UNTUNGLAH ANAKNYA LAKI- LAKI."Mengapa ini bisa terjadi, setahu Abah almarhum ibu mertuanya Sifa itu sangat menyayangi Sifa, amat sangat. Bahkan dulu semasa beliau hidup, dia lah yang selalu memenuhi dan mengabulkan semua kepentingan dan keperluan, Mbakmu. Bahkan saat Sifa dan Rio dulu hampir cerai dan belum melakukan Khulu' iIbunya. Bahkan Ibu nya memberikan banyak sekali perhiasan loh kepada Sifa, Mbakyu mu sendiri yang mengatakan itu kepada Abah dan Umi," sambung Abah."Memang Bah, di surat wasiat pun katanya almarhum Ibu Mas Rio juga masih tak menyukai wanita itu," ucap Mulki."Hahaha, aneh sekali. Tak menyukainya tetapi memberikan wasiat padanya? Bukankah terdengar mengada- ngada?" tanya Abah Furqon."Hal ini karena ada alasan lain lain, Bah," gumam Mulki."Alasan lain?" tanya Abah Furqon. "Iya, Bah. Apa alasan itu?" tanyanya lagi."Karena ternyata Mas Rio memiliki anak darinya," tegas Mulki.Sepersekian detik sepertinya dunia membeku. Rio mengamati perubahan wajah Abahnya, nam
JODOH PILIHAN UMIEntahlah kapan dia terakhir kali melihat Abahnya menangis. Karena saat kejadian kakaknya Sifa dulu pas panas-panasnya Mulki, memang belum berada di Indonesia namun sekarang dia harus melihat Abahnya meneteskan air mata gara-gara satu bajingann itu. Maka makin bulatlah tekad Mulki membalaskan semua dendamnya. Entahlah cara apa yang akan dia gunakan nanti, tapi Mulki sudah meniatkan dan membulatkan tekadnya dalam hati tak akan lagi ada lagi ampunan untuk lelaki macam Rio itu."Aku harus bagaimana sekarang?" gumam Abah Furqon."Sekarang Abah lebih baik menghubungi Mas Rio, kita tantang kapan dia bisa bertemu. Tapi Abah jangan mengatakan bahwa kita akan menanyakan perihal ini, Bah. Terkadang itu kita harus mengimplementasikan agama itu secara fleksibel, Bah. Jangan terlalu kolot saat seperti ini, Bah. Memang kita terkesan untuk ikut campur masalah rumah tangga Mbak Sifa, tetapi lihatlah juga kondisinya, Bah. Tak mungkin kita mengatakan semua pada Mbak Sifa dengan kondis
GADIS PILIHAN MULKI"Wahhh, berarti tak masalah ya Mi tak alim tapi memikili agama islam, mau di arahkan, mau di rubah menjadi lebih baik. Tak masalah kan?" tanya Mulki."Mengapa kau bertanya seperti itu? Apakah kau diam- diam sudah memiliki kandidatnya?" cerca Umi Laila.Entah dari mana ide gila Mulki tiba-tiba muncul. Dia tersenyum penuh arti, sekali dayung dua tiga pulau akan terarungi. Dia tak akan mau menyia- nyiakan ini."Mi, Umi sebentar sebelum Mulki jujur coba katakan, memang seperti apa sih kriteria wanita yang bisa menjadi menantu Umi?" tanya Mulki."Kenapa kau bertanya seperti itu, Le?" sahut balik Umi Laila."Antisipas saja, Mi. Mulki kan sedikit banyak tahu kultur Indonesia, Mi. Berbicara mengenai jodoh kadang merupakan hal yang menyesakkan. Apalagi, masyarakat Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam menentukan kriteria jodoh," jawab Mulki."Pertama pasti lah harus memperhatikan agama calon menantunya. Hal itu agar tidak ada perbedaan persepsi dalam menetapkan tuju
RIO BISAKAH BESOK KITA BERTEMU?"Tapi kan seperti yang Umi pernah dengar gosip yang beredar tentang wanita itu, semua bukanlah gosip yang bisa dibanggakan. Gosip tentang wanita itu adalah gosip yang jelek-jelek saja. Apakah Umi siap sebagai ibu mertua yang akan di cap menantu nya tak tahu agama padahal mertuanya seorang pendakwah? Apakah Umi tak malu?" tanya Mulki."Justru Umi akan pertanyakan balik itu pada dirimu, Mulki. Apakah kau siap memiliki istri semacam itu? Kita main logika saja, wong belum menikah saja dia sudah di gosipkan macam-macam oleh warga sana, apalagi jika menikah denganmu. Apakah kau siap memiliki wanita yang rawan sekali dengan gosip itu semua? Apakah kau tak akan mempermasalahkan masa lalu itu pada istrimu ketika menikah nanti? Apakah kau siap menerima semua konseksuensi itu? Semua akan kamu yang mengambil keputusan, kau lah nanti yang akan menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Jadi semua itu kembalinya ke dirimu, kan yang melakukannya nanti kamu. Apakah kau
