BAGAIMANA JIKA ZINA?
-POV AUTHOR-Sifa menggelengkan kepalanya. Dia taunya Zina dan Selingkuh adalah dosa. Sifa juga tak bisa memikirkan hal lain lagi. Pikirannya sedang kacau sekarang."Perbedaannya adalah jika zina itu murni dosa yang di lakukan masing- masing orang, sedangkan selingkuh itu mengandung unsur khianat. Begini maksudnya, jika lelaki dan perempuan melakukan perbuatan Zina tetapi belum menikah atau ada ikatan sah secara agama tidak ada kalimat selingkuh di dalamnya. Sampai di sini kamu paham, Nduk? Jika begitu siapa saja yang dapat di kategorikan dengan masuk dalam hubungan selingkuh?" tanya Abah Furqon sambil mengelus kepala putrinya perlahan. Sifa layaknya anak kecil bagi ustad Furqon. Meskipun dia sudah menikah bahkan memilik anak."Orang yang sudah memiliki hubungan Sah, atau menikah, Bah," jawab Sifa.Abah Furqon mengangguk dan tersenyum. Dia menatap nanar ke arah putrinya, meski begitu Abah Furqon terus berusaha kuat. Agar putrinya juga tak droAKU IRI MAHLIGAI RUMAH TANGGA ORANG TUAKU!"Terimakasih, Nduk. Kau hebat. Sudah berjuang sejauh ini sendiri. Kau wanita kuat, terimakasih." Kata Bu Nyai Nur memeluk putrinya kuat.Entahlah apa yang terjadi jika mereka tak datang, mungkin Sifa akan menyimpan semua masalah ini sendiri. Tentu saja semua akan berdampak pada psikisnya. Bagaimana jika Sifa putri kesayangannya memendam semua sendiri sampi Depresi? Na'udzubillah nin dzalik. Ibu Nyai Laila segera membuang pikiran buruknya jauh- jauh."Nduk, Abah hanya ingin berpesan satu hal padamu. Apakah masalahmu dengan Rio harus di selesaikan dengan cara memilih perceraian? Yakinkanlah dulu jika dia benar- benar melakukan zina. Karena ketika kau melayangkan gugatan cerai pada suamimu dengan alasan perselingkuhan dan zina akan muncul banyak pertanyaan baik dari suamimu, keluarganya, ataupun dari hakim saat persidangan," jelah Abah Furqon."Mengapa bisa begitu, Bah?" tanya Sifa heran."Tentu begitu, Nduk! Darimana kau t
DIAM BUKAN JAMINAN LELAKI SHOLEH!-POV AUTHOR-"Ah sepertinya itu hanya impianku semata. Abah dan Mas Rio memiliki dua kepribadian yang sangat bertolak belakang," batin Sifa dalam hati.Tapi sepertinya memang dalam rumah tangganya berbeda kasus, jika Abah dan Uminya saling mencintai, maka disini bisa di katakan hanya Sifa yang berusaha membuat Rio, mencintainya. Mungkin benar pepatah mengatakan, lebih baik hidup dengan orang yang benar- benar mencintai kita, dari pada harus berkorban untuk menumbuhkan cinta pada orang yang kita cintai. Berat rasanya, tak cukup rasanya ada anak diantara mereka. Nyatanya, suaminya tetap berpaling pada wanita lainnya. Ibu Nyai Lailar, membelai tangan anaknya."Sudah jangan melamun, Nduk. Faktanya memang benar, sehebat apapun istri tidak akan bisa menghentikan suaminya dalam berselingkuh. Mau secantik apapun dia, kariernya yang sukses, kekayaan yang melimpah, anak yang rukun, rumah tangga yang harmonis, keluarga yang adem ayem. Semua itu
AKU TIKUNG SUAMIKU DI SEPERTIGA MALAM!-POV AUTHOR-"Lalu apa itu, Mi? Apa jaminannya lelaki itu Soleh? Kalau pendiam bukan jaminannya!" ucap Sifa."Tak ada, Nduk! Tak ada jaminan bahwa lelaki itu Soleh kecuali ketakutan dan ketakwaannya kepada Gusti Allah. Namun kau jangan lupa bawa setan itu juga pandai menggoda serta kadar iman seseorang itu juga naik turun, semua bisa saja terjadi jadi kembali lagi ke hati dan pribadi masing-masing setiap lelaki itu," jawab Umi Laila."Apalagi sikap diam itu cenderung ke arah dingin seperti suamimu. Baik saat bersama, di telpon, ataupun di ranjang. Semua pasti ada alasan serta sebabnya. Kau dan suami mungkin sama- sama rikuh untuk membahas masalah ranjang karena di anggap tabu. Jadi komunikasi suami istri itu mampet di ranjang, mau tahu efeknya, Nduk?" tanya Umi Laila."Sifa baru tahu jika ini ada kaitanya Bu, karena Syifa pikir hal-hal seperti itu tak pantas dibahas bahkan Rasulullah pernah melarang untuk membicarakan hubung
AJAKAN BEKERJA SETIAP HARI!-POV AUTHOR-Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya hati Sifa terasa lebih lega dan lapang. Rasanya dia seperti terlahir kembali, puas menangis, berkeluh kesah, bonus mendapatkan petuah, nasihat, dari orang- orang yang di sayanginya. Nasehat sesuai aqidah, tuntunan, dan tak meninggalkan agama. Belum tentu Sifa akan mendapatkan nasihat seperti ini, jika dia menceritakan masalahnya pada orang lain, misal mertua, Maya, atau Nanda. Mereka akan mengedepankan perasaan dan emosinya dari pada memandang dari segi agama. Meskipun tak sepenuhnya tadi dia bisa jujur ke orang tuanya, demi menutup aib dan menjaga nama baik suaminya setidaknya orang tuanya tahu bagaimana kondisi rumah tangganya. Setelah puas bermain dengan Farhat, Abah Furqon dan Bu Nyai Laila berpamitan pulang, karena hari sudah menunjukkan waktu Dzuhur."Abah, tak menunggu Mas Rio?" tanya Sifa sambil memperhatikan jam. Mungkin suaminya kali ini lebih lama bertemu dengan kliennya itu nyatanya samp
TEMPAT BERSANDAR, BUKAN BERLABUH.-POV AUTHOR-"Selamanya. Apa kau keberatan?" tanya Rio."Ya, tentu saja aku tak ingin hal ini! Kau tak pernah tau bagaimana rasanya menjadi aku, Mas! Hanya menjadi pelabuhan untuk perahu bersandar bukan tempat berlabuh. Apa aku harus memiliki bos lain? Untuk mengisi waktuku yang kadang tanpa mu?" tanya Gendhis sambil tersenyum sinis memandang ke arah Rio."Tak usah mulai ya, Baby! Kau tau sendiri, aku sangat mencintaimu. Cukup aku yang bisa memilikimu. Jangan kau hadirkan orang lain lagi dalam kehidupan kita," ancam Rio terdengar tak suka dengan ucapan Gendis."Mengapa?" tanya Gendis heran sambil mengeryitkan keningnya."Ya, karena aku tak suka! Aku cemburu,"sahut Rio dengan ekspresi tak suka."Bagaimana dengan aku? Apa aku tak punya rasa cemburu saat kau menghabiskan sepanjang waktu dengan anak dan istrimu? Sama Mas, aku juga merasakan cemburu! Mengapa hanya kau saja yang mau di mengerti tanpa mau mengertiku?" Kata Gendis mulai meninggikan nada suara
POHAN SUMANDONOPOV AUTHOR"Maaf?" tanya Gendhis sedikit bingung dengan lelaki di depannya. Seorang pria berwajah oriental."Pohan Sumandono," jawab lelaki itu sambil mengulurkan tangannya meminta untuk berkenalan dan berjabat tangan."Ya Tuhan, maaf kan aku, Ko! Lama sekali tak bertemu, sudah banyak berubah sampai pangkling," ucap Gendhis menyambut uluran tangan Pohan, lelaki di hadapannya.Pohan duduk di hadapan Gendhis, mereka saling bertegur sapa. Pohan dulu merupakan mantan kekasih Gendhis, sewaktu masih berkuliah. Gendis lumayan terkejut bisa bertemu dengan lelaki itu di saat seperti ini. Tak banyak yang berubah wajahnya masih saja awet muda hanya saja potongan rambutnya yang diubah dan memakai kacamata membuat Gendis sedikit pangkling."Kau masih tetap seperti dulu! Oh ya, sudah menikah?" tanya Pohan tiba-tiba.Gendhis menggelengkan kepala. Dia berlaku seperti itu di depan Rio, dia tak sadar jika sedari tadi Rio terus menatapnya tanpa berkedip melihat keakraban dirinya dengan P
LIPSTIK DALAM KRESEK!"Pak... Pak... Maaf belum bayar," teriak pegawai restoran."Sebentar, saya menjemput istri saya!" ucap Rio terus berlari tanpa mengindahkan panggilan pelayan itu."Gendhis... Dengar, maafkan aku. Maaf, mari kita ke dalam... Makan lagi. Maaf Baby," bujuk Rio kepada Gendis di pinggir jalan. Alih-alih bujukan itu berhasil tetapi tetap saja Gendis diam tak bergeming.Gendhis hanya diam, tak menjawab sepatah kata pun semua perkataan Rio. Bahkan dengan sengaja dia memainkan HP di depan Rio tanpa mempedulikan semua ucapannya lagi. Rio sampai memegang tangan Gendis tetapi berkali-kali ditampiknya."Kenapa kau seperti anak kecil begini, Sayang?" tanya Rio.Tak berapa lama mobil yang di pesan Gendhis datang, dia segera masuk dan menutup mobil itu. Rio terpaku, betapa sangat berbeda wanita simpanan nya ini dengan istrinya. Bagaimana mungkin seorang wanita meninggalkan pasangannya sendiri di pinggir jalan, meninggalkan Rio yang sudah berusaha memint
KEBERANIAN UNTUK MEMBERONTAK!-POV AUTHOR-"Punya siapa ini, Dek?" tanya Rio pada istrinya sambil mengambil lipstik dalam kresek itu dan menunjukkannya pada Sifa.Sifa menggelengkan kepala perlahan. Dia tersenyum sinis sambil memandang wajah suaminya. Rio masih menatap lipstik itu heran dengan wajah yang berkerut mencoba mencari lipstik Siapa yang berada dalam kresek ini."Memangnya rapat tadi sama siapa saja, Mas?" tanya Sifa mencoba memancing kejujuran dari suaminya itu. Dia ingin melihat seberapa besar nyali suaminya sendiri untuk mengakui keberadaan hubungan gelap mereka yang terjalin diam-diam."Lah, kenapa kau malah membahas rapat. Aku menanyakan lipstik yang ada di kantong kresek ini!" sanggah Rio mulai menaikkan nada suaranya. Sudahlah tadi dia bertengkar dengan Gendis ditambah istrinya sendiri mencoba memancing emosinya. Dia benar-benar tak tahu lipstik siapa di dalam kresek itu tapi mengapa sang istri menuduh dan malah bertanya dia pergi rapat dengan si