakan embusan nafas masing-masing.Hah hah hahSetelah beberapa detik, Elena mengangkat wajah menatap Adam. Dan entah kenapa dia merasa, kali ini Adam terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya.Adam sama-sama menatap mata Elena. Wanita yang selalu menatapnya penuh cinta sejak kali pertama pertemuan mereka hingga detik ini, berhasil membangkitkan birahi Adam."Dam—"Alhasil ketika Elena hendak mengatakan sesuatu, Adam tak

  • Selling My Husband   Malam ini Tidur Denganmu.

    Waktu berselang. Elena membuka pintu kamarnya sambil tersenyum hangat.Langkah Adam terhenti di ambang pintu. Dia terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.Kemudian Elena berkata tanpa berat hati. "Dam, malam ini jatah tidurmu bersamaku tapi jika kamu enggan, kamu bisa kembali ke kamar Lily."Adam mengangkat wajahnya. Dia menatap Elena secara intens. Namun bukan wanita itu yang menjadi pusat perhatian, melainkan bayangan ucapan Lily dan teman-temannya beberapa saat lalu yang membuat Adam sakit hati dan rasanya perasaan itu tidak akan terobati meski seribu tahun berlalu sekalipun."Dam." Elena menyadarkan Adam.Adam mengerjap dan tanpa pikir panjang memasuki kamar istri keduanya tersebut.Elena tercengang. Dia seperti bermimpi. Dia tak menyangka Adam bersedia masuk setelah beberapa kebersamaan pria itu terlihat enggan tak enggan.Setelah Adam masuk harusnya Elena menutup pintu, tetapi tidak. Elena mematung dan malahan tenggelam dalam pemikiran sendiri.Adam yang sadar lantas menoleh l

  • Selling My Husband   Berada Di Sisimu Aku Jauh Lebih Baik!

    "Tidak mungkin!" Lily menatap Adam penuh cinta dan kepercayaan penuh. "Mas Adam cinta mati padaku. Jika tidak, mana mungkin ia bersedia menikahi Elena demi kekayaan ini!"Mendengar pengakuan terang-terangan Lily, perasaan Adam sangat terluka. Pria itu merasa, harga dirinya telah benar-benar hilang tergantikan dengan harta yang sangat Lily inginkan.Lucunya, hal ini malah dijadikan bahan lelucon Lily dan teman-temannya. Tentu saja perasaan Adam semakin kacau. Hal itu dapat Elena lihat melalui celah pintu. Dan melihatnya demikian, Elena yang tadinya kesal pada Lily menjadi kasihan pada Adam karena pria setampan dan sebaik Adam justru mendapat istri seperti Lily."Ly, aku merasa gerah. Aku pergi ke kolam renang." Pamit Adam, dan tanpa menunggu persetujuan Lily, Adam pergi begitu saja.Lily tampak akan menghentikan, tetapi teman-teman Lily menahannya. "Hei, biarkan saja? Mari bicarakan seberapa banyak kamu mendapatkan aset wanita bodoh itu?"Membahas hal ini membuat Lily dua kali lipat be

  • Selling My Husband   Hari Yang Buruk

    Semua bekas makanan sudah dibersihkan. Elena berniat membawa Vino bermain di luar. Mendadak Adam setengah berlari menuruni anak tangga dengan memanggil Elena."Elena …"Sambil tetap menggenggam tangan kecil Vino, Elena menoleh dan tersenyum. "Iya?"Adam ragu-ragu. Tapi ia harus mengatakannya, atau Lily akan marah.Elena menautkan kedua alisnya. "Mas, ada apa?" Tanya wanita itu.Adam menghela nafas pelan. Tanpa mau melihat Elena, ia berucap, "Aku tidak tahu harus berpakaian apa. Tolong kau carikan pakaian yang pantas supaya Lily tidak mau di depan teman-temannya."Sudut bibir wanita itu teran

  • Selling My Husband   Perubahan Kehidupan

    Tiba-tiba tangisan Vino memecah kesunyian nan kehampaan rumah besar itu.Huaaa …Elena panik bukan main. Sembari membawa minyak telon dan baju ia berlari-lari meninggalkan kamar. Begitu juga dengan Lily dan Adam yang saling tatap tapi kemudian Lily tak peduli sementara Adam ikut berlari keluar.Adam baru saja akan menuruni anak tangga, tetapi langkahnya dibuat terhenti kala ia melihat Elena yang acak adul setengah berdiri di hadapan Vino.Perempuan itu mengusap-usap pipi Vino, menciumi punggung tangannya dan berulang kali mengatakan maaf."Maafkan ibu, yah, maaf. Ibu terlalu lama, yah, sampai Vino bosan dan turun sendiri. Apa masih saki

  • Selling My Husband   Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

    CeklekkkSpontan Elena terenyak. Ia bersicepat duduk dari tidurannya. Dan meraih selimut guna menutupi punggungnya yang terbuka, karena saat ini ia hanya menggunakan gaun tipis tanpa lengan.Pintu dibuka kasar. Lily mendorong Adam masuk meski gelagat Adam sudah persis seperti tahanan, yang menolak keras masuk bui.Lily sama sekali tak peduli. Malam ini adalah malam pertama Adam. Dan hal itu tidak bisa diganggu gugat."Li." Adam merengek.Lily acuh tak acuh. Ia tutup pintunya dari luar. Bahkan ia juga mengunci pintu itu supaya Adam tidak bisa kabur.Setelah itu Lily kembali ke kamar. Menghabiskan malam, berteman setumpuk uang dan kekayaan tiada habis tujuh turunan. Sedang Adam tetap mematung seorang diri di depan pintu.Elena menatap Adam sepintas. Sebuah duka terlukis jelas di wajah pria itu. Elena tau betul, Adam menahan sakit sekaligus

  • Selling My Husband   Aku Istrimu

    Biarpun Elena lahir dari keluarga berkecukupan juga selalu dilayani para pelayan, tetapi bukan berarti Elena si anak manja yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah atau hanya bisa masak air.Hidup mandiri sedari ia lulus SMA memaksa Elena melakukan segala hal seorang diri. Ia belajar memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika dan pekerjaan ibu rumah tangga lain.Bahkan ketika sakit, Elena terbiasa membuat obat sendiri. Misal wedang jahe yang sekarang sedang ia buat.Trik itu diajarkan nenek Elena sewaktu neneknya yang dari kota keraton tinggal di rumah.

  • Selling My Husband   Kau Kejam, Li

    Usai mendengar kabar Adam bersedia menikah dengan Elena, dan tentunya sesuai kesepakatan. Maka Elena juga Lily menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan.Mulai dari dekorasi sederhana, memesan gaun pernikahan, menyebar undangan dan masih banyak lagi.Selama itu, anak mereka Lily titipkan lebih dulu kepada orang tua Lily.Lily tidak memberitahu apa yang tengah ia perbuat sampai tidak punya waktu mengurus anaknya. Orang tua Lily pun tidak banyak bertanya-tanya meski dalam hati terkumpul seribu pertanyaan.Memasuki hari kedua setelah Adam setuju. Lily sengaja

DMCA.com Protection Status