Tok ... Tok.Pintu kamarku diketuk Mas Widi, tapi aku bergeming begitu saja karena merasa sudah lelah untuk berdebat dan bicara padanya.Sudah 3 bulan bergulir sejak aku tahu dia punya kekasih. Kupikir hanya Rani saja wanita dalam hidupnya tapi ternyata ada yang lebih penting dari itu. Kupikir hanya Rani wanita yang ia sembunyikan, tapi ternyata ada yang lebih privasi dan lebih berharga dibandingkan wanita istri CEO kaya itu. Mungkin lebih baik menikahi pemilik perusahaa daripada menggoda istri seorang pimpinan. Ya, Mas Widi mendapatkan apa yang dia inginkan.Tok tok.Ketukan pintu itu terulang lagi, lelaki itu membujukku agar aku mau membuka pintu dan mendengar penjelasannya."Dengar Syifa, istriku tersayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi semua yang kulakukan terlihat salah di matamu dan seperti sebuah ketidakadilan yang disengaja."Aku tidak menjawabnya aku sibuk dengan pikiranku sendiri. "Aku sengaja tidak makan atau mencuci pakaianku di tempat Dinda ... bukan karena dia
Terakhir kali aku mendengar suara Dinda saat aku masuk ke dalam kamar dan meninggalkan mereka berdua di dapur.Beberapa saat kemudian suasana rumah menjadi hening, entah mas Widi mengantarnya pulang ataukah dia sudah tidur, aku tidak tahu.*Aku tidak bisa tidur karena gelisah berpikir tentang kelanjutan hari esok. Kalau begini terus, maka jatuhnya bertahan dalam rumah tangga ini akan merusak mentalku. Tadinya aku ingin hidup dengan damai tanpa diganggu atau mengganggu, Aku berusaha berdamai dengan kenyataan ini dan tidak mengusik gugat istri suamiku. Aku ingin menerima takdirku sebagai wanita yang dipoligami tapi ada saja masalah yang mengundang kemarahan dan menyulut emosiku.Sesungguhnya dan sebenar-benarnya ..m aku tidaklah merugi andai Mas Widi menikah lagi. Hanya tentang ego dan rasa dikhianati membuat aku dan segelintir wanita-wanita di dunia ini menjadi keberatan dan tidak bisa menerima keadaan. Andai suami-suami di luar sana bisa jujur tentang keinginan mereka dan bicara da
Apa yang dikatakan Bunda memang benar. Aku tidak boleh bertahan kalau aku sakit sendiri. Aku disarankan untuk menikmati semua fasilitas yang ada tapi disuruh berhati-hati agar jangan sampai apa yang aku nikmati terlihat seperti harga pembelian suami atau sogokan tutup mulut.Kutinggalkan rumah orang tuaku kemudian kembali ke rumahku, kuperkirakan mobil di garasi kemudian masuk ke dalam rumah untuk pergi siapkan makan siang. Untungnya aku tinggal di komplek perumahan yang para tetangganya tidak terlalu akrab sampai harus mengurusi kehidupan satu sama lain. Meski kadang ada beberapa gosip dan isu merebak, tapi itu tidaklah penting untuk sebagian orang yang kebanyakan adalah orang-orang yang sibuk. Kegiatan orang-orang yang tinggal di komplek Bougenville 1 hanya bekerja mencari uang, lalu mereka pulang untuk istirahat. *Pukul 04.00 sore Mas Widi pulang dari rumah sakit. Saat buka pintu, lelaki itu meletakkan sepatunya kemudian langsung menjatuhkan dirinya di atas kursi ruang tamu. Sep
Mendengar bahwa aku tidak lagi mencintainya. Lelaki itu hanya berdiri termangu. Ia tercenung mendengar setiap kalimat yang lebih cocok disebut duri dibandingkan dengan percakapan biasa.Lelaki itu membalikan badannya lalu dengan langkah gontai ia kembali ke ruang kerja dan meletakkan semua barang-barang yang tadi ia kemas buru buru."Kenapa? Kau tidak jadi bermalam di UGD?""Aku akan membatalkannya."Tidak mungkin semudah itu membatalkan kewajiban pekerjaan kecuali kalau dia memang membohongiku. Di mana-mana yang namanya dokter, kalau ada pasien gawat darurat yang tidak bisa ditinggalkan maka mereka akan sigap membantu. Naluri mereka sebagai seorang dokter tidak akan bisa diabaikan. Aku tahu Mas Widi mendustaiku.Malam ini aku dan anak-anak tidur di kamar mereka sementara masih di tidur sendirian di kamar kami. Adalah situasi aneh saat pertama kali aku dan dia tidak tidur bersamaan, pasti lelaki itu mulai merenungkan setiap kejadian dan semoga dia menyesali semua kesalahannya meski h
Semua kerepotan dan kesulitan yang terus terjadi berhari-hari adalah akibat dari perbuatan Mas Widi. Pertama ia selingkuh dengan Rani dengan membohongiku kalau ia punya pelatihan di luar kota, lalu kemudian selingkuh lewat m-banking lewat Dinda. Ah, kalau dipikir, canggih sekali ya akal manusia untuk melakukan permainan, ada saja caranya.Saat ini kudapatkan modus perselingkuhan baru, dengan terungkapnya ratusan pesan di m-banking suamiku. Lalu besok apa lagi aplikasi yang akan orang orang gunakan untuk menghianati orang yang mencintai mereka dan menunggu mereka di rumah. Ya Tuhan ada ada saja.Lihatlah tadi, seharusnya Mas Widi bisa sarapan dengan tenang, menikmati kopi sambil membaca portal berita pagi. Tapi, karena ia menciptakan kerepotan untuk dirinya sendiri, alhasil dia harus berangkat di pagi buta dengan panik.Aku bisa bayangkan betapa senangnya Dinda karena ia berhasil menjumpai Mas Widi pagi pagi, entah mas Widi sungguh akan mengantarnya pulang atau Mereka pergi ke tempa
*Sore hari.Suamiku kembali dari tempat kerjanya pukul setengah lima sore. Tumben sekali karena hari ini dia terlambat. Biasanya di hari Jumat sore dia pasti pulang lebih cepat untuk pergi bermain tenis dengan teman-temannya. Termasuk bermain dengan Dokter Okan yang pernah memberinya pengaruh buruk."Tumben Jumat ini kau terlambat?""Aku..." Kalau gitu nampak ragu tapi kemudian saat ia telah selesai melepas jasnya dan menggantungnya, dia datang ke hadapanku."Dinda menungguku sampai jam kerja berakhir, jadi setelah pulang tadi aku dan dia pergi makan. Apa Kau keberatan?"Hahaha, meski aku bilang tidak, tetap saja dia tahu persis kalau aku tidak senang. Kurasa tidak ada artinya membatasi interaksi mereka berdua, karena semakin aku mengekang, mereka akan terus punya cara untuk berjumpa secara diam-diam. Sebaliknya ketika seorang laki-laki sudah diberikan kebebasan, mereka akan mulai kehilangan minat dan merasa bahwa hubungan yang mereka jalani secara tertutup tidak lagi menantang.
Napas pagi terasa lebih dingin dari biasanya, mungkin karena keberadaan suami sedang di tempat lain. Embun tipis membasahi kelopak bunga, sementara angin tipis menyisir s sudut rumah saat aku membuka jendela. Kubiarkan hawa berebut masuk, sembari berharap bahwa aku bisa sedikit mendapatkan ketentraman.Usai sarapan kuantarkan anak-anak ke mobil jemputan, lalu aku kembali masuk untuk membereskan meja makan.Ting.Bel pintu berdenting dari monitor yang terlihat dari dapur aku bisa melihat bahwa yang datang adalah ibuku.Aku berlari ke pintu untuk menjemputnya, kubuka dan kusambut uluran tangannya lalu mengajak beliau masuk."Kau sendirian?""Iya.""Apa dokter Widi berangkat pagi-pagi?""Dia tidak menginap di sini."Aku berusaha tersenyum tapi Ibuku malah memandang diri ini dengan tatapan aneh, dia melihat senyum kepalsuanku sambil berdecak miris dan menggelengkan kepalanya."Kalau tidak rela Kenapa diizinkan.""Aku sedang berusaha untuk rela, sembari berdamai dengan kenyataan, menerim
Seperti yang kukatakan kalau aku akan pergi berlibur, maka tanpa berkoordinasi pada siapapun, aku menyiapkan tiket dan semua keperluan yang akan kubutuhkan di luar negeri nanti.Aku memakai uang tabunganku kemudian membeli pakaian dan jaket yang mungkin akan cocok di musim dingin yang sedang berlangsung di Australia. Aku juga mau beli sepatu dan topi kemudian koper baru. Kupegang semua perlengkapanku termasuk perlengkapan mandi dan kosmetik lalu memasukkannya ke dalam koper. Tepat saat aku selesai mengemas koper mas Widi tiba dari rumah sakit dan kebetulan membuka pintu kamar."Kau mau ke mana tanya lelaki itu yang terkejut melihat koper besar sudah siap di atas tempat tidur.""Oh aku lupa memberitahumu aku berencana pergi berlibur.""Mengejutkan sekali... Kenapa ini mendadak sekali.""Bukannya aku sudah memberitahumu dari kemarin kalau aku membutuhkan hiburan dan healing.""Tapi, bagaimana dengan anak anak?""Kau dan Dinda akan menjaganya," jawabku enteng. Akan kulimpahkan semua tang