PERDEBATAN PANJANG SEBELUM KEMBALI KE SURABAYA"Sayang, kapan jadinya kita kembali ke Surabaya? Kita sudah tiga hari di sini," ucap Pohan."Kau bisa pulang kapan pun Ko. Aku sepertinya belum bisa kembali dalam waktu dekat ini. Aku ingin tetap di sini beberapa hari," ujar Gendhis."Ck! Kenapa? Ada apa lagi? Apa urusanmu yang belum selesai? Masalah akta lagi? Gendhis, jangan egois. Ikutlah kembali ke Surabaya, bukankah semua sudah clear? Kita niatnya ke sini hanya untuk mengunjungi rumah ini saja kan?" cerca Pohan dengan sejuta pertanyaan. "Aku ingin memperbaiki hubungan dengan Mamaku, Ko. Itu saja. Apalagi setelah kejadian kemarin, rasanya aku ingin berdamai dengan Mamaku sebelum kembali ke Surabaya," jawab Gendhis.Memang dia ingin berdamai dengan Mamanya. Setelah kajian kemarin dia takut akan terjadi apa- apa dengan Ibunya dan aka menyesal nantinya. Apalagi selama ini dia dan Pohan bisa di katakan tinggal bersama dalam tanda kutip kumpul Kebo, sedangkan Kai putra nya juga makin bes
APA HUBUNGAN KALIAN?"Aku juga ingin kau menikah, aku ingin kau hidup dengan bahagia dan memiliki tempat pulang ke rumah, Ko," lanjut Gendhis."Apakah itu artinya kau berniat untuk menyudahi hubungan ini?" tanya Pohan."Tidak, Ko. Aku tidak berniat begitu, bukankah itu terdengar sangat jahat dan tak tahu diri? Aku hanya ingin kita saling sendiri, intropeksi diri, merenung, dan mencoba memikirkan lagi begitu," jawab Gendhis."Tentang?""Hubungan kita ini. Tak mungkin kan kapan terus berlayar tanpa arah dan tujuan. Ko, marilah kita memikirkan solusi bersama bagaimana jika memang kita sudah tidak mungkin bersama lagi? Tembok kita terlalu terjal di depan mata, meloncatinya tak mungkin karena atasnya adalah kawat berduri, meruntuhkannya tak mungkin karena beton tebal di lengkapi dengan kawat besi nam- naman. Kita tak sanggup merobohkannya maupun meloncatinya. Lalu apa yang harus kita perbuat?" tanya Gendhis."Aku yang salah di sini, Ko. Aku yang memulai mencari penyakit dengan memaksa bers
BAYANGKAN LELAKI YANG MENIKAHI ANAKMU ITU SEPERTIMU!Pohan berangkat dengan adik Gendhis, mobil itu melaju meninggalkan kompleks perumahan milik Gendhis. Wanita itu pun segera masuk ke dalam rumah. Namun tanpa Gendhis sadari sepasang mata mengawasi mereka."Apa hubungan kalian," gumamnya.Lelaki itu tak lain adalah Mulki. Dia memang sengaja ke kos- kosan milik Gendhis karen penasaran mengapa adik lelaki Gendhis tidak mau memberikan nomornya juga. Kebetulan juga dia adalah memiliki jadwal dengan ceramah Abah di kampus sebelah. Jadi sekalian saja pikir Mulki mampir.Mulki terkejut saat dia datang menemui gadis itu, ternyata Gendis berada di luar bersama seorang lelaki. Mereka nampak seperti sebuah keluarga yang bahagia. Gendis juga melihat seorang anak remaja laki-laki yang tanggung yang sepertinya di foto profil adalah lelaki yang dia hubungi kemarin untuk menanyakan masalah kos-kosan yang mengaku adik Gendhis. Mulki memutuskan untuk pergi, tak baik rasanya mendatangi Gendis sekaran
BUDE ASIH"Jangan mudah menyakiti hati perempuan, saat kamu terbesit untuk menyakiti hati perempuan bayangkan wajah anakmu jangan bayangkan istrimu! Jika ada laki-laki yang akan menikahi anakmu dan dia berlaku sama persis seperti dirimu, apakah kamu ikhlas menyerahkan anak perempuan kepada lelaki?" sindir Umi Laila."I-iya, Mi," kata Rio tergagap."Apa yang sedang di bicarakan, Mi? Asik sekali tampaknya," seloroh Sifa saat datang membawakan segelas es teh."Minumlah, Mas," perintah Sifa sambil menyuguhkan es teh dan gorengan."Farhat! Salim dulu, Nak! Lihat Abi di sini," perintah Sifa.Tak lama Farhat pun masuk ke dalam kamar Sifa, dia langsung menyalami Abinya. Namun Farhat bersikap diam dan tak banyak bicara. Semenjak Farhat tahu hubungan antara Umi dan Abinya tidak akur karena masalah perselingkuhan itu, Farhat pun sudah tidak pernah lagi mengidolakan sosok Ayah atau Abi. Dia seperti kehilangan sosok Ayah pada diri Rio yang harus di banggakan.Ketika bertemu dengan Abinya, dia le
