FIRASAT ABAH"Ya wes biarkan saja. Memang dia itu sukanya begitu, makanlah juga. Itu rejeki kalian kok," ujar Umi Laila. "Betul Umi, Sifa setuju. Kan yang penting selama itu tidak mengganggu dan membuat tak nyaman turuti saja. Itu kan pesan Umi dulu," ucap Sifa."Seratus," sahut Umi Laila."Assalamualaikum," teriak lelaki di belakang mereka yang tak lain adalah Abah Furqon.Mereka menjawab secara serentak karena memang sore hari lah mereka semua bisa berkumpul. Abah Furqon memang sore hari seperti ini baru pulang dari mengajar di pondok depan rumah mereka. Abah Furqon duduk di kursi."Kau tadi bagi- bagi apa, Le? Ngasih opo?" tanya Abah Furqon."Ngasih selapanan sama sepasarannya Humairah," jawab Mulki."Lah? Emang iya, Mi? Sejak kapan Umi mu percaya hal demikian," sahut Abah Furqon."Bukan Umi, Bah," kata Umi Laila."Lah terus dari mana?" tanya Abah Furqon mengernyitkan keningnya heran."Dari Bude Asih, Bah. Adik nya Almarhum Ibu mertua," jawab Sifa."Oh pantas lah," jawab Abah Fur
IZINKAN MULKI KEMBALI KE TARIM, BAH!Mulki keluar, mendekati Abahnya yang memang sudah duduk di kursi taman depan. Mulki menghidangkan minuman dan jajanan itu di depan Abahnya. Lalu duduk di sampingnya, mereka terdiam sejenak dengan pemikiran masing- masing. Mulki meminum seteguk es susu kopi yang sangat melegakan itu."Le," panggil Abah Furqon."Ada apa sebenarnya? Apa yang kau ketahui tetapi Abah tak tahu?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafasnya panjang. Bagaimanapun anak dan orang tua memilikiikatan batin, jauh sebelum Mulki mengetahui ini semua, Abah Furqon sudah pernah berkata pada Mulki bahwa dia mendapatkan firasat pada Sifa dan rumah tangganya. Bukan karena untuk mendahului kehendak Allah, namun melihat pola Rio mencintai Sifa yang Abah Furqon nilai belum bisa mencintai putrinya. Namun bagaimana lagi, Sifa sangat mencintai suaminya meskipun seringkali Abah Furqon menyuruh putrinya mencoba mempertimbangkan lagi saat mereka rujuk.Hal itu bukan berarti Abah Furqon sebagai
ASTAGFIRULLOH"Tapi Abah tak akan melarangmu pergi jika memang niatmu sudah bulat untuk ke sana mencari ilmu, menimba ilmu, tekat mu untuk ke sana sudah kuat. Abah dan Umimu hanya bisa merestuimu," ujar Abah Furqon."Alhamdulillah kalau begitu, Bah. Mulki mungkin senang mendengarnya," kata mungkin sambil menghirup susu kopi susunya.Rencananya dia memang akan kembali ke pondok lagi setelah urusan kakak perempuannya beres. Dia merasa di sini menjadikannya terlalu fokus pada urusan duniawi dan melupakan urusan akhirat. Sehingga dia merasa untuk bisa segera kembali ke pondok Yaman."Mulki, apakah di pondok Abah Umar tak memiliki calon istri yang memang terjamin akhlaknya seperti yang kamu mau dan bisa kau ajak pulang kembali ke sini?" tanya Abah Furqon."Hahaha. Tidak ada santri wanita di sana, Bah. Bahkan Mulki tak pernah melihat wanita Tarim asli. Tapi nanti coba lah Mulki bercerita pada ustad sana. Mulki tak bisa berjanji meminta jodoh, Bah. Namun lebih ingin meminta doa para masayih
UNTUNGLAH ANAKNYA LAKI- LAKI."Mengapa ini bisa terjadi, setahu Abah almarhum ibu mertuanya Sifa itu sangat menyayangi Sifa, amat sangat. Bahkan dulu semasa beliau hidup, dia lah yang selalu memenuhi dan mengabulkan semua kepentingan dan keperluan, Mbakmu. Bahkan saat Sifa dan Rio dulu hampir cerai dan belum melakukan Khulu' iIbunya. Bahkan Ibu nya memberikan banyak sekali perhiasan loh kepada Sifa, Mbakyu mu sendiri yang mengatakan itu kepada Abah dan Umi," sambung Abah."Memang Bah, di surat wasiat pun katanya almarhum Ibu Mas Rio juga masih tak menyukai wanita itu," ucap Mulki."Hahaha, aneh sekali. Tak menyukainya tetapi memberikan wasiat padanya? Bukankah terdengar mengada- ngada?" tanya Abah Furqon."Hal ini karena ada alasan lain lain, Bah," gumam Mulki."Alasan lain?" tanya Abah Furqon. "Iya, Bah. Apa alasan itu?" tanyanya lagi."Karena ternyata Mas Rio memiliki anak darinya," tegas Mulki.Sepersekian detik sepertinya dunia membeku. Rio mengamati perubahan wajah Abahnya, nam
JODOH PILIHAN UMIEntahlah kapan dia terakhir kali melihat Abahnya menangis. Karena saat kejadian kakaknya Sifa dulu pas panas-panasnya Mulki, memang belum berada di Indonesia namun sekarang dia harus melihat Abahnya meneteskan air mata gara-gara satu bajingann itu. Maka makin bulatlah tekad Mulki membalaskan semua dendamnya. Entahlah cara apa yang akan dia gunakan nanti, tapi Mulki sudah meniatkan dan membulatkan tekadnya dalam hati tak akan lagi ada lagi ampunan untuk lelaki macam Rio itu."Aku harus bagaimana sekarang?" gumam Abah Furqon."Sekarang Abah lebih baik menghubungi Mas Rio, kita tantang kapan dia bisa bertemu. Tapi Abah jangan mengatakan bahwa kita akan menanyakan perihal ini, Bah. Terkadang itu kita harus mengimplementasikan agama itu secara fleksibel, Bah. Jangan terlalu kolot saat seperti ini, Bah. Memang kita terkesan untuk ikut campur masalah rumah tangga Mbak Sifa, tetapi lihatlah juga kondisinya, Bah. Tak mungkin kita mengatakan semua pada Mbak Sifa dengan kondis
GADIS PILIHAN MULKI"Wahhh, berarti tak masalah ya Mi tak alim tapi memikili agama islam, mau di arahkan, mau di rubah menjadi lebih baik. Tak masalah kan?" tanya Mulki."Mengapa kau bertanya seperti itu? Apakah kau diam- diam sudah memiliki kandidatnya?" cerca Umi Laila.Entah dari mana ide gila Mulki tiba-tiba muncul. Dia tersenyum penuh arti, sekali dayung dua tiga pulau akan terarungi. Dia tak akan mau menyia- nyiakan ini."Mi, Umi sebentar sebelum Mulki jujur coba katakan, memang seperti apa sih kriteria wanita yang bisa menjadi menantu Umi?" tanya Mulki."Kenapa kau bertanya seperti itu, Le?" sahut balik Umi Laila."Antisipas saja, Mi. Mulki kan sedikit banyak tahu kultur Indonesia, Mi. Berbicara mengenai jodoh kadang merupakan hal yang menyesakkan. Apalagi, masyarakat Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam menentukan kriteria jodoh," jawab Mulki."Pertama pasti lah harus memperhatikan agama calon menantunya. Hal itu agar tidak ada perbedaan persepsi dalam menetapkan tuju
RIO BISAKAH BESOK KITA BERTEMU?"Tapi kan seperti yang Umi pernah dengar gosip yang beredar tentang wanita itu, semua bukanlah gosip yang bisa dibanggakan. Gosip tentang wanita itu adalah gosip yang jelek-jelek saja. Apakah Umi siap sebagai ibu mertua yang akan di cap menantu nya tak tahu agama padahal mertuanya seorang pendakwah? Apakah Umi tak malu?" tanya Mulki."Justru Umi akan pertanyakan balik itu pada dirimu, Mulki. Apakah kau siap memiliki istri semacam itu? Kita main logika saja, wong belum menikah saja dia sudah di gosipkan macam-macam oleh warga sana, apalagi jika menikah denganmu. Apakah kau siap memiliki wanita yang rawan sekali dengan gosip itu semua? Apakah kau tak akan mempermasalahkan masa lalu itu pada istrimu ketika menikah nanti? Apakah kau siap menerima semua konseksuensi itu? Semua akan kamu yang mengambil keputusan, kau lah nanti yang akan menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Jadi semua itu kembalinya ke dirimu, kan yang melakukannya nanti kamu. Apakah kau
INSTING RIOKeesokan harinya, Rio baru tahu jika Bapak mertuanya mengirimkan pesan padanya. Dia segera membukanya agar segera membalasnya. Tak enak jika pesan itu sejak semalam namun di biarkan begitu saja. Tapi saat membaca pesan itu sekali lagi, dia menyadari sesuatu hal yang tidak beres. Berulang kali dia menciba membaca WA nya lagi.[Rio Abah harap besok kita bisa bertemu, untuk tempatnya menyusul akan Abah kirimkan kepadamu karena Abah sedang mengisi kajian besok]"Apakah Abah sudah tahu masalah ini ya?" batin Rio sendiri.Sepertinya Abah Furqon memang sudah tahu tentang masalah ini. Mengingat dari nada perkataannya dalam pesan itu yang terkesan seolah-olah menyiratkan bahwa ada sesuatu hal yang sedang tidak baik-baik saja ingin di bicarakan. Tentulah Abah Furqon bisa tahu dan mendengarnya dari Mulki karena sebelum pulang mereka kan memang kecil.Rio menghela nafasnya panjang. Sekarang dia sedang mencoba berpikir keras dan mencari cara agar bisa menyelesaikan sama permasalahan
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt