Share

97

"Ayo mengucapkan selamat, lalu kita pulang."

"Apa itu dibutuhkan?" tanyaku pada Adrian.

"Tentu saja, saat dia gencar memamerkan kebahagiaan dan istri barunya, apa kau juga tidak boleh memamerkan kebahagiaanmu.

"Tapi aku...."

"Ayo ke sana," ucap Adrian menggandengku. Dengan santun aku mencoba melepaskan tangannya agar tidak menjadi fitnah, mengingat semua tamu undangan menatap kepada kami dan diri ini yang belum habis masa iddah.

"Demi kebaikan kita jangan gandeng aku di hadapan semua orang."

"Oh, maaf, aku lupa."

"Terima kasih jika kau mengerti," bisikku sambil berjalan mengiringinya yang masih terus menggenggam tangan anak-anak. Anak-anak yang seolah menemukan tempat baru untuk melabuhkan segala perasaan dan kekecewaan mereka terhadap ayahnya nampak tak mau jauh-jauh dari Adrian dan terus memegang tangan lelaki.

Lagi pula gestur dan kasih sayang Adrian benar-benar mengisyaratkan seolah-olah dia adalah calon ayah yang baik dan figur yang akan disukai anak-anak.

Saat kami naik ke pan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status