Home / Romansa / Selling My Husband / Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

Share

Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ceklekkk

Spontan Elena terenyak. Ia bersicepat duduk dari tidurannya. Dan meraih selimut guna menutupi punggungnya yang terbuka, karena saat ini ia hanya menggunakan gaun tipis tanpa lengan.

Pintu dibuka kasar. Lily mendorong Adam masuk meski gelagat Adam sudah persis seperti tahanan, yang menolak keras masuk bui.

Lily sama sekali tak peduli. Malam ini adalah malam pertama Adam. Dan hal itu tidak bisa diganggu gugat.

"Li." Adam merengek.

Lily acuh tak acuh. Ia tutup pintunya dari luar. Bahkan ia juga mengunci pintu itu supaya Adam tidak bisa kabur.

Setelah itu Lily kembali ke kamar. Menghabiskan malam, berteman setumpuk uang dan kekayaan tiada habis tujuh turunan. Sedang Adam tetap mematung seorang diri di depan pintu.

Elena menatap Adam sepintas. Sebuah duka terlukis jelas di wajah pria itu. Elena tau betul, Adam menahan sakit sekaligus marah.

Elena perlahan turun. Membiarkan punggung mulusnya terpampang di mata Adam. 

Bagi Adam, saat ini Elena hanyalah orang asing. Mendapati penampilan Elena demikian, Adam spontan membuang wajah. Tak ingin ia meihat bagian tubuh Elena.

Ada sekelumit rasa sakit dalam dada Elena. Namun, sebisa mungkin ia tahan. Bibirnya terus memaksa senyum. Memerintah perempuan itu tetap tegar.

Elena membuka lemari kayu, yang jauh dari kata bagus jika dibandingkan dengan lemari di kamar Lily.

Ia mengeluarkan jaket. Mengenakan jaketnya. Kemudian berdiri sesaat memandang dirinya, di pantulan cermin.

Cantik.

Elena memuji diri sendiri. Tapi kenyataannya memang betul.

Elena sangat cantik. Umur tidak memakan rupanya. Ia terlihat seperti gadis 17 tahunan. Padahal sekarang Elena memasuki usia 26 tahun. Ditambah tubuh Elena lebih langsing ketimbang Lily. Maklum, Elena belum pernah mengandung. Beda dengan Lily.

Sebenarnya ada banyak pria mengantri hanya untuk mendapatkan cinta dari seorang Elena, akan tetapi perempuan itu mengenyahkan mereka semua. Ia justru terpikat akan pesona suami orang.

Apakah Elena berniat menjadi pelakor?

Tentu tidak. Ia hanya betul-betul masih mencintai Adam. Dan ternyata takdir membuat mereka bersatu kendati caranya ekstrim.

"Kau tidur di kasur, biar aku di bawah," ucap Adam setelah menghabiskan menit demi menit hanya untuk bungkam.

Belum juga Elena menjawab. Adam sudah cepat menggelar tikar. Mengambil bantal. Lalu, merebahkan diri memunggungi posisi tempat tidur.

Biarpun Elena tau ia akan ditolak, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia berbalik. Ia menghampiri Adam.

Wangi.

Semerbak aroma vanila menyeruak hidung Adam. Ia yang terpejam sempat menikmati aroma itu.

Jujur, vanilla adalah aroma kesukaan Adam. Entah Elena biasa menggunakan aroma itu atau sekedar ingin menarik perhatian Adam.

"Mas, jangan tidur di bawah," minta Elena.

Adam bergumam. Tak ada niat membalas atau mengikuti kemauan perempuan itu.

"Mas, tidur di atas saja, yuk," ajak Elena.

Adam menggeleng. Matanya terpejam rapat. Seolah-olah sengaja agar tidak melihat wajah atau bahkan bayangan Elena.

"Mas ..." Suara Elena mulai pelan. Antara ingin menangis tapi ia tahan.

"Sudahlah, jangan ganggu aku. Sudah malam juga. Kau kembali ke tempat tidurmu." Perintah Adam agak emosi.

Elena menggigit bibirnya. Ia meremas-remas gaun berbahan satin itu. Lantas, berangsur berdiri dan mengayun langkah.

Dalam satu ruangan itu. Sepasang pengantin baru harusnya memadu kasih. Tapi tidak dengan mereka. Keduanya sama sekali tak bersentuhan. Jangankan bersentuhan, dekat pun tidak.

