SYARAT DARI MULKISifa sungguh terkejut dengan apa yang dilihatnya barusan. Dia melihat Gendis mengupdate status di sosial medianya. Setelah sekian lama media sosial itu menganggur. Bahkan Sifa sering kali melihat media sosial, menyalakan notice khusus untuk instagram Gendhis. Walaupun tak ada yang baru di sana, karena saking penasarannya mengapa gadis itu tiba- tiba meninggalkan sosial media padahal dulu dia sangat rutin bermain medsos. Gendhis memang telah meninggalkan sosial media setelah kejadian Sifa dan almarhum mertuanya melabrak ke kos-kosan dulu. Ini yang membuat Sifa terkejut, kali ini adalah Gendhis nampak memposting seorang lelaki bersama anak kecil yang tidur berpelukan."Ahhhh! Sayang sekali mengapa angel sudutnya seperti ini," keluh Gendhis.Foto itu diambil dari sudut yang berlainan arah, sehingga nampak kecil dan tidak jelas siapa yang ada di sana. Namun Sifa amat sangat tahu detail rumah itu yang tak asing baginya. Itu adalah rumah kos- kosan yang Sifa pernah datang
BENANG MERAH!"Aku akan mengatakan padamu, tetapi aku memiliki permintaan pada Mbak Sifa," ucap Mulki."Ya Allah, Dek! Apa lagi, kau itu aneh-aneh saja. Mengapa memanfaatkan keadaan? Tadi kan sudah meminta untuk dibuatkan kopi sudah tak buatkan. Lalu sekarang apalagi?" tanya Sifa."Mulki hanya ingin sekarang Mbak Sifa berjanji saja, apapun yang Mulki katakan Mbak tak akan memikirkan lagi. Mbak sekarang kan ada Humaira. Jangan katakan apa rencana mulki ke depan juga pada Umi Laila," ucap Mulki."Mau atau tidak? Syaratnya Mbak juga harus berjanji dulu kita kesepakatan di awal, jika Mbak Sifa mau maka aku akan menjelaskannya. Tapi jika Mbak Sifa tak mau maka aku tak akan mau menjelaskannya dan tak akan ku beritahu bagaimana sebenarnya," ancam Mulki."Iya, iya. Mbak Sifa mau sepakat, Mbak janji," ujar Sifa tersenyum.Dia pun sebenarnya senang juga ternyata adiknya sangat peduli dan perhatian sekali dengannya. Meskipun caranya mungkin agak unik juga. Mulki nampak menghela nafasnya panjang
RENCANA GILA MULKI"Umi itu belum tahu tentang Gendis kan?" tanya Mulki. Sifa menggelengkan kepalanya."Mbak ingin memberitahu Umi dulu, tapi Umi tak mau," jawab Sifa."Kenapa Umi tak mau, Mbak?" tanya Mulki penasaran."Kau seperti tak kenal Umi saja. Mana mau Umi mendengar gosip seperti itu, meskipun itu kenyataan sekalipun jika menjelekkan orang lain maka tak jamin Umi tak mau mendengarkannya karena tak ingin memiliki pikiran buruk kepada orang lain. Apalagi ini masalah rumah tangga anaknya, setiap Mbak Sifa ingin curhat selalu Umi berkata jangan gampang menjelekkan suamimu lagi, Nduk. Jangan buat Umi membenci suamimu, kalau tidak itu aib rumah tanggamu kalau kau masih ingin bersama Rio simpan semua itu, dia tak mau dan tak ingin tahu tentang Gendis karena takut berburuk sangka," jelas Sifa.Mulki terdiam, memang benar apa yang di katakan kakak perempuannya itu. Selama ini Umi nya selalu berbaik sangka, lemah lembut, dan mengajarkan tak menjadi pendendam pada ana- anaknya. Bahkan
PERDEBATAN PANJANG SEBELUM KEMBALI KE SURABAYA"Sayang, kapan jadinya kita kembali ke Surabaya? Kita sudah tiga hari di sini," ucap Pohan."Kau bisa pulang kapan pun Ko. Aku sepertinya belum bisa kembali dalam waktu dekat ini. Aku ingin tetap di sini beberapa hari," ujar Gendhis."Ck! Kenapa? Ada apa lagi? Apa urusanmu yang belum selesai? Masalah akta lagi? Gendhis, jangan egois. Ikutlah kembali ke Surabaya, bukankah semua sudah clear? Kita niatnya ke sini hanya untuk mengunjungi rumah ini saja kan?" cerca Pohan dengan sejuta pertanyaan. "Aku ingin memperbaiki hubungan dengan Mamaku, Ko. Itu saja. Apalagi setelah kejadian kemarin, rasanya aku ingin berdamai dengan Mamaku sebelum kembali ke Surabaya," jawab Gendhis.Memang dia ingin berdamai dengan Mamanya. Setelah kajian kemarin dia takut akan terjadi apa- apa dengan Ibunya dan aka menyesal nantinya. Apalagi selama ini dia dan Pohan bisa di katakan tinggal bersama dalam tanda kutip kumpul Kebo, sedangkan Kai putra nya juga makin bes
APA HUBUNGAN KALIAN?"Aku juga ingin kau menikah, aku ingin kau hidup dengan bahagia dan memiliki tempat pulang ke rumah, Ko," lanjut Gendhis."Apakah itu artinya kau berniat untuk menyudahi hubungan ini?" tanya Pohan."Tidak, Ko. Aku tidak berniat begitu, bukankah itu terdengar sangat jahat dan tak tahu diri? Aku hanya ingin kita saling sendiri, intropeksi diri, merenung, dan mencoba memikirkan lagi begitu," jawab Gendhis."Tentang?""Hubungan kita ini. Tak mungkin kan kapan terus berlayar tanpa arah dan tujuan. Ko, marilah kita memikirkan solusi bersama bagaimana jika memang kita sudah tidak mungkin bersama lagi? Tembok kita terlalu terjal di depan mata, meloncatinya tak mungkin karena atasnya adalah kawat berduri, meruntuhkannya tak mungkin karena beton tebal di lengkapi dengan kawat besi nam- naman. Kita tak sanggup merobohkannya maupun meloncatinya. Lalu apa yang harus kita perbuat?" tanya Gendhis."Aku yang salah di sini, Ko. Aku yang memulai mencari penyakit dengan memaksa bers
BAYANGKAN LELAKI YANG MENIKAHI ANAKMU ITU SEPERTIMU!Pohan berangkat dengan adik Gendhis, mobil itu melaju meninggalkan kompleks perumahan milik Gendhis. Wanita itu pun segera masuk ke dalam rumah. Namun tanpa Gendhis sadari sepasang mata mengawasi mereka."Apa hubungan kalian," gumamnya.Lelaki itu tak lain adalah Mulki. Dia memang sengaja ke kos- kosan milik Gendhis karen penasaran mengapa adik lelaki Gendhis tidak mau memberikan nomornya juga. Kebetulan juga dia adalah memiliki jadwal dengan ceramah Abah di kampus sebelah. Jadi sekalian saja pikir Mulki mampir.Mulki terkejut saat dia datang menemui gadis itu, ternyata Gendis berada di luar bersama seorang lelaki. Mereka nampak seperti sebuah keluarga yang bahagia. Gendis juga melihat seorang anak remaja laki-laki yang tanggung yang sepertinya di foto profil adalah lelaki yang dia hubungi kemarin untuk menanyakan masalah kos-kosan yang mengaku adik Gendhis. Mulki memutuskan untuk pergi, tak baik rasanya mendatangi Gendis sekaran
BUDE ASIH"Jangan mudah menyakiti hati perempuan, saat kamu terbesit untuk menyakiti hati perempuan bayangkan wajah anakmu jangan bayangkan istrimu! Jika ada laki-laki yang akan menikahi anakmu dan dia berlaku sama persis seperti dirimu, apakah kamu ikhlas menyerahkan anak perempuan kepada lelaki?" sindir Umi Laila."I-iya, Mi," kata Rio tergagap."Apa yang sedang di bicarakan, Mi? Asik sekali tampaknya," seloroh Sifa saat datang membawakan segelas es teh."Minumlah, Mas," perintah Sifa sambil menyuguhkan es teh dan gorengan."Farhat! Salim dulu, Nak! Lihat Abi di sini," perintah Sifa.Tak lama Farhat pun masuk ke dalam kamar Sifa, dia langsung menyalami Abinya. Namun Farhat bersikap diam dan tak banyak bicara. Semenjak Farhat tahu hubungan antara Umi dan Abinya tidak akur karena masalah perselingkuhan itu, Farhat pun sudah tidak pernah lagi mengidolakan sosok Ayah atau Abi. Dia seperti kehilangan sosok Ayah pada diri Rio yang harus di banggakan.Ketika bertemu dengan Abinya, dia le
TOKO BUAH DAN BUDE ASIH!"Loh bukankah wanita itu yang datang melayat saat acara Mbakyu Pur. Siapa dia? Apa jangan- jangan wanita itu adalah sosok wanita yang sering di ceritakan oleh Mbakyu Purwati ya? Wah tak bisa dibiarkan ini! Kalau Rio pegatan bagaimana? Aku harus mencegahnya!" gumam Bude Asih.Dia pun segera keluar dari mobil. Dia sengaja tak langsung menghampiri Rio, sebelum keluar dia mematikan mobil itu. Dia menajamkan indra pendengarannya."Baby! Kenapa kau susah- susah membelikan ini semua? Kok kau repot- repot sekali, untuk apa?" tanya Rio."Untuk Ibumu, nanti acara dzikir fida'," jawab Gendhis."Kenapa kau melakukan ini semua?" kata Rio sedikit terkejut."Bukankah dari awal kau tahu itu? Aku melakukan ini semua bukan untukmu tapi demi Ibumu," jelasnya."Tapi, Ibuku kan...""Sttt! Tak baik membahas yang kejadian yang sudah lalu. Lagian apa masalahnya? Toh Ibumu juga sudah tidak ada. Bagaimanapun juga dia telah melahirkan dirimu, setidaknya aku harus berterima kasih untuk
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt