JAWABAN SIFA!-POV AUTHOR-“Apa rumah tanggamu baik- baik saja Nduk? Jika kau tak mau menjawab tak apa. Abah paham sekali, kewajiban seorang istri memang menjadi baju dan pelindung bagi semua aib rumah tangganya. Maafkan Abah, jika lancang,” kata Abah Furqon sambil terus memandang ke arah wajah anaknya. Ekspresi terkejut dan kaget terlihat jelas dari raut muka dan mimik serta ekspresi Sifa.Sifa terdiam, perasaan dan insting orang tua tak pernah salah. Meskipun selama ini Sifa, berusaha kuat. Menutupi semua kemelut dan masalah yang ada dalam rumah tangganya."Jujur saja, Bah! Sebenarnya semua kecurigaan Sifa, sekarang pelan- pelan terbukti. Entah ini berkat doa Sifa atau doa Abah, sedikit- sedikit Allah sudah menunjukkan jalannya, Bah. Allah, tunjukkan semua padaku. Walau kenyataan itu sangat pahit sekali tapi apa yang bisa aku perbuat selain menerima, sabar, ikhlas, dan legowo. Tak ada lagi bukan?" ujar Sifa sambil menahan getar suaranya. Ingin rasanya dia menangis, tapi sebisa mungk
PERKARA NAFKAH!-POV AUTHOR-"Apakah suamimu juga melupakan nafkahmu, Nduk?" Tanya Abah Furqon.Sifa menggeleng, Abah Furqon sedikit lega mendengar pernyataan putrinya. Setidaknya menantunya masih mau mengerti dan paham dengan kewajibannya. Andai sang putri mengatakan Rio tak lagi menafkahinya maka tinggal dia bertanya sudah berapa bulan kejadian ini, secara agama keduanya tak lagi sah sebagai suami istri. Untung saja itu tidak terjadi."Tapi Bah...." ucap Sifa."Kenapa Nduk?" tanya Abah Furqon yang heran karena Sifa tadi sudah jelas-jelas mengatakan bahwa Rio masih bertanggung jawab secara nafkah kepadanya."Jika yang Abah maksudkan adalah nafkah lahir memang benar bahwa Mas Rio, tak sekalipun melalaikan kewajibannya itu! Sifa tak akan memunafikkan dirinya, dia selalu memberikan uang pada Sifa, di atas kulkas entah seratus atau dua ratus ribu. Kadang juga lima puluh ribu, jika memang masih tersisa. Tanpa Sifa minta, dia selalu memberikannya, Bah. Tapi jika n
BAGAIMANA JIKA ZINA?-POV AUTHOR-Sifa menggelengkan kepalanya. Dia taunya Zina dan Selingkuh adalah dosa. Sifa juga tak bisa memikirkan hal lain lagi. Pikirannya sedang kacau sekarang."Perbedaannya adalah jika zina itu murni dosa yang di lakukan masing- masing orang, sedangkan selingkuh itu mengandung unsur khianat. Begini maksudnya, jika lelaki dan perempuan melakukan perbuatan Zina tetapi belum menikah atau ada ikatan sah secara agama tidak ada kalimat selingkuh di dalamnya. Sampai di sini kamu paham, Nduk? Jika begitu siapa saja yang dapat di kategorikan dengan masuk dalam hubungan selingkuh?" tanya Abah Furqon sambil mengelus kepala putrinya perlahan. Sifa layaknya anak kecil bagi ustad Furqon. Meskipun dia sudah menikah bahkan memilik anak."Orang yang sudah memiliki hubungan Sah, atau menikah, Bah," jawab Sifa.Abah Furqon mengangguk dan tersenyum. Dia menatap nanar ke arah putrinya, meski begitu Abah Furqon terus berusaha kuat. Agar putrinya juga tak dro
AKU IRI MAHLIGAI RUMAH TANGGA ORANG TUAKU!"Terimakasih, Nduk. Kau hebat. Sudah berjuang sejauh ini sendiri. Kau wanita kuat, terimakasih." Kata Bu Nyai Nur memeluk putrinya kuat.Entahlah apa yang terjadi jika mereka tak datang, mungkin Sifa akan menyimpan semua masalah ini sendiri. Tentu saja semua akan berdampak pada psikisnya. Bagaimana jika Sifa putri kesayangannya memendam semua sendiri sampi Depresi? Na'udzubillah nin dzalik. Ibu Nyai Laila segera membuang pikiran buruknya jauh- jauh."Nduk, Abah hanya ingin berpesan satu hal padamu. Apakah masalahmu dengan Rio harus di selesaikan dengan cara memilih perceraian? Yakinkanlah dulu jika dia benar- benar melakukan zina. Karena ketika kau melayangkan gugatan cerai pada suamimu dengan alasan perselingkuhan dan zina akan muncul banyak pertanyaan baik dari suamimu, keluarganya, ataupun dari hakim saat persidangan," jelah Abah Furqon."Mengapa bisa begitu, Bah?" tanya Sifa heran."Tentu begitu, Nduk! Darimana kau t
DIAM BUKAN JAMINAN LELAKI SHOLEH!-POV AUTHOR-"Ah sepertinya itu hanya impianku semata. Abah dan Mas Rio memiliki dua kepribadian yang sangat bertolak belakang," batin Sifa dalam hati.Tapi sepertinya memang dalam rumah tangganya berbeda kasus, jika Abah dan Uminya saling mencintai, maka disini bisa di katakan hanya Sifa yang berusaha membuat Rio, mencintainya. Mungkin benar pepatah mengatakan, lebih baik hidup dengan orang yang benar- benar mencintai kita, dari pada harus berkorban untuk menumbuhkan cinta pada orang yang kita cintai. Berat rasanya, tak cukup rasanya ada anak diantara mereka. Nyatanya, suaminya tetap berpaling pada wanita lainnya. Ibu Nyai Lailar, membelai tangan anaknya."Sudah jangan melamun, Nduk. Faktanya memang benar, sehebat apapun istri tidak akan bisa menghentikan suaminya dalam berselingkuh. Mau secantik apapun dia, kariernya yang sukses, kekayaan yang melimpah, anak yang rukun, rumah tangga yang harmonis, keluarga yang adem ayem. Semua itu
AKU TIKUNG SUAMIKU DI SEPERTIGA MALAM!-POV AUTHOR-"Lalu apa itu, Mi? Apa jaminannya lelaki itu Soleh? Kalau pendiam bukan jaminannya!" ucap Sifa."Tak ada, Nduk! Tak ada jaminan bahwa lelaki itu Soleh kecuali ketakutan dan ketakwaannya kepada Gusti Allah. Namun kau jangan lupa bawa setan itu juga pandai menggoda serta kadar iman seseorang itu juga naik turun, semua bisa saja terjadi jadi kembali lagi ke hati dan pribadi masing-masing setiap lelaki itu," jawab Umi Laila."Apalagi sikap diam itu cenderung ke arah dingin seperti suamimu. Baik saat bersama, di telpon, ataupun di ranjang. Semua pasti ada alasan serta sebabnya. Kau dan suami mungkin sama- sama rikuh untuk membahas masalah ranjang karena di anggap tabu. Jadi komunikasi suami istri itu mampet di ranjang, mau tahu efeknya, Nduk?" tanya Umi Laila."Sifa baru tahu jika ini ada kaitanya Bu, karena Syifa pikir hal-hal seperti itu tak pantas dibahas bahkan Rasulullah pernah melarang untuk membicarakan hubung
AJAKAN BEKERJA SETIAP HARI!-POV AUTHOR-Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya hati Sifa terasa lebih lega dan lapang. Rasanya dia seperti terlahir kembali, puas menangis, berkeluh kesah, bonus mendapatkan petuah, nasihat, dari orang- orang yang di sayanginya. Nasehat sesuai aqidah, tuntunan, dan tak meninggalkan agama. Belum tentu Sifa akan mendapatkan nasihat seperti ini, jika dia menceritakan masalahnya pada orang lain, misal mertua, Maya, atau Nanda. Mereka akan mengedepankan perasaan dan emosinya dari pada memandang dari segi agama. Meskipun tak sepenuhnya tadi dia bisa jujur ke orang tuanya, demi menutup aib dan menjaga nama baik suaminya setidaknya orang tuanya tahu bagaimana kondisi rumah tangganya. Setelah puas bermain dengan Farhat, Abah Furqon dan Bu Nyai Laila berpamitan pulang, karena hari sudah menunjukkan waktu Dzuhur."Abah, tak menunggu Mas Rio?" tanya Sifa sambil memperhatikan jam. Mungkin suaminya kali ini lebih lama bertemu dengan kliennya itu nyatanya samp
TEMPAT BERSANDAR, BUKAN BERLABUH.-POV AUTHOR-"Selamanya. Apa kau keberatan?" tanya Rio."Ya, tentu saja aku tak ingin hal ini! Kau tak pernah tau bagaimana rasanya menjadi aku, Mas! Hanya menjadi pelabuhan untuk perahu bersandar bukan tempat berlabuh. Apa aku harus memiliki bos lain? Untuk mengisi waktuku yang kadang tanpa mu?" tanya Gendhis sambil tersenyum sinis memandang ke arah Rio."Tak usah mulai ya, Baby! Kau tau sendiri, aku sangat mencintaimu. Cukup aku yang bisa memilikimu. Jangan kau hadirkan orang lain lagi dalam kehidupan kita," ancam Rio terdengar tak suka dengan ucapan Gendis."Mengapa?" tanya Gendis heran sambil mengeryitkan keningnya."Ya, karena aku tak suka! Aku cemburu,"sahut Rio dengan ekspresi tak suka."Bagaimana dengan aku? Apa aku tak punya rasa cemburu saat kau menghabiskan sepanjang waktu dengan anak dan istrimu? Sama Mas, aku juga merasakan cemburu! Mengapa hanya kau saja yang mau di mengerti tanpa mau mengertiku?" Kata Gendis mulai meninggikan nada suara