Satu botol air mineral sudah terisi hampir penuh setelah Gendis berhasil memerah susunya. Rasanya perih tapi lega karena air susu itu tidak terbuang percuma. Lalu sekarang Gendis bingung harus meletakkan ASI perahnya di mana. ASI-nya itu pasti akan basi jika berada di suhu ruangan. Gendis harus meletakkannya di freezer. Tapi bagaimana caranya? Apa Dona tidak akan curiga?Apa yang harus Gendis jawab jika wanita itu bertanya padanya?Lama Gendis berpikir di kamarnya sampai perempuan itu menemukan solusi. Ia akan nekat menyimpan ASIP-nya di freezer.Gendis mengendap-endap keluar dari kamar. Saat itu menunjukkan pukul sebelas malam. Suasana sedang sunyi. Gendis rasa semua penghuni rumah sudah tidur kecuali dirinya.Membuka pintu lemari pendingin, Gendis melihat banyak makanan dan minuman di dalamnya. Gendis menyelipkan botol ASIP di antara botol-botol minuman yang terdapat di sana. Saat ia akan menutup pintu kulkas tiba-tiba ia mendengar suara batuk seseorang. Gendis terkejut setengah
"Kamu bikin susunya jangan terlalu panas. Dicicip dulu pake sendok. Tapi sendoknya yang lain. Jangan sendok yang kamu pake buat ngaduk susu anak saya.""Baik, Bu," jawab perempuan berambut sebahu mengenakan seragam biru baby sitter. Dia adalah Risa, pengasuh Bobby yang bekerja untuk Catherine.Catherine merengek-rengek pada Dexter agar dicarikan pengasuh dan pembantu baru. Dengan bantuan Martha mereka berhasil mendapatkannya."Satu lagi, kalau menggendong Bobby kamu harus hati-hati. Saya nggak mau ya anak saya jadi celaka. Kalau terjadi sesuatu yang buruk padanya kamu harus ganti dengan nyawamu!" ucap Catherine kejam yang membuat Risa bergidik ngeri."Baik, Bu, saya akan menjaga anak Ibu dengan sebaik mungkin. Saya akan memperlakukannya dengan hati-hati." Di dalam hatinya Risa merasa kesal. Pasalnya ia adalah baby sitter terlatih yang telah mengikuti pendidikan untuk menjadi pengasuh. Lagi pula ini bukanlah pengalaman pertamanya. Sebelumnya ia juga pernah menjadi baby sitter. Tapi k
"Benar sekali, Bu, Pak." Dokter menjawab kebingungan Dexter dan Catherine. Tampaknya pasangan suami istri tersebut belum memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup mengenai donor ASI."Bagaimana caranya, Dok dan dari mana sumbernya? Apakah aman?" Dexter yang bertanya. Ia khawatir jika putra tunggal kesayangan satu-satunya mendapat bahaya."Bapak tidak usah khawatir. ASIP di rumah sakit ini steril dan berasal dari orang terpercaya. Mereka sehat dan bebas penyakit. Jadi aman untuk dikonsumsi, Pak.""Tapi bagaimana mungkin mereka mau mendonorkan ASI-nya, Dok? Bagaimana dengan anak mereka?" tanya Dexter belum puas."Kebanyakan dari mereka berada dalam masa menyusui lalu tidak bisa memberikan ASI pada anaknya karena berbagai faktor. Entah itu karena anaknya meninggal atau terpaksa harus berpisah dengan anaknya," terang dokter menjelaskan.Seketika Dexter teringat pada Gendis yang pergi meninggalkan anaknya sehingga Bobby jadi terlantar."Bagaimana, Bu, Pak? Apa Ibu dan Bapak setuju?" t
Dexter kembali ke mobilnya. Di sana lelaki itu menelepon dokter setelah mendapat nomor teleponnya dari petugas rumah sakit."Halo," sapa suara di seberang."Halo, benar ini dengan dokter Bondan?""Benar sekali, Pak. Saya sedang bicara dengan siapa ya?""Saya Dexter, Dok, yang tadi pagi konsultasi dengan dokter. Anak saya yang alergi susu dan kemudian mendapat donor ASI dari dokter.""Oh iya, iya, saya ingat sekarang. Gimana, Pak? Apa ada keluhan lagi?" tanya dokter ingin tahu."Nggak ada keluhan apa-apa, Dok, cuma saya ingin minta tambahan ASIP. Kebetulan cocok dengan anak saya. Apa masih boleh, Dok?""Oh boleh sekali, Pak. Bapak hubungi pihak rumah sakit yang mengurus basian donor ASIP lalu jelaskan maksud Bapak. Jangan lupa katakan bahwa tadi Bapak sudah konsultasi dengan saya.""Baik, Dok, terima kasih sekali lagi." "Kembali kasih, Pak Dexter," jawab dokter yang ramah itu.Dexter keluar dari mobil kemudian kembali menyusuri area rumah sakit. Ia berhasil mendapatkan beberapa kanton