INSTING RIOKeesokan harinya, Rio baru tahu jika Bapak mertuanya mengirimkan pesan padanya. Dia segera membukanya agar segera membalasnya. Tak enak jika pesan itu sejak semalam namun di biarkan begitu saja. Tapi saat membaca pesan itu sekali lagi, dia menyadari sesuatu hal yang tidak beres. Berulang kali dia menciba membaca WA nya lagi.[Rio Abah harap besok kita bisa bertemu, untuk tempatnya menyusul akan Abah kirimkan kepadamu karena Abah sedang mengisi kajian besok]"Apakah Abah sudah tahu masalah ini ya?" batin Rio sendiri.Sepertinya Abah Furqon memang sudah tahu tentang masalah ini. Mengingat dari nada perkataannya dalam pesan itu yang terkesan seolah-olah menyiratkan bahwa ada sesuatu hal yang sedang tidak baik-baik saja ingin di bicarakan. Tentulah Abah Furqon bisa tahu dan mendengarnya dari Mulki karena sebelum pulang mereka kan memang kecil.Rio menghela nafasnya panjang. Sekarang dia sedang mencoba berpikir keras dan mencari cara agar bisa menyelesaikan sama permasalahan
UCAPAN SUHADI YANG MENUSUK"Kalau kalian menikah, apakah dia bisa menurut padamu seperti Sifa? Jika tidak, apakah kau tak akan bercerai juga dengannya? Dan kau pikir apakah Sifa mau kembali padamu setelah kau menikahi wanita itu?" cerca Suhadi.Lagi Rio hanya bisa terdiam. Memang Gendhis bukanlah wanita yang bisa dengan mudah diatur dan di taklukkan. Bahkan Rio sendiri juga menyadari bahwa ketika mereka akan menikah nanti tentulah Gendhis tak akan bisa manut dan diatur seperti Sifa."Dari diam mu aku artikan semua yang Bapak katakan berkaitan dengan Gendhis adalah kebenaran. Sedangkan Sifa sangat mencintaimu, dia wanita yang taaat, manut, tak neko- neko, selalu mengalah, mengutamakan suami dan anaknya. Apakah kau tak akan kaget nanti? Kau yang biasa di rajakan akan kebalik menyembah seorang ratu. Apakah kau sanggup?" sindir Suhadi sambil menghabiskan sisa rokoknya."Siapa yang tak tahu betapa cintanya Sifa padamu? Tak ada yang bisa mengingkarinya, Le. Sedangkan aku bertanya padamu se
MENYINGKIRLAH!"Ternyata kau juga ingin tahu tentangku? Tetapi mengapa kau gengsi sekali untuk memberikan nomor hp-nya? Padahal jika kamu memiliki nomor HP lelaki itu, kau bisa bertanya sepuasmu dan mendapatkan berita dengan tingkat keakuratan seratus persen," kata seorang lelaki yang tiba-tiba berada di belakang Mulki."Astagfirulloh," pekik Gendhis kaget.Dia segera menoleh ke arah belakang. Ternyata lelaki itu adalah Mulki, sudah berdiri di belakangnya. Dia tersenyum manis sambil membawa segelas susu kotak yang di beli di Alfamart. "Kenapa kau kaget seperti itu? Bukankah aku lelaki yang kau lihat di instagram itu sambil tersenyum begitu," ledek Mulki pada Gendhis."Kenapa kau tersenyum begitu padaku? Kenapa juga kau bisa ada di tempat ini?" tanya Gendhis."Emang di sini tempat yang privat? Apakah aku tidak boleh masuk sini?" sahut Mulki.Gendhis pun langsung terdiam. Dia memegangi jantungnya dan beristighfar berkali-kali. Karena melihat bangku Gendhis masih kosong, Mulki pun izi
TERNYATA INI KELAKUANMU MAS!"Yang aku inginkan darimu yaitu kamu," jawab Mulki."Apa maksudmu? Bukankah....""MENYINGKIRLAH!" teriak lelaki yang baru datang.Otomatis teriakan lelaki itu membuat Gendis dan Mulki menoleh secara bersamaan. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Rio yang tiba-tiba sudah berada di samping kanan mereka. Tentu saja Rio mendengar beberapa percakapan yang sedang mereka perdebatkan. Tanpa banyak bicara lagi, Rio sekarang datang menghampiri meja tempat Gendhis dan Mulki.Untunglah tak lama segera datang seorang pelayan itu mengantar pesanan Mulki. Sehingga suasana tak langsung panas. Gendhis menghela nafasnya lega. Begitupun dengan Mulki. Pelayan itu saling melirik ke Gendhis dan Mulki lalu Rio."Saya pesan yang sama Mbak," perintah Rio. Tanpa banyak bicara, pelayan itu hanya menganggukkan kepalanya saja."Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Rio memandang dengan berang ke arah Mulki tak lama setelah pelayan wanita itu pergi."Maksudku? Maksudku yang man