"Ada apa, Dex?" tanya Jovan cepat setelah Dexter selesai menelepon."Anak gue muntah-muntah setelah minum susu dari donor ASI.""Kenapa nggak susu emaknya aja langsung?""Nggak ada airnya.""Lo sih diabisin semua. Anak lo jadi nggak kebagian kaaan. Hahaha ..."Tawa Jovan dan Ferry pecah, membuat orang-orang sekelilingnya memandang pada ketiga lelaki itu. Alih-alih akan ingat Catherine, perkataan dua temannya malah membawa ingatan Dexter pada Gendis. Saat mereka bercinta, bercumbu mesra bersama. Satu kali pun tidak akan pernah Dexter lupakan. Berbeda dengan hubungannya dengan Catherine yang kini begitu dingin. Ranjang mereka beku. Tidak pernah ada lagi kemesraan dan cumbuan demi cumbuan. Saat berada di rumah Dexter lebih suka menghabiskan waktunya dengan Bobby. Catherine tidak lagi menarik baginya. Dexter sudah kehilangan respek pada perempuan itu meski sesekali Catherine mencoba menggodanya. Jangan pernah salahkan Dexter. Salahkan saja Catherine yang dulu memulai semuanya.***Gendis
Gendis segera masuk ke kamarnya. Perempuan itu mulai memompa ASI-nya. Ia harus bergerak cepat sebelum pasien majikannya datang.Dengan terburu-buru Gendis membaca cara penggunaan pompa tersebut. Sebelum memakainya Gendis mencucinya dengan air bersih.Gendis meringis perih ketika ia mulai memompa. Dadanya terasa sakit. Efek memerah manual dan dengan pompa begitu berbeda. Namun tekadnya sudah bulat. Ia harus mengeluarkan ASI-nya sebanyak mungkin untuk pasien majikannya. Kasihan anak itu. Tadi Gendis lupa menanyakan pada Bondan kenapa anak tersebut membutuhkan donor ASI. Ke mana ibunya? Kenapa dia tidak menyusui anaknya?Sambil terus memompa ingatan membawa Gendis pada anak kandungnya sendiri. Apa kabar anaknya itu sekarang? Bahkan Gendis tidak tahu nama anak itu siapa? Siapa yang menyusuinya? Tidak mungkin Catherine kan? Gendis yakin sejak lahir hingga detik ini anaknya tidak mendapatkan ASI. Catherine maupun Dexter pasti memberinya susu formula. Mengingat itu semua perasaan Gendis men
Gendis masih berdiri dengan ketakutan yang pekat di balik dinding. Sekujur tubuhnya gemetar. Kantong ASIP di tangannya seolah akan lepas dari jinjingannya yang lunglai.Ya Tuhan ...Bagaimana mungkin lelaki itu adalah Dexter? Lantas ASIP yang diminta Dexter untuk siapa? Untuk putra mereka berduakah? Kenapa harus pakai donor ASI? Apa yang terjadi pada buah hatinya? Kenapa Dexter tidak memberi susu formula saja agar tidak repot? Atau jangan-jangan anaknya memiliki kondisi khusus? Seperti sakit misalnya.Tidak. Tidak. Tidak.Gendis menggelengkan kepalanya kuat-kuat menampik kemungkinan tersebut. Anaknya tidak mungkin sakit. Dexter dan Catherine pasti mengurusnya dengan baik.Seribu what if masih bersarang di benak Gendis. Ia tidak mampu keluar menampakkan diri. Ia takut muncul di hadapan Dexter karena lelaki itu pasti tidak akan membiarkannya lolos.Maka dengan gerakan perlahan agar tidak menimbulkan suara jenis apa pun Gendis menarik diri. Perempuan itu kembali ke ruang belakang membawa
Sepeninggal Dexter Bondan bergegas mencari Gendis untuk memberikan uang yang diberi Dexter tadi.Diketuknya pintu kamar Gendis. Tapi tidak ada sahutan apa pun dari dalam sana.Tidak puas hanya dengan mengetuk Bondan juga memanggil nama perempuan itu."Gendis, kamu ada di dalam?"Hening. Tidak ada sahutan apa pun dari kamar tersebut."Gendis, saya mau bicara sebentar dengan kamu," ulang Bondan tapi tetap tidak mendapatkan respon apa pun.Iseng, lelaki itu memutar gagang pintu. Ternyata pintu kamar tidak dikunci, membuatnya terbuka dengan mudah. Bondan melongokkan kepalanya yang terkesan sedang mengintip."Mas, kamu ngapain di sini?" Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya yang membuat Bondan terkejut. Pria itu menoleh dan mendapati istrinya sudah berdiri di dekatnya."Astaga, kamu, Don.""Mas ngapain di sini?" Dona menatap dengan curiga. Suaminya itu selain ramah dan mudah bergaul juga tidak pilih-pilih saat bercanda. Termasuk dengan asisten rumah tangganya. Itulah sebabnya mereka serin