TOKO BUAH DAN BUDE ASIH!"Loh bukankah wanita itu yang datang melayat saat acara Mbakyu Pur. Siapa dia? Apa jangan- jangan wanita itu adalah sosok wanita yang sering di ceritakan oleh Mbakyu Purwati ya? Wah tak bisa dibiarkan ini! Kalau Rio pegatan bagaimana? Aku harus mencegahnya!" gumam Bude Asih.Dia pun segera keluar dari mobil. Dia sengaja tak langsung menghampiri Rio, sebelum keluar dia mematikan mobil itu. Dia menajamkan indra pendengarannya."Baby! Kenapa kau susah- susah membelikan ini semua? Kok kau repot- repot sekali, untuk apa?" tanya Rio."Untuk Ibumu, nanti acara dzikir fida'," jawab Gendhis."Kenapa kau melakukan ini semua?" kata Rio sedikit terkejut."Bukankah dari awal kau tahu itu? Aku melakukan ini semua bukan untukmu tapi demi Ibumu," jelasnya."Tapi, Ibuku kan...""Sttt! Tak baik membahas yang kejadian yang sudah lalu. Lagian apa masalahnya? Toh Ibumu juga sudah tidak ada. Bagaimanapun juga dia telah melahirkan dirimu, setidaknya aku harus berterima kasih untuk
WASIAT YANG DI BUAT- BUAT?"Kenapa kau diam? Kena serangan stroke? Atau bisu mendadak?" cerca Bude Asih."Ah tidak Bude. Saya hanya fokus menyetir saja, saya tidak paham apa makud Bude," kilah Rio."Kenapa? Bukankah benar? Dia kan wanita yang membuatmu berubah bajingan" sindir Bude Asih.Lagi Rio hanya bisa terdiam mendnegar semua ucapan Bude Asih. Dia tak bisa mengelak dengan semua sindirannya itu, namun di sisi lain dia pun tak bisa juga untuk menyanggahnya. Rio memilih untuk berpura-pura tak mendengar semua ucapan Bude nya itu."Jawab lah kalau kau lelaki dna punya mulut. Gemas sekali aku dengan tingkahmu! Kau itu sudah tua, usamu juga hampir kepala empat lebih! Sampai kapan kau akan menjadi bajingann sepeti ini, Rio? Hah? Kau tak memikirkan keadaan anakmu? Aku memang tak menyukai keluarga Sifa yang sok alim itu, namun bukan berarti aku membenarkan tingkah bangsaatmu!" hardik Bude Asih."Pikirkanlah panjang dan seribu kali setiap kau mengambil keputusan. Kau pikir hidupmu selalu m
ANCAMAN BUDE ASIH!"Bude, Ibu memberikan wasiat kepada Bapak tentang Gendis," ucap Rio."Apa?" sahut Bude Asih kaget dan terkejut. Suhadi tidak pernah mengatakan apapun tentang wasiat ini."Kau jangan mengada- ngada!" tegur Bude Asih."Sumpah Bude! Masak iya Rio mau mengada- ngada masalah seperti ini, Bude? Ini mengenai almarhum Ibu, Bude. Rio tak seberani itu berbohong," sanggah Rio.Bude Asih terdiam sesaat, benar juga ucapan Rio. Tak lucu rasanya jika mempermasalahkan wasiat dengan orang yang sudah meninggal. Bude Asih menatap Rio dengan tatapan serius."Katakan padaku! Cepat! Apa wasiatnya?" tanya Bude Asih tak sabar."Bude, Rio pun juga tidak tahu apa wasiat itu, karena Ibu berpesan pada Bapak saja. Sebenarnya Rio pun juga heran karena menurut Rio aneh saja, Bude. Mengapa Ibu tiba- tiba memberikan wasiat pada Bapak mengenai Gendhis? Sungguh ini di luar prediksi Rio, Bude. Logika Rio tak sampai sana. Seperti yang Bude tahu, semasa hidup kan Ibu tak menyukai Gendis, seharusnya ibu
ACARA TUJUH HARIAN"Lalu kenapa tiba- tiba Mbakyu ku membuat wasiat untuk Sundal itu? Sedangkan aku tak tahu. Lucu," sahut Bude Asih."Duduklah sih aku akan menceritakan awal mulanya padamu, namun aku tidak bisa mengatakan wasiat itu sekarang," jelas Suhadi."Kenapa lagi?" tanya Bude Asih dengan tatapan curiganya."Kenapa kau seakan terlihat melindungi wasiat itu? Kenapa kau tak mau aku mendengarnya?" sambungnya."Bukan begitu, Asih. Dengarkan aku dulu, aku pun belum mengatakan kepada siapapun. Aku ingin terlebih dahulu untuk mengatakan pada orang yang di beri wasiat dalam islam itu. Silahkan kalau kau memang mau mendengarkannya tapi besok lusa, saat Gendhis pun juga hadir dan ada. Namun kalau kau ingin aku mengatakannya sekarang makan percuma, aku tak akan bicara," tegas Suhadi."Memang gadis itu mau datang? Cih, tak punya malu," seloroh Bude Asih."Aku sudah mengundang gadis itu untuk ke sini, besok. Jadi dia bisa aku pastikan akan datang. Bahkan aku memiliki bukti jika Mbakyu mu be