Adam memunggungi Elena, dan Elena menghadap Adam.

Terus seperti itu hingga malam demi malam mereka lalui.

Sampai satu pekan berlalu. Giliran Adam tidur bersama Lily. Adam sudah sangat bahagia, terlukis jelas di wajahnya yang tampan.

Hal itu disadari Elena. Elena cemburu. Bukan pada Lily, melainkan pada sikap Adam.

"Mas, aku janji. Suatu saat kau pasti akan begitu juga padaku," batin Elena.

***

Keesokannya harinya.

Suasana rumah diramaikan dengan tangisan Vino yang ingin dimandikan sang ibu. Namun, sang ibu enggan. Alasannya ia sibuk mengurus diri, karena sebentar lagi ia berangkat kantor.

Vino kesal. Vino menangis meraung-raung  Adam juga tak mampu menghentikan tangisan Vino.

"Sudahlah, Li. Apa susahnya kau memandikan Vino sebentar," minta Adam.

Lily yang sedang bercermin, berbalik melotot sebal. "Mas tidak lihat? Aku sibuk berdandan. Supir lagi nunggu. Lagian cuman mandi, 'kan? Tuh, si Elena bisa. Jangan biarkan Elena nganggur."

"Ly! Kamu ibunya. Masa kamu---"

Lily langsung memotong. "Sttt! Elena sekarang sudah menjadi ibu Vino juga. Ajarkan Vino mengenal Elena!!"

Elena yang mendengar percekcokan ereka dari luar terdiam. Ia menghela nafas pelan. Lalu, memberanikan diri memasuki kamar Lily.

"Hey, jagoan." Begitu sumringah Elena menggendong Vino.

Tangisan Vino semakin keras. Ia belum terbiasa dengan Elena.

"Cup, cup, cup, jangan nangis, dong. Katanya mau mandi, ibu punya bebek-bebekan banyak, lohhh," rayu Elena.

Lily tersenyum, sedang Adam diam menatap dingin.

"Elena, tolong kamu sekalian jaga Vino, yah. Kan aku mau ngantor," pinta Lily.

"Oke," jawab Elena tanpa beban sedikit pun.

Elena membwa Vino keluar, menuruni anak tangga sambil sesekali menenangkan tangisan Vino.

Meski sulit tapi akhirnya sedikit demi sedikit tangisan Vino meredam.

Lily tidak mendengar suara tangisan Vino lagi. Ia tersenyum lebar seraya mencebikkan bibir pada Adam.

"Tuh, Elena bisa menenangkan Vino. Cocok jadi ibu sambung."

Adam hanya menggeleng. Kemudian beringsut pergi tanpa ada niatan mau ke mana.

"Mas! Nanti aku pulang agak sore. Tolong kamu bantu Elena masak, yah!" teriak Lily.

Adam pura-pura tuli. Biar saja nanti Elena masak sendiri. Salah siapa mau disuruh-suruh Lily. Seakan Lily majikan, dan Elena pembantu.

Tak berselang lama.

Elena membawa Vino keluar dari kamar mandi. Bocah itu membawa bebek mandi milik Elena. Ia tersenyum riang memainkan bebek-bebekan tersebut.

"Tunggu di sini, yah. Ibu ambil pakaian kamu dulu," pesan Elena.

Vino kecil angguk-angguk. Ia serius sekali beramin bebek-bebekan kecil nan menggemaskan itu.

Elena naik ke lantai dua. Pergi ke kamar Lily, hendak mengambil baju beserta minyak telon.

Tiba-tiba ...

Related chapters

  • Selling My Husband   Perubahan Kehidupan

    Tiba-tiba tangisan Vino memecah kesunyian nan kehampaan rumah besar itu.Huaaa …Elena panik bukan main. Sembari membawa minyak telon dan baju ia berlari-lari meninggalkan kamar. Begitu juga dengan Lily dan Adam yang saling tatap tapi kemudian Lily tak peduli sementara Adam ikut berlari keluar.Adam baru saja akan menuruni anak tangga, tetapi langkahnya dibuat terhenti kala ia melihat Elena yang acak adul setengah berdiri di hadapan Vino.Perempuan itu mengusap-usap pipi Vino, menciumi punggung tangannya dan berulang kali mengatakan maaf."Maafkan ibu, yah, maaf. Ibu terlalu lama, yah, sampai Vino bosan dan turun sendiri. Apa masih saki

