MULKI DAN CLUB MALAM!Gendis menutup teleponnya, dia menghela nafas panjang. Berkelebat banyak bayangan Bapak Rio, Rio, Kai, Pohan di kepala Gendhis. Bahkan dia masih ingat sekali saat Ibu Rio mencaci maki dirinya bersama Sifa. Gendhis masih ingat betul bagaimana sakit hatinya, dia memang memilih mundur karena mencari aman dan tak mau ribut.Dia membaca situasi saat itu sangat tak menguntungkan. Apalagi da sadar dengan btul posisi nya memang salah, apalagi saat itu juga Gendhis benar- benar ingin memutuskan hubungannya dengan Rio. Namun kalah cepat saja karena ketahuan."Siapa?" tanya Mama Gendhis, Ririn yang cukup membuat Gendhis terkejut."Oh bukan siapa- siapa kok, Mas. Aku tak keluar sebentar ya, Mah," pamit Gendhis."Mau ke mana malam-malam begini? Mbok ya berubah, kau itu harus ingat bahwa dirimu tak seperti dulu lagi, Gendhis. Sekarang kau itu sudah dewasa, kau sudah punya anak! Lihatlah anakmu," tegur Ririn sambil menunjukkan Kai.Kali ini Kai tidur pulas di kamar Mamanya.
TENTANG TARIM!"Jawablah! Mengapa kau hanya diam saja?" perintah Gendhis."Kenapa kau tampak panik begitu? Apa kau tak ingin aku tahu bahwa sebenarnya begini kelakuanmu di luar kajian?" sindir Mulki."Hah apa maksudmu?" tanya Gendhis."Kau nampak panik? Kenapa? Kau begitu pandai saat kajian dengan dalil agamamu, menyanggah, mendebat, namun kau juga minum alkohol seperti ini. Apakah kau tak tahu bagaimana hukumnya?" ledek Mulki."Ck! Jangan bawa urusan kajian di sini. Ini hal yang berbeda. Mosok iya di kajian aku membahas minuman seperti ini. Bukankah yang penting tahu tempat dan adabnya. Lagian kenapa kau bisa ada di sini? Rasanya pertanyaanmu tadi cocok untukmu. Bukankah orang sepertimu yang justru tak pantas masuk sini? Kau sedang mencari apa adik kecil?" ledek Gendhis sambil meminum segelas koktail yang baru saja di hidangkan pelayan tadi.Bukannya tanpa alasan, Gendhis memanggilnya dengan sebutan adik karena wajah Mulki yang terlihat Baby Face. Dia mengira Mulki berusia dua puluh
IKAN ASIN JAMBAL ROTI"Ck! Bulsyit," cebik Gendhis."Serius," sahut Mulki."Kenapa begitu?" tanya Gendhis."Karena Tarim adalah surga Allah yang ada di muka bumi ini. Aku selalu merindukan Kota Tarim, padahal rumahku di sini. Kalau kau ke sana aku rasa kau pun begitu," jawab Mulki."Benarkah?" tanya Gendhis.Melihat Gendhis yang mulai tertarik dengan pembahasan dan topik ini Mulki segera bersemangat bercerita. Apalagi dia ingat Umi nya pernah mengatakan bahwa sebenarnya Gendhis ini pandai hanya salah jalan saja. Dia juga merasa perlu bertanggung jawab bagaimana cara agar Gendhis tak mengganggu rumah tangga kakaknya lagi."Bagaimana tidak? Semua sudut di kota itu telah melahirkan para wali Allah. Negeri subur akan ulama dan aulia. Tarim adalah salah satu kota di negeri Hadramaut Yaman. Kota tersebut adalah kota bersejarah dan memiliki banyak kemuliaan dari Allah SWT berkat doa Khalifah Rasulullah, Sayidina Abu Bakar as-Shiddiq RA. Jika memang kau mencari ketenangan hati, kau mencari k
NAMPAK SEPERTI KELUARGA BAHAGIA"Ikan pindah sebesek harganya cuma sepuluh ribu paling mahal. Sedangkan aku adalah ikn asin jambal roti yang mahal! Legit! Hahahaha. Kau sama munafiknya dengan ibumu, Mulki! Sudah ah lelah berdebat denganmu," ucap Gendhis."Apa maksudmu? Tak usah membawa Umi ku lah dalam masalah ini. Bukankah ini hanya masalah kita anak-anaknya? Seperti anak muda saja, bawa Mbak Sifa dan aku, tapi rasanya melibatkan orang tua pada pembahasan seperti ini tak bijak," ucap Mulki."Bagaimana aku tak mengatakan munafik? Wong saat acara ceramah di tempat Bu Mirna saja membahas poligami, tapi anaknya tak mau di poligami. Bukankah harusnya apa yang di sampaikan seorang ustadzah berbanding lurus dengan apa yang di lakukan dalam rumah? Mengapa ini berbanding tebalik?" ledek Gendhis,"Coba sekarang nalar pakai logika saja, bukankah Umi mu itu tahu tentang diriku? Mengenalku dengan baik mungkin dari cerita versi anak perempuannya tentang kebusukanku? Wong kau saja yang adik lelakin
APAKAH KAU TAK MAU MENINGGALKAN AGAMAMU DEMI AKU?'Ting' satu panggil satu pesan masuk. Mereka menoleh secara tak sengaja bersamaan ke arah HP Gendhis yang memang berada di atas meja. Di wallpaper itu nampak bingkai foto seperti sebuah kelurga bahagia. Nampak Gendhis, anak lelaki, dan seorang koko- koko."Siapakah mereka sebenarnya?" batin Mulki dalam hati."Sebentar ya, aku angkat dulu," izin Gendhis.Mulki hanya menganggukkan kepalanya. Dia sok cuek dan tak peduli dengan semua tingkah Gendhis. Padahal dalam hatinya penasaran siapa yang memang sedang menelpon wanita itu, mencoba mencuri dengar sebisa mungkin."Iya, Ko. Aku sedang di cafe aja cari hiburan sebenar. Kai bersama Mama," ujar Gendhis."Oke aku akan pulang, kau bisa VC sejam lagi. Oke," kata Gendhis sambil menutup telponnya.Gendhis nampak bercakap dengan seseorang, mungkin lelaki yang ada di wallpapernya. Mulki memang memberikan waktu padanya dan membiarkan Gendis menyelesaikan pembicaraannya itu setelah selesai dan kem
APAKAH BENAR MAS RIO POLIGAMI?Gendhis terdiam dan menyadari kekonyolannya sendiri. Andaikan memang semua impiannya itu bisa di lakukan tentu saja sekarang dia sudah menjadi wanita yang amat sangat bahagia dan beruntung, karena hidupnya terasa sempurna. Namun sayang, Pohan pun tak bisa melakukannya. Dia sadar diri, mobil itu melaju menuju kediaman Bapak Rio.Sepanjang jalan Kai dan Gendhis bernyanyi, lagu dangdut yang dulu menjadi kegemaran Gendhis sekarang sudah berubah menjadi lagu coco melon dan balonku ada lima. Memang konyol sekali kalau di pikir- pikir, hidupnya langsung berubah gara- gara anak kecil di sampingnya. Jauh di lubuk hatinya, Gendhis berharap tak bertemu dengan Rio hari ini karena akan terlalu drama sekali jika ada dia.Apalagi acara tujuh harian almarhum Purwati sudah selesai dari kemarin. Gendhis melirik jam di dushboard mobil, jam menunjukkan jam satu lebih seperempat tanda sudah siang. Dia berharap Rio juga sudah pergi ke rumahnya itu yang menjadikannya ingin
BUDE ASIH ANTI PELAKOR INDONESIA!"Kai, awasi dengan benar. Jangan sampai cucuku lecet," tanpa sadar Suhadi menyebut Kai sebagai cucu."Cucu?" gumam Minah langsung terdiam"Apakah gosip yang beredar benar? Apakah Mas Rio poligami?" batin Minah dalam hatiMeski Minah cukup kaget namun sebagai seorang rewang yang baru bekerja hari ini, Minah pun hanya bisa diam dan tak banyak bicara selain iya- iya saja. Gendhis diam- diam cukup terkesan dengan ucapan Suhadi yang tak malu mengakui Kai."Bu, ini susunya di stroller. Tenang saja, Kai anteng kok. Dia tak takut dengan orang baru," ujar Gendhis yang di balas anggukan kepala oleh minah."Kita duduk di mana, Nduk?" tanya Suhadi."Apakah kau nyaman jika duduk di badukan sini? Biar bisa sekalian mengawasi anakmu juga, setidaknya meskipun kita berbicara dan mengobrol kau juga bisa melihat Minah mengawasi anakmu, Nduk. Bukankah kau juga akan lebih nyaman toh jika bisa melihat anakmu?" tanya Suhadi.Gendis pun menganggukkan kepalanya setuju denga
SURAT WASIAT!Terdapat banyak perhiasan dalamnya, nampak wajah Suhadi juga terkejut. Berarti memang Suhadi sengaja tak membukanya, dia takut nanti akan memancing amarah dari Asih. Suhadi melirik sekilas ke arah Asih, wajahnya datar saja."Tak bacakan ya suratnya ya," ucap Suhadi.Teruntuk Gendis wanita sundel yang sebenarnya aku benci, Namun apa dayaku sekarang, karena wanita sundal yang aku benci ini justru di cintai oleh anakku sendiri.Anakku ternyata lebih memilihmu dari pada aku, ya Rio lebih memilihmu daripada aku ibunya sendiri.Aku tak mengerti sebenarnya apa yang sudah kau lakukan padanya, guna-guna macam apa yang telah kau berikan kepada anakku sampai begini?Rio Gunawan, bocah pendiam dan penurutku bisa berubah menjadi pembangkang bahkan melupakan ibunya, anak, serta istri.Dia selalu beralasan cinta dan aku sangat membencinya. Sumpah mati aku tak akan ikhlas memaafkanmu itu yang aku rasakan sebelum tahu kenyataan ini.Aku bahkan mendoakanmu di setiap sujudku agar hidupmu