INSTING RIOKeesokan harinya, Rio baru tahu jika Bapak mertuanya mengirimkan pesan padanya. Dia segera membukanya agar segera membalasnya. Tak enak jika pesan itu sejak semalam namun di biarkan begitu saja. Tapi saat membaca pesan itu sekali lagi, dia menyadari sesuatu hal yang tidak beres. Berulang kali dia menciba membaca WA nya lagi.[Rio Abah harap besok kita bisa bertemu, untuk tempatnya menyusul akan Abah kirimkan kepadamu karena Abah sedang mengisi kajian besok]"Apakah Abah sudah tahu masalah ini ya?" batin Rio sendiri.Sepertinya Abah Furqon memang sudah tahu tentang masalah ini. Mengingat dari nada perkataannya dalam pesan itu yang terkesan seolah-olah menyiratkan bahwa ada sesuatu hal yang sedang tidak baik-baik saja ingin di bicarakan. Tentulah Abah Furqon bisa tahu dan mendengarnya dari Mulki karena sebelum pulang mereka kan memang kecil.Rio menghela nafasnya panjang. Sekarang dia sedang mencoba berpikir keras dan mencari cara agar bisa menyelesaikan sama permasalahan
UCAPAN SUHADI YANG MENUSUK"Kalau kalian menikah, apakah dia bisa menurut padamu seperti Sifa? Jika tidak, apakah kau tak akan bercerai juga dengannya? Dan kau pikir apakah Sifa mau kembali padamu setelah kau menikahi wanita itu?" cerca Suhadi.Lagi Rio hanya bisa terdiam. Memang Gendhis bukanlah wanita yang bisa dengan mudah diatur dan di taklukkan. Bahkan Rio sendiri juga menyadari bahwa ketika mereka akan menikah nanti tentulah Gendhis tak akan bisa manut dan diatur seperti Sifa."Dari diam mu aku artikan semua yang Bapak katakan berkaitan dengan Gendhis adalah kebenaran. Sedangkan Sifa sangat mencintaimu, dia wanita yang taaat, manut, tak neko- neko, selalu mengalah, mengutamakan suami dan anaknya. Apakah kau tak akan kaget nanti? Kau yang biasa di rajakan akan kebalik menyembah seorang ratu. Apakah kau sanggup?" sindir Suhadi sambil menghabiskan sisa rokoknya."Siapa yang tak tahu betapa cintanya Sifa padamu? Tak ada yang bisa mengingkarinya, Le. Sedangkan aku bertanya padamu se
MENYINGKIRLAH!"Ternyata kau juga ingin tahu tentangku? Tetapi mengapa kau gengsi sekali untuk memberikan nomor hp-nya? Padahal jika kamu memiliki nomor HP lelaki itu, kau bisa bertanya sepuasmu dan mendapatkan berita dengan tingkat keakuratan seratus persen," kata seorang lelaki yang tiba-tiba berada di belakang Mulki."Astagfirulloh," pekik Gendhis kaget.Dia segera menoleh ke arah belakang. Ternyata lelaki itu adalah Mulki, sudah berdiri di belakangnya. Dia tersenyum manis sambil membawa segelas susu kotak yang di beli di Alfamart. "Kenapa kau kaget seperti itu? Bukankah aku lelaki yang kau lihat di instagram itu sambil tersenyum begitu," ledek Mulki pada Gendhis."Kenapa kau tersenyum begitu padaku? Kenapa juga kau bisa ada di tempat ini?" tanya Gendhis."Emang di sini tempat yang privat? Apakah aku tidak boleh masuk sini?" sahut Mulki.Gendhis pun langsung terdiam. Dia memegangi jantungnya dan beristighfar berkali-kali. Karena melihat bangku Gendhis masih kosong, Mulki pun izi
TERNYATA INI KELAKUANMU MAS!"Yang aku inginkan darimu yaitu kamu," jawab Mulki."Apa maksudmu? Bukankah....""MENYINGKIRLAH!" teriak lelaki yang baru datang.Otomatis teriakan lelaki itu membuat Gendis dan Mulki menoleh secara bersamaan. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Rio yang tiba-tiba sudah berada di samping kanan mereka. Tentu saja Rio mendengar beberapa percakapan yang sedang mereka perdebatkan. Tanpa banyak bicara lagi, Rio sekarang datang menghampiri meja tempat Gendhis dan Mulki.Untunglah tak lama segera datang seorang pelayan itu mengantar pesanan Mulki. Sehingga suasana tak langsung panas. Gendhis menghela nafasnya lega. Begitupun dengan Mulki. Pelayan itu saling melirik ke Gendhis dan Mulki lalu Rio."Saya pesan yang sama Mbak," perintah Rio. Tanpa banyak bicara, pelayan itu hanya menganggukkan kepalanya saja."Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Rio memandang dengan berang ke arah Mulki tak lama setelah pelayan wanita itu pergi."Maksudku? Maksudku yang man
JANGAN PLAYING VICTIM & MANIPULATIF!"Benarkah semua yang di katakan adik iparmu itu, Mas?" tanya Gendhis dengan nada suara bergetar dan mata berkaca- kaca."Gendhis, bukan begitu. Kau salah paham dengan semua ucapan Mulki. Kondisi tidak seperti itu, Gendhis. Kau jangan salah paham, dia ini lelaki yang pandai mempermainkan kata-katanya sehingga membuat kita salah paham seperti ini. Dengarkan dulu penjelasanku," kata Rio.Gendhis hanya tersenyum kecut, sedangkan Mulki langsung senyum sinis penuh arti. Rio menghela nafas panjang. Dia menatap Gendhis dengan tatapan nanar. Saat ini Mulki baru menyadari bahwa Rio sangat mencintai wanita di depannya lewat tatapan matanya."Gendis, please sekali ini dengarkan aku dan semua penjelasanku. Memang aku akui bahwa semua yang di katakan Mulki tak semua nya salah juga. Aku menjelaskan tentang hubungan kita, tapi tak sedetails itu juga. Pertama dia memang sudah tahu hubunganku denganmu dari Sifa dulu. Jadi aku hanya memvalidasi saja, itu adalah fakt
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia