Usai menyemprotnya dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, lelaki itu hanya bisa mendesahkan nafas sambil menggelengkan kepala kemudian menjauh dariku.Dia pergi mengganti pakaiannya kemudian mengambil kunci mobil dan berangkat kerja tanpa berpamitan. Ya, perlahan-lahan semuanya memang harus berubah. Berpura-pura tetap jadi istri yang baik sungguh menyiksa perasaanku karena aku harus membohongi diri sendiri.Memang tidak baik memasang sikap permusuhan, tapi aku tidak bisa berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, aku sedang kesal dan kekecewaan itu tidak mudah diobati hanya dengan permintaan maaf.Aku tahu, kalau aku terus begini Mas Widi benar-benar akan berpaling, tapi aku pun ingin tahu, setelah mendapatkan kenyamanan dengan Dinda, benarkah dia akan meninggalkanku? aku penasaran tentang apa keputusan berikutnya. *Siang hari ku jemput anak-anakku kemudian aku mampir ke rumah orang tuaku untuk makan siang bersama dengan mereka.Meski aku bersikap ceria dan mencoba menyapa merek
Tentu saja aku langsung emosi, aku langsung melempar pakaian itu ke lantai yang ada di dekat kakinya. Barang-barang itu berhamburan ke lantai dan membuat dia terbelalak.Dia yang sedang makan langsung tersentak dan menghentikan suapan tangannya."Ada apa ini?""Apa pertanyaannya tidak terbalik?" Aku yang emosi, aku yang sudah merasa bahwa ubun-ubunku membara langsung berteriak padanya. "Kau ini kenapa? Aku sedang makan, Syifa." Lelaki itu sontak marah. "Makanlah, lanjutkan, dan telan makanan itu dengan nyaman! Sementara pembantumu ini akan melakukan apa yang kau mau," ucapku sambil menatapnya dengan tajam. Hatiku bergejolak seperti gunung api yang siap meletus. Aku sangat murka, aku tidak menerima penghinaan ini. "Aku tak mengerti!" Lelaki itu memasang wajah heran, sikap polosnya yang dibuat-buat membuatku geram dan ingin menghajarnya."Kenapa kau bawa pulang pakaian kotor seakan-akan rumah ini hanya jembatan dan tempat kau berganti pakaian. Bukankah istri barumu juga punya tangan
Tok ... Tok.Pintu kamarku diketuk Mas Widi, tapi aku bergeming begitu saja karena merasa sudah lelah untuk berdebat dan bicara padanya.Sudah 3 bulan bergulir sejak aku tahu dia punya kekasih. Kupikir hanya Rani saja wanita dalam hidupnya tapi ternyata ada yang lebih penting dari itu. Kupikir hanya Rani wanita yang ia sembunyikan, tapi ternyata ada yang lebih privasi dan lebih berharga dibandingkan wanita istri CEO kaya itu. Mungkin lebih baik menikahi pemilik perusahaa daripada menggoda istri seorang pimpinan. Ya, Mas Widi mendapatkan apa yang dia inginkan.Tok tok.Ketukan pintu itu terulang lagi, lelaki itu membujukku agar aku mau membuka pintu dan mendengar penjelasannya."Dengar Syifa, istriku tersayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi semua yang kulakukan terlihat salah di matamu dan seperti sebuah ketidakadilan yang disengaja."Aku tidak menjawabnya aku sibuk dengan pikiranku sendiri. "Aku sengaja tidak makan atau mencuci pakaianku di tempat Dinda ... bukan karena dia
Terakhir kali aku mendengar suara Dinda saat aku masuk ke dalam kamar dan meninggalkan mereka berdua di dapur.Beberapa saat kemudian suasana rumah menjadi hening, entah mas Widi mengantarnya pulang ataukah dia sudah tidur, aku tidak tahu.*Aku tidak bisa tidur karena gelisah berpikir tentang kelanjutan hari esok. Kalau begini terus, maka jatuhnya bertahan dalam rumah tangga ini akan merusak mentalku. Tadinya aku ingin hidup dengan damai tanpa diganggu atau mengganggu, Aku berusaha berdamai dengan kenyataan ini dan tidak mengusik gugat istri suamiku. Aku ingin menerima takdirku sebagai wanita yang dipoligami tapi ada saja masalah yang mengundang kemarahan dan menyulut emosiku.Sesungguhnya dan sebenar-benarnya ..m aku tidaklah merugi andai Mas Widi menikah lagi. Hanya tentang ego dan rasa dikhianati membuat aku dan segelintir wanita-wanita di dunia ini menjadi keberatan dan tidak bisa menerima keadaan. Andai suami-suami di luar sana bisa jujur tentang keinginan mereka dan bicara da
Apa yang dikatakan Bunda memang benar. Aku tidak boleh bertahan kalau aku sakit sendiri. Aku disarankan untuk menikmati semua fasilitas yang ada tapi disuruh berhati-hati agar jangan sampai apa yang aku nikmati terlihat seperti harga pembelian suami atau sogokan tutup mulut.Kutinggalkan rumah orang tuaku kemudian kembali ke rumahku, kuperkirakan mobil di garasi kemudian masuk ke dalam rumah untuk pergi siapkan makan siang. Untungnya aku tinggal di komplek perumahan yang para tetangganya tidak terlalu akrab sampai harus mengurusi kehidupan satu sama lain. Meski kadang ada beberapa gosip dan isu merebak, tapi itu tidaklah penting untuk sebagian orang yang kebanyakan adalah orang-orang yang sibuk. Kegiatan orang-orang yang tinggal di komplek Bougenville 1 hanya bekerja mencari uang, lalu mereka pulang untuk istirahat. *Pukul 04.00 sore Mas Widi pulang dari rumah sakit. Saat buka pintu, lelaki itu meletakkan sepatunya kemudian langsung menjatuhkan dirinya di atas kursi ruang tamu. Sep
Mendengar bahwa aku tidak lagi mencintainya. Lelaki itu hanya berdiri termangu. Ia tercenung mendengar setiap kalimat yang lebih cocok disebut duri dibandingkan dengan percakapan biasa.Lelaki itu membalikan badannya lalu dengan langkah gontai ia kembali ke ruang kerja dan meletakkan semua barang-barang yang tadi ia kemas buru buru."Kenapa? Kau tidak jadi bermalam di UGD?""Aku akan membatalkannya."Tidak mungkin semudah itu membatalkan kewajiban pekerjaan kecuali kalau dia memang membohongiku. Di mana-mana yang namanya dokter, kalau ada pasien gawat darurat yang tidak bisa ditinggalkan maka mereka akan sigap membantu. Naluri mereka sebagai seorang dokter tidak akan bisa diabaikan. Aku tahu Mas Widi mendustaiku.Malam ini aku dan anak-anak tidur di kamar mereka sementara masih di tidur sendirian di kamar kami. Adalah situasi aneh saat pertama kali aku dan dia tidak tidur bersamaan, pasti lelaki itu mulai merenungkan setiap kejadian dan semoga dia menyesali semua kesalahannya meski h
Semua kerepotan dan kesulitan yang terus terjadi berhari-hari adalah akibat dari perbuatan Mas Widi. Pertama ia selingkuh dengan Rani dengan membohongiku kalau ia punya pelatihan di luar kota, lalu kemudian selingkuh lewat m-banking lewat Dinda. Ah, kalau dipikir, canggih sekali ya akal manusia untuk melakukan permainan, ada saja caranya.Saat ini kudapatkan modus perselingkuhan baru, dengan terungkapnya ratusan pesan di m-banking suamiku. Lalu besok apa lagi aplikasi yang akan orang orang gunakan untuk menghianati orang yang mencintai mereka dan menunggu mereka di rumah. Ya Tuhan ada ada saja.Lihatlah tadi, seharusnya Mas Widi bisa sarapan dengan tenang, menikmati kopi sambil membaca portal berita pagi. Tapi, karena ia menciptakan kerepotan untuk dirinya sendiri, alhasil dia harus berangkat di pagi buta dengan panik.Aku bisa bayangkan betapa senangnya Dinda karena ia berhasil menjumpai Mas Widi pagi pagi, entah mas Widi sungguh akan mengantarnya pulang atau Mereka pergi ke tempa
*Sore hari.Suamiku kembali dari tempat kerjanya pukul setengah lima sore. Tumben sekali karena hari ini dia terlambat. Biasanya di hari Jumat sore dia pasti pulang lebih cepat untuk pergi bermain tenis dengan teman-temannya. Termasuk bermain dengan Dokter Okan yang pernah memberinya pengaruh buruk."Tumben Jumat ini kau terlambat?""Aku..." Kalau gitu nampak ragu tapi kemudian saat ia telah selesai melepas jasnya dan menggantungnya, dia datang ke hadapanku."Dinda menungguku sampai jam kerja berakhir, jadi setelah pulang tadi aku dan dia pergi makan. Apa Kau keberatan?"Hahaha, meski aku bilang tidak, tetap saja dia tahu persis kalau aku tidak senang. Kurasa tidak ada artinya membatasi interaksi mereka berdua, karena semakin aku mengekang, mereka akan terus punya cara untuk berjumpa secara diam-diam. Sebaliknya ketika seorang laki-laki sudah diberikan kebebasan, mereka akan mulai kehilangan minat dan merasa bahwa hubungan yang mereka jalani secara tertutup tidak lagi menantang.
Kudengar pembicaraan saat berkunjung terakhir kali ke kantor polisi, berdasarkan pasal 354 dan 353 KUHP tentang penganiayaan berat dan penganiayaan berencana, maka Dinda terancam dituntut dengan hukuman empat tahun penjara dan denda. Usut punya usut, wanita itu sejak awal memang sudah merencanakan untuk mencelakakan orang lain, ditambah dengan keterangan saksi dan laporan pria yang ditangkap kemarin, bahwa dia memang dibayar oleh Dinda agar menusuk diriku dan mencelakakan diri ini.*Jangan tanya seberapa besar keluarganya berusaha untuk menyelamatkan wanita itu dari tuntutan penjara. Berulang kali staff dari keluarganya mencoba menemuiku dan meyakinkan diri ini untuk tidak memberikan kesaksian, aku juga diiming-imingi uang dan rumah baru juga pekerjaan yang layak tapi aku menolaknya.Pada akhirnya lelaki yang sudah lelah membujuk diriku itu kemudian berkata,"Mengingat betapa baiknya hubungan Anda di masa lalu dengan Nyonya Dinda. Saya rasa Anda harus mulai bermurah hati kepadanya.
Saat polisi menggiring Dinda keluar dari rumah sakit banyak orang-orang yang memperhatikan peristiwa itu. Mereka berkerumun dan membicarakan peristiwa yang bagaikan drama itu. Berulang kali Dinda mencoba melepaskan diri dan menjerit serta berteriak. Dia bilang dia tidak bisa ditangkap karena keluarganya akan segera melindunginya tapi itu tidak urung membuat polisi terus membawa wanita itu ke atas mobil patroli dan meluncur pergi. Kuhela napas pelan setelah keadaan mulai mereda, orang-orang kembali ke ruangan dan posisi mereka, pun Syifa yang sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditenangkan oleh suaminya."Maafkan aku, andai aku tidak datang kemari untuk menjenguk Syifa mungkin Dinda juga tidak akan datang dan melakukan itu.""Jangan salahkan dirimu," ujar Syifa.Usai menyelimuti Syifa Adrian mendekatiku Dia memberi isyarat agar kami berdua bicara ke suatu tempat. "Ayo kita bicara fisiknya sambil mengarahkanku dan membukakan pintu untukku. Kami berjalan perlahan ke arah balkon da
Dua hari kemudian.Aku sengaja membeli bunga lili dan lavender juga sedikit mawar merah untuk kurangkai di sebuah buket lalu kubawakan untuk Syifa yang keadaannya sudah mulai membaik di rumah sakit.Kutemui wanita yang sudah mulai pulih itu dan sudah bisa duduk serta tersenyum di tempat tidurnya."Apa kabarmu?" tanyaku. Aku menyalaminya dan dia menyambutku dengan senyum hangat, kondisi dirinya yang sedang hamil 6 bulan membuatnya nampak sulit bergerak dan sedikit gemuk."Aku baik. Aku semakin membaik.""Bagaimana dengan lukanya.""Memang nyeri, tapi aku baik baik saja," balasnya."Kau memang kuat.""Alhamdulillah.""Tapi kenapa kau mau melakukan itu untuk melindungiku. Andai kau biarkan saja lelaki itu menyerangku agar kau tidak mengalami hal seperti ini?""Tidak, Mas, aku merasa berguna menyelamatkanmu.""Tapi kau juga punya bayi di dalam perutmu bagaimana kalau bayi itu sampai meninggal gara-gara aku? Aku yakin suamimu tidak akan memaafkanku.""Tidak, Adrian tidak menyalahkanmu, dia
Aku bisa menangkap kemarahan pria itu, pria yang punya perusahaan multinasional dan cukup terkenal itu dia tidak akan melepaskan pelaku penusukan terhadap istrinya juga dalang dibaliknya.Tidak akan butuh waktu lama untuk tahu dan menangkap pelaku penusukan. Cukup memeriksa CCTV Rumah Sakit lalu memeriksa plat motor yang digunakan pelaku untuk melarikan diri dan tak lama kemudian polisi tidak akan kesulitan untuk melacak keberadaan pria tersebut, lalu menangkap dan mengintrogasinya kemudian mengungkap siapa pelaku di balik semua ini.Seperti yang kuduga, 10 menit kemudian Adrian didatangi oleh beberapa orang polisi Dia terlihat berbicara dengan serius dan mengantarkan petugas itu ke ruangan istrinya, polisi melihat keadaan Syifa dari balik kaca ruang perawatan dan terlihat mengerti apa yang diperintahkan oleh Adrian."Kami akan memeriksa kamera pengawas dan kami berjanji akan menemukan pelakunya secepatnya.""Istriku tidak pernah punya musuh bertengkar atau menyakiti orang lain saya
Aku dinaikkan kembali ke kursi roda lalu didorong dan dibawa masuk ke ruang tunggu. Bunda menangis dan pergi melihat mantan menantunya yang kini sedang kalang kabut ditolongi oleh dokter. Adrian juga nampak panik, terlihat berlari ke arah apotek untuk mencari kantung darah dan beberapa alat yang diperlukan. "Dorong ayah masuk ke UGD," ujarku pada anak anak."Dokter bilang nggak boleh masuk," ujar putriku dengan mata sembab."Kita harus liat keadaan Bunda.""Bunda ga sadar, dia dipasangi selang oksigen," ujar anak sulungku. Dengan didorong oleh mereka berdua kami tertatih masuk ke ruang UGD dan melihat betapa kalang kabutnya dokter yang ada di sana. Lantai lantai jadi kotor berserakan dengan kain kasa yang sudah berwarna darah, bahkan dari ranjangnya, Syifa juga mengalirkan dan cairan itu menetes dari brankar, membuat lantai jadi becek dengan warna merah yang membuat kepalaku pusing."Dokter gimana keadaannya?""Kami sedang memberikan pertolongan. Dia mengeluarkan darah yang begitu b
"Bu, berangkat dulu.""Apa kau akan sepanjang hari di gym?""Iya.""Baiklah, kalau begitu. Ibu mau menjenguk ayahmu di pusat perawatan lansia.""Iya, apa ibu akan butuh uang?""Ibu masih punya simpanan.""Baiklah kalau begitu Ibu hati-hati juga."Setelah mencium tangan halus dan mengecup kening ibuku tercinta, aku segera mungkin berangkat menggunakan motor menuju ke gym yang berada 20 KM jauh dari rumah.Berkendara sambil menikmati suasana kota dan sejuknya udara pagi, sambil menatap pohon rindang yang ada di sebelah kanan kiri jalan, membuatku sedikit menikmati perjalanan. Telah sedikit saja aku bisa terjebak macet ditambah cuaca mulai panas maka hati akan mudah runyam. Aku mengemudikan motor sambil mendengarkan alunan musik pelan di headset yang ku pasang di telinga.Karena ingin mempersingkat waktu aku mengambil jalan pintas, memotong melewati blok-blok bangunan dan jalan yang sepi. Hingga tiba di sebuah Jalan yang berada di belakang barisan ruko-ruko besar. Aku menyadari sebuah mo
Aku tidak menyangka bahwa penolakanku tempo hari adalah petaka.**Aku merasa bersalah kepada dinda tapi menimbang bahwa sudah begitu jauh masalah yang terjadi karena kami nekat bersama, akhirnya aku memutuskan untuk mengalah dan mengakhiri semua ini.Ya, aku memutuskan untuk batal rujuk dan mengejarnya lagi. Meski tadinya aku melihat cinta untuknya akan memperbaiki hidupku dan memperlancar jaringan bisnis, serta menaikkan pamorku sebagai dokter yang berprestasi, tapi nyatanya semua itu gagal.Aku beruntung karena aku hanya dipenjara selama beberapa bulan, aku berhasil bebas dengan jaminan darinya, Sebenarnya aku merasa sangat berhutang Budi dan bersalah karena merugikan keuangan Dinda, aku ingin menebusnya tapi entah kenapa saat itu aku bodoh sekali. Seharusnya aku tidak menciptakan konflik antara aku dan istri kedua dengan cara terus-menerus menemui mantan istri pertama.Sebenarnya aku tidak akan membuat episode depresi Dinda jadi kumat andai aku tidak terus meluahkan waktu untuk m
Selepas kepergianku dari rumah mantan ibu mertua aku lanjutkan perjalanan menuju pusat kebugaran di mana mas Widi bekerja sebagai pelatih. Dulu dia hanya cleaning service tapi karena bentuk tubuhnya yang atletis dan wajahnya yang lumayan menarik serta keahliannya dalam memakai alat olahraga membuat pemilik gym merekrut dia sebagai pelatih.Kudengar berkat kehadiran mas Widi sebagai pelatih banyak wanita yang kemudian bergabung ke pusat kebugaran untuk mengecilkan tubuh mereka dan mendapatkan bentuk yang ideal. Aku aku percaya mereka bukan hanya ingin langsing tapi juga ingin mendapatkan perhatian mantan suamiku.Tidak, suamiku, seharusnya dia masih suamiku. Ketidakwarasanku membuat aku kehilangan suami dan seharusnya itu tidak terjadi."Halo nyonya, kenapa baru datang sekarang? sudah sebulan anda tidak mengunjungi pusat kebugaran," ucapnya yang sudah kenal padaku dan menyambutku dengan Ramah."Apa anda akan berlatih hari ini?""Tidak, Aku ingin bertemu dengan mas Widi.""Oh baik nyo
Terik matahari di siang ini cukup menyengat, angin yang bertiup terasa membawa panas saat aku tiba di rumah mantan ibu mertua. Kudorong pintu gerbang yang selalu tidak terkunci, kuarahkan pandanganku pada pintu utama yang diberi ornamen dari rotan yang dijalin dan bertuliskan selamat datang, dinding sebelah kiri yang difungsikan sebagai pagar ditumbuhi oleh mawar rambat beraneka warna, terasa begitu kontras dengan warna langit yang biru dan asrinya rumah itu. "Assalamualaikum."Aku mengetuk pintu dan sekitar semenit kemudian seseorang membukakannya. Saat mata kami bertemu wanita itu nampak terkejut, ia berkali-kali memastikan tanggapan matanya sampai aku menyapanya."Apa kabar Ibu?""Kau dinda kan?""Iya, boleh saya masuk.""Oh, ayo," ucapnya ramah. Dipersilahkannya aku duduk di kursi tamu, sementara di atas meja ada vas bunga yang diisi dengan bunga-bunga segar. Dari dulu, ibu mertua katanya sangat pandai merangkai bunga."Bunganya bagus," ucapku canggung, wanita itu tersenyum t