Sejak Bondan mengatakan padanya agar memberi ASIP sampai Bobby berusia enam bulan, Gendis dengan semangat melakukannya. Ia memakan banyak makanan bergizi serta vitamin dan juga booster ASI yang diberikan Bondan padanya. Gendis melakukannya dengan semaksimal mungkin untuk Bobby. Lantaran dengan cara inilah ia bisa terhubung dengan anaknya itu. Karena hanya inilah yang bisa ia berikan. Ia tidak bisa memberi perawatan, mengurusnya, apalagi memberi uang dan harta. Setiap pagi sebelum beraktivitas, saat istirahat siang, sebelum tidur hingga tengah malam Gendis akan memompa ASI-nya. Tidak peduli matanya ngantuk berat dan tubuhnya butuh untuk diistirahatkan. Dalam keadaan terkantuk-kantuk Gendis tetap memompa ASI-nya demi memenuhi kebutuhan Bobby. Pagi ini ASI Gendis terasa merembes. Gendis yang awalnya ingin melakukan pekerjaan rumah tangga lebih dulu terpaksa mengulurnya. Ia akan bekerja nanti. Tapi air susu yang keluar semakin banyak membasahi bajunya tidak bisa untuk diundur. Ia tidak
Hari ini Dexter pulang dari kantor lebih awal karena harus ke rumah Bondan. Dexter berencana akan membawa Bobby. Kalau bisa dan kalau Bondan mengizinkan ia ingin Bobby menyusu langsung dari dada Gendis. Tapi entah Bobby mau atau tidak. Dexter hanya ingin Bobby merasakan dekapan hangat dada seorang ibu."Ibu masih belum pulang?" tanya Dexter pada Risa setelah masuk ke dalam rumah dan tidak menemukan Catherine di kamar."Belum, Pak.""Dari tadi siang?" ujar Dexter penuh penekanan.Risa menganggukkan kepalanya.Dexter ingin mengajak Catherine ikut dengannya. Agar istrinya itu juga mengenal perempuan baik hati yang membantu menunjang nutrisi anak mereka. Agar pikiran sempit Catherine jauh lebih terbuka. Dexter kembali ke kamar kemudian mengambil handphone. Ia bermaksud menghubungi Catherine dan menyuruh perempuan itu pulang.Setelah menunggu beberapa lama barulah panggilan darinya dijawab."Apa lagi sih, Dex?" ujar Catherine dengan nada tidak suka padahal Dexter belum mengatakan apa pun
Meskipun ada baby sitter yang mengurus dan mengasuh Bobby tapi Dexter tidak abai begitu saja. Pria itu cukup banyak mengambil peran sebagai ayah. Jika Dexter pulang lebih awal dari kantor maka ia akan memandikan Bobby sampai memasangkan pakaiannya. Seperti saat ini contohnya.Dexter baru saja selesai memandikan Bobby. Ia juga memakaikan baju dan celana anak itu. Membalurkan minyak telon ke perut dan dadanya, membedakinya tipis-tipis lalu memberi minyak rambut di kepalanya yang menyerap ke setiap helaian rambut hitam anak itu."Anak Papa wangi banget." Dexter mencium gemas kedua pipi Bobby yang chubby. Iya. Setelah mendapat ASIP pipinya menjadi begitu chubby begitu pun dengan berat badannya yang bertambah.Dexter sangat senang melihat perkembangan putra satu-satunya yang begitu disayanginya. Ia juga suka menghirup aroma kamarnya yang beraroma bayi. Begitu kontras dengan Catherine. Catherine akan menyemprotkan pewangi ruangan untuk menyamarkan aroma minyak telon atau parfum bayi yang
"Kenapa? Kamu keberatan?" Bondan tanyakan lantaran ia melihat perubahan ekspresi yang begitu kentara di wajah Gendis.Gendis membisu. Tidak tahu bagaimana cara menjawabnya. Gendis bukannya keberatan. Ia hanya tidak ingin muncul kembali ke dalam kehidupan Dexter. Gendis tidak mau memporak-porandakan rumah tangga Dexter yang sudah damai tanpa kehadirannya."Gendis, kenapa nggak dijawab?" tegur Bondan melihat Gendis diam termangu."Ah, eh, apa, Pak? Tadi Bapak bilang apa?"Bondan mengulas senyum lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa yang kamu lamunkan sehingga tidak mendengar saya bicara dari tadi?""Saya dengar, Pak," jawab Gendis lirih."Lalu kenapa tidak dijawab?""Saya ... saya merasa tidak pantas bertemu dengan Pak Dexter, Pak.""Kenapa tidak pantas?" Bondan merasa keheranan. "Karena saya hanya pembantu," ucap Gendis rendah diri.Jawaban Gendis membuat Bondan tertawa. "Kamu ini lucu. Memangnya kenapa kalau kamu cuma pembantu? Justru kamu sudah banyak berjasa untuk Bobby.""Bobb