BENANG MERAH!"Aku akan mengatakan padamu, tetapi aku memiliki permintaan pada Mbak Sifa," ucap Mulki."Ya Allah, Dek! Apa lagi, kau itu aneh-aneh saja. Mengapa memanfaatkan keadaan? Tadi kan sudah meminta untuk dibuatkan kopi sudah tak buatkan. Lalu sekarang apalagi?" tanya Sifa."Mulki hanya ingin sekarang Mbak Sifa berjanji saja, apapun yang Mulki katakan Mbak tak akan memikirkan lagi. Mbak sekarang kan ada Humaira. Jangan katakan apa rencana mulki ke depan juga pada Umi Laila," ucap Mulki."Mau atau tidak? Syaratnya Mbak juga harus berjanji dulu kita kesepakatan di awal, jika Mbak Sifa mau maka aku akan menjelaskannya. Tapi jika Mbak Sifa tak mau maka aku tak akan mau menjelaskannya dan tak akan ku beritahu bagaimana sebenarnya," ancam Mulki."Iya, iya. Mbak Sifa mau sepakat, Mbak janji," ujar Sifa tersenyum.Dia pun sebenarnya senang juga ternyata adiknya sangat peduli dan perhatian sekali dengannya. Meskipun caranya mungkin agak unik juga. Mulki nampak menghela nafasnya panjang
RENCANA GILA MULKI"Umi itu belum tahu tentang Gendis kan?" tanya Mulki. Sifa menggelengkan kepalanya."Mbak ingin memberitahu Umi dulu, tapi Umi tak mau," jawab Sifa."Kenapa Umi tak mau, Mbak?" tanya Mulki penasaran."Kau seperti tak kenal Umi saja. Mana mau Umi mendengar gosip seperti itu, meskipun itu kenyataan sekalipun jika menjelekkan orang lain maka tak jamin Umi tak mau mendengarkannya karena tak ingin memiliki pikiran buruk kepada orang lain. Apalagi ini masalah rumah tangga anaknya, setiap Mbak Sifa ingin curhat selalu Umi berkata jangan gampang menjelekkan suamimu lagi, Nduk. Jangan buat Umi membenci suamimu, kalau tidak itu aib rumah tanggamu kalau kau masih ingin bersama Rio simpan semua itu, dia tak mau dan tak ingin tahu tentang Gendis karena takut berburuk sangka," jelas Sifa.Mulki terdiam, memang benar apa yang di katakan kakak perempuannya itu. Selama ini Umi nya selalu berbaik sangka, lemah lembut, dan mengajarkan tak menjadi pendendam pada ana- anaknya. Bahkan
PERDEBATAN PANJANG SEBELUM KEMBALI KE SURABAYA"Sayang, kapan jadinya kita kembali ke Surabaya? Kita sudah tiga hari di sini," ucap Pohan."Kau bisa pulang kapan pun Ko. Aku sepertinya belum bisa kembali dalam waktu dekat ini. Aku ingin tetap di sini beberapa hari," ujar Gendhis."Ck! Kenapa? Ada apa lagi? Apa urusanmu yang belum selesai? Masalah akta lagi? Gendhis, jangan egois. Ikutlah kembali ke Surabaya, bukankah semua sudah clear? Kita niatnya ke sini hanya untuk mengunjungi rumah ini saja kan?" cerca Pohan dengan sejuta pertanyaan. "Aku ingin memperbaiki hubungan dengan Mamaku, Ko. Itu saja. Apalagi setelah kejadian kemarin, rasanya aku ingin berdamai dengan Mamaku sebelum kembali ke Surabaya," jawab Gendhis.Memang dia ingin berdamai dengan Mamanya. Setelah kajian kemarin dia takut akan terjadi apa- apa dengan Ibunya dan aka menyesal nantinya. Apalagi selama ini dia dan Pohan bisa di katakan tinggal bersama dalam tanda kutip kumpul Kebo, sedangkan Kai putra nya juga makin bes
APA HUBUNGAN KALIAN?"Aku juga ingin kau menikah, aku ingin kau hidup dengan bahagia dan memiliki tempat pulang ke rumah, Ko," lanjut Gendhis."Apakah itu artinya kau berniat untuk menyudahi hubungan ini?" tanya Pohan."Tidak, Ko. Aku tidak berniat begitu, bukankah itu terdengar sangat jahat dan tak tahu diri? Aku hanya ingin kita saling sendiri, intropeksi diri, merenung, dan mencoba memikirkan lagi begitu," jawab Gendhis."Tentang?""Hubungan kita ini. Tak mungkin kan kapan terus berlayar tanpa arah dan tujuan. Ko, marilah kita memikirkan solusi bersama bagaimana jika memang kita sudah tidak mungkin bersama lagi? Tembok kita terlalu terjal di depan mata, meloncatinya tak mungkin karena atasnya adalah kawat berduri, meruntuhkannya tak mungkin karena beton tebal di lengkapi dengan kawat besi nam- naman. Kita tak sanggup merobohkannya maupun meloncatinya. Lalu apa yang harus kita perbuat?" tanya Gendhis."Aku yang salah di sini, Ko. Aku yang memulai mencari penyakit dengan memaksa bers