"Ada apa, Dex?" tanya Jovan cepat setelah Dexter selesai menelepon."Anak gue muntah-muntah setelah minum susu dari donor ASI.""Kenapa nggak susu emaknya aja langsung?""Nggak ada airnya.""Lo sih diabisin semua. Anak lo jadi nggak kebagian kaaan. Hahaha ..."Tawa Jovan dan Ferry pecah, membuat orang-orang sekelilingnya memandang pada ketiga lelaki itu. Alih-alih akan ingat Catherine, perkataan dua temannya malah membawa ingatan Dexter pada Gendis. Saat mereka bercinta, bercumbu mesra bersama. Satu kali pun tidak akan pernah Dexter lupakan. Berbeda dengan hubungannya dengan Catherine yang kini begitu dingin. Ranjang mereka beku. Tidak pernah ada lagi kemesraan dan cumbuan demi cumbuan. Saat berada di rumah Dexter lebih suka menghabiskan waktunya dengan Bobby. Catherine tidak lagi menarik baginya. Dexter sudah kehilangan respek pada perempuan itu meski sesekali Catherine mencoba menggodanya. Jangan pernah salahkan Dexter. Salahkan saja Catherine yang dulu memulai semuanya.***Gendis
Gendis segera masuk ke kamarnya. Perempuan itu mulai memompa ASI-nya. Ia harus bergerak cepat sebelum pasien majikannya datang.Dengan terburu-buru Gendis membaca cara penggunaan pompa tersebut. Sebelum memakainya Gendis mencucinya dengan air bersih.Gendis meringis perih ketika ia mulai memompa. Dadanya terasa sakit. Efek memerah manual dan dengan pompa begitu berbeda. Namun tekadnya sudah bulat. Ia harus mengeluarkan ASI-nya sebanyak mungkin untuk pasien majikannya. Kasihan anak itu. Tadi Gendis lupa menanyakan pada Bondan kenapa anak tersebut membutuhkan donor ASI. Ke mana ibunya? Kenapa dia tidak menyusui anaknya?Sambil terus memompa ingatan membawa Gendis pada anak kandungnya sendiri. Apa kabar anaknya itu sekarang? Bahkan Gendis tidak tahu nama anak itu siapa? Siapa yang menyusuinya? Tidak mungkin Catherine kan? Gendis yakin sejak lahir hingga detik ini anaknya tidak mendapatkan ASI. Catherine maupun Dexter pasti memberinya susu formula. Mengingat itu semua perasaan Gendis men
Gendis masih berdiri dengan ketakutan yang pekat di balik dinding. Sekujur tubuhnya gemetar. Kantong ASIP di tangannya seolah akan lepas dari jinjingannya yang lunglai.Ya Tuhan ...Bagaimana mungkin lelaki itu adalah Dexter? Lantas ASIP yang diminta Dexter untuk siapa? Untuk putra mereka berduakah? Kenapa harus pakai donor ASI? Apa yang terjadi pada buah hatinya? Kenapa Dexter tidak memberi susu formula saja agar tidak repot? Atau jangan-jangan anaknya memiliki kondisi khusus? Seperti sakit misalnya.Tidak. Tidak. Tidak.Gendis menggelengkan kepalanya kuat-kuat menampik kemungkinan tersebut. Anaknya tidak mungkin sakit. Dexter dan Catherine pasti mengurusnya dengan baik.Seribu what if masih bersarang di benak Gendis. Ia tidak mampu keluar menampakkan diri. Ia takut muncul di hadapan Dexter karena lelaki itu pasti tidak akan membiarkannya lolos.Maka dengan gerakan perlahan agar tidak menimbulkan suara jenis apa pun Gendis menarik diri. Perempuan itu kembali ke ruang belakang membawa
Sepeninggal Dexter Bondan bergegas mencari Gendis untuk memberikan uang yang diberi Dexter tadi.Diketuknya pintu kamar Gendis. Tapi tidak ada sahutan apa pun dari dalam sana.Tidak puas hanya dengan mengetuk Bondan juga memanggil nama perempuan itu."Gendis, kamu ada di dalam?"Hening. Tidak ada sahutan apa pun dari kamar tersebut."Gendis, saya mau bicara sebentar dengan kamu," ulang Bondan tapi tetap tidak mendapatkan respon apa pun.Iseng, lelaki itu memutar gagang pintu. Ternyata pintu kamar tidak dikunci, membuatnya terbuka dengan mudah. Bondan melongokkan kepalanya yang terkesan sedang mengintip."Mas, kamu ngapain di sini?" Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya yang membuat Bondan terkejut. Pria itu menoleh dan mendapati istrinya sudah berdiri di dekatnya."Astaga, kamu, Don.""Mas ngapain di sini?" Dona menatap dengan curiga. Suaminya itu selain ramah dan mudah bergaul juga tidak pilih-pilih saat bercanda. Termasuk dengan asisten rumah tangganya. Itulah sebabnya mereka serin