  • Selling My Husband   Hari Yang Buruk

    Semua bekas makanan sudah dibersihkan. Elena berniat membawa Vino bermain di luar. Mendadak Adam setengah berlari menuruni anak tangga dengan memanggil Elena."Elena …"Sambil tetap menggenggam tangan kecil Vino, Elena menoleh dan tersenyum. "Iya?"Adam ragu-ragu. Tapi ia harus mengatakannya, atau Lily akan marah.Elena menautkan kedua alisnya. "Mas, ada apa?" Tanya wanita itu.Adam menghela nafas pelan. Tanpa mau melihat Elena, ia berucap, "Aku tidak tahu harus berpakaian apa. Tolong kau carikan pakaian yang pantas supaya Lily tidak mau di depan teman-temannya."Sudut bibir wanita itu teran

  • Selling My Husband   Berada Di Sisimu Aku Jauh Lebih Baik!

    "Tidak mungkin!" Lily menatap Adam penuh cinta dan kepercayaan penuh. "Mas Adam cinta mati padaku. Jika tidak, mana mungkin ia bersedia menikahi Elena demi kekayaan ini!"Mendengar pengakuan terang-terangan Lily, perasaan Adam sangat terluka. Pria itu merasa, harga dirinya telah benar-benar hilang tergantikan dengan harta yang sangat Lily inginkan.Lucunya, hal ini malah dijadikan bahan lelucon Lily dan teman-temannya. Tentu saja perasaan Adam semakin kacau. Hal itu dapat Elena lihat melalui celah pintu. Dan melihatnya demikian, Elena yang tadinya kesal pada Lily menjadi kasihan pada Adam karena pria setampan dan sebaik Adam justru mendapat istri seperti Lily."Ly, aku merasa gerah. Aku pergi ke kolam renang." Pamit Adam, dan tanpa menunggu persetujuan Lily, Adam pergi begitu saja.Lily tampak akan menghentikan, tetapi teman-teman Lily menahannya. "Hei, biarkan saja? Mari bicarakan seberapa banyak kamu mendapatkan aset wanita bodoh itu?"Membahas hal ini membuat Lily dua kali lipat be

  • Selling My Husband   Malam ini Tidur Denganmu.

    Waktu berselang. Elena membuka pintu kamarnya sambil tersenyum hangat.Langkah Adam terhenti di ambang pintu. Dia terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.Kemudian Elena berkata tanpa berat hati. "Dam, malam ini jatah tidurmu bersamaku tapi jika kamu enggan, kamu bisa kembali ke kamar Lily."Adam mengangkat wajahnya. Dia menatap Elena secara intens. Namun bukan wanita itu yang menjadi pusat perhatian, melainkan bayangan ucapan Lily dan teman-temannya beberapa saat lalu yang membuat Adam sakit hati dan rasanya perasaan itu tidak akan terobati meski seribu tahun berlalu sekalipun."Dam." Elena menyadarkan Adam.Adam mengerjap dan tanpa pikir panjang memasuki kamar istri keduanya tersebut.Elena tercengang. Dia seperti bermimpi. Dia tak menyangka Adam bersedia masuk setelah beberapa kebersamaan pria itu terlihat enggan tak enggan.Setelah Adam masuk harusnya Elena menutup pintu, tetapi tidak. Elena mematung dan malahan tenggelam dalam pemikiran sendiri.Adam yang sadar lantas menoleh l

  • Selling My Husband   Menembus Batas.

    Slurppp cupppElena tak menyangka Adam rupanya begitu ahli dalam hal ini. Dia melumat, menghisap, sesekali menggigit bahkan sampai menjelajahi dinding mulut Elena hingga wanita itu kelabakan menyeimbangi.Maklum, hal seperti ini tentu adalah pengalaman pertama bagi Elena. Dan begitu mencobanya, ternyata dia bermain seseorang yang sangat ahli! Sampai pada akhirnya Elena kesulitan bernafas. Dia mendorong pundak Adam, dan Adam merespon gerakan Elena.Adam melepas bibir bawah wanita itu setelah sebelumnya digigit. Jarak wajah mereka masih sangat dekat, mereka dapat merasakan embusan nafas masing-masing.Hah hah hahSetelah beberapa detik, Elena mengangkat wajah menatap Adam. Dan entah kenapa dia merasa, kali ini Adam terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya.Adam sama-sama menatap mata Elena. Wanita yang selalu menatapnya penuh cinta sejak kali pertama pertemuan mereka hingga detik ini, berhasil membangkitkan birahi Adam."Dam—"Alhasil ketika Elena hendak mengatakan sesuatu, Adam tak

  • Selling My Husband   Tidak Sadar Diri!

    Pendengaran Lily masih tajam. Tepat ketika dia menempelkan telinganya di permukaan pintu, dia mendengar desahan Elena dan Adam yang saling bersahutan satu sama lain! DeggggJantung Lily bagai disambar petir. Wanita serakah itu tersentak mundur dengan pundak naik turun tak menentu.Kemudian dia secara jelas mendengar desahan mereka semakin jelas dan memanjang tapi setelah itu tidak ada suara desahan lagi, melainkan obrolan yang tidak bisa dia dengar.Pikiran Lily kacau. Pandangannya berkunang-kunang. Pikirannya menjadi kosong melompong.Pada akhirnya, wanita itu berjalan tunggang langgang ke sofa yang tidak jauh dari kamar Elena. Lalu, tangisan yang belum pernah keluar setelah dirinya kaya, kini keluar tanpa ampun! "Tidak … ini tidak mungkin." Lily sudah mengetahui apa yang pastinya terjadi di kamar Elena bersama Adam, tetapi wanita itu berusaha menolak kenyataan.Dia berpikir Adam hanya mencintai dirinya, dan tidak akan mungkin berani menyentuh wanita lain meski itu Elena yang sudah

  • Selling My Husband   Prolog

    Lily lahir dari keluarga miskin. Rupanya juga jauh dari kata cantik tapi bukan berarti jelek. Pendidikannya hanya sebatas SMP saja. Ia tidak bisa lanjut lantaran terhalang biaya.Usai menyelesaikan sekolah menengah pertama. Lily merantau ke kota. Kurang lebih selama tiga tahun, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Kemudian karena sebuah keinginan terbesit. Lily melanjutkan sekolah di sekolah paket.Ia lumayan pintar. Meskipun bermodalkan ijazah paket C. Ia bisa melamar pekerjaan di salah satu kantor jasa keuangan.Di sanalah ia bertemu Adam, suaminya. Kebetulan Adam berstatus sebagai petugas lapang.Ya, Adam terpaksa memilih pekerjaan tersebut dikarenakan ia selalu saja dikeluarkan dari kantor-kantor lamanya dengan alasan menyebabkan kericuhan atas ketampanan, yang Adam miliki.Kadangkala Adam mengutuk ketampanannya. Ia merasa terus mendapat sial atas ketampanan tersebut.Waktu bergulir cepat. Kurun enam bulan sesudah Lily mengenal Adam.

  • Selling My Husband   Menikahlah

    Hari itu juga. Selepas Lily menyelesaikan pemeriksaan sang anak. Ia mengajak Elena pulang ke rumah. Atau tepatnya ke kontrakan, yang nyaris tak pantas disebut layak huni.Lapisan dinding rumah kontrakan itu terkikis sebagian. Bekas lapisannya menimbun di pinggiran dinding. Terkesan kotor seperti tidak pernah dibersihkan. Padahal Lily bolak-balik menyapu tapi dinding terus menerus terkikis. Lily sampai bosan.Selain itu lantai rumah kontrakan terbuat dari semen serta atap rumah menggunakan seng, yang terlibat memiliki lubang.Manakala hujan tiba sudah ketebak rumah akan digenangi air.Untungnya tempat tidur mereka bukan dengan ka

Latest chapter

  • Selling My Husband   Tidak Sadar Diri!

    Pendengaran Lily masih tajam. Tepat ketika dia menempelkan telinganya di permukaan pintu, dia mendengar desahan Elena dan Adam yang saling bersahutan satu sama lain! DeggggJantung Lily bagai disambar petir. Wanita serakah itu tersentak mundur dengan pundak naik turun tak menentu.Kemudian dia secara jelas mendengar desahan mereka semakin jelas dan memanjang tapi setelah itu tidak ada suara desahan lagi, melainkan obrolan yang tidak bisa dia dengar.Pikiran Lily kacau. Pandangannya berkunang-kunang. Pikirannya menjadi kosong melompong.Pada akhirnya, wanita itu berjalan tunggang langgang ke sofa yang tidak jauh dari kamar Elena. Lalu, tangisan yang belum pernah keluar setelah dirinya kaya, kini keluar tanpa ampun! "Tidak … ini tidak mungkin." Lily sudah mengetahui apa yang pastinya terjadi di kamar Elena bersama Adam, tetapi wanita itu berusaha menolak kenyataan.Dia berpikir Adam hanya mencintai dirinya, dan tidak akan mungkin berani menyentuh wanita lain meski itu Elena yang sudah

  • Selling My Husband   Menembus Batas.

    Slurppp cupppElena tak menyangka Adam rupanya begitu ahli dalam hal ini. Dia melumat, menghisap, sesekali menggigit bahkan sampai menjelajahi dinding mulut Elena hingga wanita itu kelabakan menyeimbangi.Maklum, hal seperti ini tentu adalah pengalaman pertama bagi Elena. Dan begitu mencobanya, ternyata dia bermain seseorang yang sangat ahli! Sampai pada akhirnya Elena kesulitan bernafas. Dia mendorong pundak Adam, dan Adam merespon gerakan Elena.Adam melepas bibir bawah wanita itu setelah sebelumnya digigit. Jarak wajah mereka masih sangat dekat, mereka dapat merasakan embusan nafas masing-masing.Hah hah hahSetelah beberapa detik, Elena mengangkat wajah menatap Adam. Dan entah kenapa dia merasa, kali ini Adam terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya.Adam sama-sama menatap mata Elena. Wanita yang selalu menatapnya penuh cinta sejak kali pertama pertemuan mereka hingga detik ini, berhasil membangkitkan birahi Adam."Dam—"Alhasil ketika Elena hendak mengatakan sesuatu, Adam tak

  • Selling My Husband   Malam ini Tidur Denganmu.

    Waktu berselang. Elena membuka pintu kamarnya sambil tersenyum hangat.Langkah Adam terhenti di ambang pintu. Dia terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.Kemudian Elena berkata tanpa berat hati. "Dam, malam ini jatah tidurmu bersamaku tapi jika kamu enggan, kamu bisa kembali ke kamar Lily."Adam mengangkat wajahnya. Dia menatap Elena secara intens. Namun bukan wanita itu yang menjadi pusat perhatian, melainkan bayangan ucapan Lily dan teman-temannya beberapa saat lalu yang membuat Adam sakit hati dan rasanya perasaan itu tidak akan terobati meski seribu tahun berlalu sekalipun."Dam." Elena menyadarkan Adam.Adam mengerjap dan tanpa pikir panjang memasuki kamar istri keduanya tersebut.Elena tercengang. Dia seperti bermimpi. Dia tak menyangka Adam bersedia masuk setelah beberapa kebersamaan pria itu terlihat enggan tak enggan.Setelah Adam masuk harusnya Elena menutup pintu, tetapi tidak. Elena mematung dan malahan tenggelam dalam pemikiran sendiri.Adam yang sadar lantas menoleh l

  • Selling My Husband   Berada Di Sisimu Aku Jauh Lebih Baik!

    "Tidak mungkin!" Lily menatap Adam penuh cinta dan kepercayaan penuh. "Mas Adam cinta mati padaku. Jika tidak, mana mungkin ia bersedia menikahi Elena demi kekayaan ini!"Mendengar pengakuan terang-terangan Lily, perasaan Adam sangat terluka. Pria itu merasa, harga dirinya telah benar-benar hilang tergantikan dengan harta yang sangat Lily inginkan.Lucunya, hal ini malah dijadikan bahan lelucon Lily dan teman-temannya. Tentu saja perasaan Adam semakin kacau. Hal itu dapat Elena lihat melalui celah pintu. Dan melihatnya demikian, Elena yang tadinya kesal pada Lily menjadi kasihan pada Adam karena pria setampan dan sebaik Adam justru mendapat istri seperti Lily."Ly, aku merasa gerah. Aku pergi ke kolam renang." Pamit Adam, dan tanpa menunggu persetujuan Lily, Adam pergi begitu saja.Lily tampak akan menghentikan, tetapi teman-teman Lily menahannya. "Hei, biarkan saja? Mari bicarakan seberapa banyak kamu mendapatkan aset wanita bodoh itu?"Membahas hal ini membuat Lily dua kali lipat be

  • Selling My Husband   Hari Yang Buruk

    Semua bekas makanan sudah dibersihkan. Elena berniat membawa Vino bermain di luar. Mendadak Adam setengah berlari menuruni anak tangga dengan memanggil Elena."Elena …"Sambil tetap menggenggam tangan kecil Vino, Elena menoleh dan tersenyum. "Iya?"Adam ragu-ragu. Tapi ia harus mengatakannya, atau Lily akan marah.Elena menautkan kedua alisnya. "Mas, ada apa?" Tanya wanita itu.Adam menghela nafas pelan. Tanpa mau melihat Elena, ia berucap, "Aku tidak tahu harus berpakaian apa. Tolong kau carikan pakaian yang pantas supaya Lily tidak mau di depan teman-temannya."Sudut bibir wanita itu teran

  • Selling My Husband   Perubahan Kehidupan

    Tiba-tiba tangisan Vino memecah kesunyian nan kehampaan rumah besar itu.Huaaa …Elena panik bukan main. Sembari membawa minyak telon dan baju ia berlari-lari meninggalkan kamar. Begitu juga dengan Lily dan Adam yang saling tatap tapi kemudian Lily tak peduli sementara Adam ikut berlari keluar.Adam baru saja akan menuruni anak tangga, tetapi langkahnya dibuat terhenti kala ia melihat Elena yang acak adul setengah berdiri di hadapan Vino.Perempuan itu mengusap-usap pipi Vino, menciumi punggung tangannya dan berulang kali mengatakan maaf."Maafkan ibu, yah, maaf. Ibu terlalu lama, yah, sampai Vino bosan dan turun sendiri. Apa masih saki

  • Selling My Husband   Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

    CeklekkkSpontan Elena terenyak. Ia bersicepat duduk dari tidurannya. Dan meraih selimut guna menutupi punggungnya yang terbuka, karena saat ini ia hanya menggunakan gaun tipis tanpa lengan.Pintu dibuka kasar. Lily mendorong Adam masuk meski gelagat Adam sudah persis seperti tahanan, yang menolak keras masuk bui.Lily sama sekali tak peduli. Malam ini adalah malam pertama Adam. Dan hal itu tidak bisa diganggu gugat."Li." Adam merengek.Lily acuh tak acuh. Ia tutup pintunya dari luar. Bahkan ia juga mengunci pintu itu supaya Adam tidak bisa kabur.Setelah itu Lily kembali ke kamar. Menghabiskan malam, berteman setumpuk uang dan kekayaan tiada habis tujuh turunan. Sedang Adam tetap mematung seorang diri di depan pintu.Elena menatap Adam sepintas. Sebuah duka terlukis jelas di wajah pria itu. Elena tau betul, Adam menahan sakit sekaligus

  • Selling My Husband   Aku Istrimu

    Biarpun Elena lahir dari keluarga berkecukupan juga selalu dilayani para pelayan, tetapi bukan berarti Elena si anak manja yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah atau hanya bisa masak air.Hidup mandiri sedari ia lulus SMA memaksa Elena melakukan segala hal seorang diri. Ia belajar memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika dan pekerjaan ibu rumah tangga lain.Bahkan ketika sakit, Elena terbiasa membuat obat sendiri. Misal wedang jahe yang sekarang sedang ia buat.Trik itu diajarkan nenek Elena sewaktu neneknya yang dari kota keraton tinggal di rumah.

  • Selling My Husband   Kau Kejam, Li

    Usai mendengar kabar Adam bersedia menikah dengan Elena, dan tentunya sesuai kesepakatan. Maka Elena juga Lily menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan.Mulai dari dekorasi sederhana, memesan gaun pernikahan, menyebar undangan dan masih banyak lagi.Selama itu, anak mereka Lily titipkan lebih dulu kepada orang tua Lily.Lily tidak memberitahu apa yang tengah ia perbuat sampai tidak punya waktu mengurus anaknya. Orang tua Lily pun tidak banyak bertanya-tanya meski dalam hati terkumpul seribu pertanyaan.Memasuki hari kedua setelah Adam setuju. Lily sengaja

DMCA.com Protection Status