BAYANGKAN LELAKI YANG MENIKAHI ANAKMU ITU SEPERTIMU!Pohan berangkat dengan adik Gendhis, mobil itu melaju meninggalkan kompleks perumahan milik Gendhis. Wanita itu pun segera masuk ke dalam rumah. Namun tanpa Gendhis sadari sepasang mata mengawasi mereka."Apa hubungan kalian," gumamnya.Lelaki itu tak lain adalah Mulki. Dia memang sengaja ke kos- kosan milik Gendhis karen penasaran mengapa adik lelaki Gendhis tidak mau memberikan nomornya juga. Kebetulan juga dia adalah memiliki jadwal dengan ceramah Abah di kampus sebelah. Jadi sekalian saja pikir Mulki mampir.Mulki terkejut saat dia datang menemui gadis itu, ternyata Gendis berada di luar bersama seorang lelaki. Mereka nampak seperti sebuah keluarga yang bahagia. Gendis juga melihat seorang anak remaja laki-laki yang tanggung yang sepertinya di foto profil adalah lelaki yang dia hubungi kemarin untuk menanyakan masalah kos-kosan yang mengaku adik Gendhis. Mulki memutuskan untuk pergi, tak baik rasanya mendatangi Gendis sekaran
BUDE ASIH"Jangan mudah menyakiti hati perempuan, saat kamu terbesit untuk menyakiti hati perempuan bayangkan wajah anakmu jangan bayangkan istrimu! Jika ada laki-laki yang akan menikahi anakmu dan dia berlaku sama persis seperti dirimu, apakah kamu ikhlas menyerahkan anak perempuan kepada lelaki?" sindir Umi Laila."I-iya, Mi," kata Rio tergagap."Apa yang sedang di bicarakan, Mi? Asik sekali tampaknya," seloroh Sifa saat datang membawakan segelas es teh."Minumlah, Mas," perintah Sifa sambil menyuguhkan es teh dan gorengan."Farhat! Salim dulu, Nak! Lihat Abi di sini," perintah Sifa.Tak lama Farhat pun masuk ke dalam kamar Sifa, dia langsung menyalami Abinya. Namun Farhat bersikap diam dan tak banyak bicara. Semenjak Farhat tahu hubungan antara Umi dan Abinya tidak akur karena masalah perselingkuhan itu, Farhat pun sudah tidak pernah lagi mengidolakan sosok Ayah atau Abi. Dia seperti kehilangan sosok Ayah pada diri Rio yang harus di banggakan.Ketika bertemu dengan Abinya, dia le
TOKO BUAH DAN BUDE ASIH!"Loh bukankah wanita itu yang datang melayat saat acara Mbakyu Pur. Siapa dia? Apa jangan- jangan wanita itu adalah sosok wanita yang sering di ceritakan oleh Mbakyu Purwati ya? Wah tak bisa dibiarkan ini! Kalau Rio pegatan bagaimana? Aku harus mencegahnya!" gumam Bude Asih.Dia pun segera keluar dari mobil. Dia sengaja tak langsung menghampiri Rio, sebelum keluar dia mematikan mobil itu. Dia menajamkan indra pendengarannya."Baby! Kenapa kau susah- susah membelikan ini semua? Kok kau repot- repot sekali, untuk apa?" tanya Rio."Untuk Ibumu, nanti acara dzikir fida'," jawab Gendhis."Kenapa kau melakukan ini semua?" kata Rio sedikit terkejut."Bukankah dari awal kau tahu itu? Aku melakukan ini semua bukan untukmu tapi demi Ibumu," jelasnya."Tapi, Ibuku kan...""Sttt! Tak baik membahas yang kejadian yang sudah lalu. Lagian apa masalahnya? Toh Ibumu juga sudah tidak ada. Bagaimanapun juga dia telah melahirkan dirimu, setidaknya aku harus berterima kasih untuk
WASIAT YANG DI BUAT- BUAT?"Kenapa kau diam? Kena serangan stroke? Atau bisu mendadak?" cerca Bude Asih."Ah tidak Bude. Saya hanya fokus menyetir saja, saya tidak paham apa makud Bude," kilah Rio."Kenapa? Bukankah benar? Dia kan wanita yang membuatmu berubah bajingan" sindir Bude Asih.Lagi Rio hanya bisa terdiam mendnegar semua ucapan Bude Asih. Dia tak bisa mengelak dengan semua sindirannya itu, namun di sisi lain dia pun tak bisa juga untuk menyanggahnya. Rio memilih untuk berpura-pura tak mendengar semua ucapan Bude nya itu."Jawab lah kalau kau lelaki dna punya mulut. Gemas sekali aku dengan tingkahmu! Kau itu sudah tua, usamu juga hampir kepala empat lebih! Sampai kapan kau akan menjadi bajingann sepeti ini, Rio? Hah? Kau tak memikirkan keadaan anakmu? Aku memang tak menyukai keluarga Sifa yang sok alim itu, namun bukan berarti aku membenarkan tingkah bangsaatmu!" hardik Bude Asih."Pikirkanlah panjang dan seribu kali setiap kau mengambil keputusan. Kau pikir hidupmu selalu m