Keesokan paginya,
Kusambut nafas pagi dengan bangun lebih cepat untuk mandi menunaikan salat subuh. Mesin melipat sajadah aku langsung pergi ke dapur dan mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk ketiga anggota keluargaku. Farisa Putriku yang duduk di taman kanak-kanak harus membawa kotak makanan karena guru mereka menyarankan anak-anak untuk bawa bekal sendiri.Kuletakkan nasi goreng dan kudapan juga meletakkan sedikit cemilan dan susu kotak ke dalam kotak bekal kedua putra putriku. Lalu kubuatkan kopi untuk Mas Widi juga menyiapkan roti lapis dan nasi goreng sosis kesukaannya."Kamu sudah masak Sayang?"Mas Widi yang terlihat masih kuyup karena baru bangun tidur mendekat dan mencium pipiku."Pergilah mandi agar kau tidak bau," ucapku sambil tersenyum."Ya sepertinya aku akan buang air besar dan ambil waktu lama, jadi usahakan agar sarapanku itu tetap hangat," ucapnya dengan wajah masih lesu."Iya, iya, cepatlah," jawabku.Saat tahu dia sudah masuk ke dalam kamar mandi dengan cepat aku membereskan pekerjaanku di dapur lalu segera mengendap ke dalam kamar dan mencari ponselnya.Kubuka pintu, masuk kamar, ambil ponselnya, lalu membuka aplikasi m-banking berlogo biru kemudian membukanya. Seperti biasa aku pergi ke tompol mutasi rekening lalu menentukan tanggalnya untuk satu minggu ke belakang. Percakapan yang kemarin itu sudah bertambah lagi.(Kayaknya, Syifa tahu chat ini.)(Kok bisa?)Uang Rp 10.000 itu bolak-balik dan mungkin dia sudah capek dilempar terus menerus oleh dua rekening yang entah kenapa belum kunjung juga aku ketahui siapa pemiliknya.Sialnya, meski nomor rekening Itu tampak tapi beberapa digit angka di belakangnya disensor. Ya ampun, tidak mungkin kan, aku pergi ke bank lalu melacak 10 digit angka yang sama dan ribuan kemungkinan angka itu akan butuh waktu lama, di samping, petugas bank tidak akan mau melakukannya untukku.Aarggg, aku harus bagaimana.Kenapa ada orang yang mau merumitkan hidupnya seperti ini. Kalau mereka bekerja di tempat yang sama, kenapa tidak curi-curi waktu saja untuk langsung bertemu tanpa harus chat lewat m-banking bukankah melakukan transfer itu butuh waktu dan menyebalkan sekali saat jaringannya loading. Arrggg ... Aku yang tidak melakukan saja merasa pusing apalagi mereka yang melakukan.(Kita harus aman.)(Ganti pin atau kunci HP) balas nomor misterius itu. Betapa susahnya dua manusia itu mengirim pesan dalam bentuk kode-kodean karena mereka tidak bisa mengirimkan pesan panjang-panjang. Hah.(Kalau kunci nanti dia curiga.)Curiga apanya, kenapa aku harus curiga kalau segala sesuatu diungkapkan dengan transparan dan jujur. Kecuali, mereka memang menyembunyikan sesuatu yang tidak boleh diketahui orang lain, lalu apalagi yang patut disembunyikan kalau bukan hubungan gelap.Tentu saja kalau dikunci aku makin curiga, sudah ketahuan seperti ini saja aku sudah sangat curiga dan murka, apalagi kalau dikunci dan makin disembunyikan."Apa yang kau lakukan dengan ponselku?"Aku kaget. Selagi aku tercenung seperti tadi, suamiku tanpa kusadari tiba-tiba sudah keluar dari kamar mandi."Eh, a-anu, aku tadi kebetulan melihat jam.""Oh, tapi kenapa kau nampak tercenung?""Tidak, aku sedang berpikir bagaimana untuk pulang lebih cepat dari sekolahan Farisa karena aku harus menghadiri acara syukuran di rumah sepupuku Rina.""Kalau begitu minta izin dulu dari guru Farisa, nggak enak kan kalau kamu nggak hadir," ucap lelaki itu sampai mengulurkan tangannya agar aku segera menyerahkan ponsel berlogo apel kroak itu ke tangannya.Entah kenapa dia sangat protektif dengan ponselnya, baru kupegang sedikit saja dia langsung ingin mengambilnya. Aku ingin protes tapi kalau kami bertengkar maka dia bisa saja mengunci benda itu."Padahal ada jam dinding," ucapnya sambil melirik jam dinding yang tergantung di kamar, aku langsung tertawa gugup dan bilang,"Oh iya aku lupa. Tapi kenapa cepat sekali Kenapa tidak jadi BAB?""Ga jadi," jawabnya singkat.Ada raut kecurigaan di wajah suamiku tapi aku tetap berusaha tersenyum manis dan langsung saja memeluknya agar dia tidak makin saja berpikiran negatif.*Kuantar kedua anakku ke sekolahnya lalu minta izin pada guru farisa agar aku bisa pulang lebih cepat karena ada acara yang harus kuhadiri. Aku berjanji akan menjemput farisa tepat waktu siang nanti.Aku langsung meluncur ke rumah sepupu terdekatku itu lalu membantu dia untuk persiapan acaranya di jam 09.00 nanti. Selagi mengatur kudapan ke dalam piring aku dihampiri oleh sepupuku dan kami pun saling bercerita tentang keseharian masing-masing.Aku pun yang sejak kemarin masih resah segera menceritakan apa yang terjadi kepada sepupu yang hampir seumuran denganku itu."Kok bisa pakai m-banking?""Entahlah, mungkin karena m-banking adalah sesuatu yang tidak mungkin dicurigai?""Justru itu yang paling cepat ketahuan," ucap Rina sambil mengenyitkan alisnya."Masalahnya aku nggak pernah kepo dengan hp-nya Mas Widi, sekalinya tahu, chat itu sudah ribuan bertumpuk.""Ya ampun, kamu sih ga waspada.""Pertanyaannya... si misterius itu perempuan atau laki-laki?""Apakah suamimu selama ini bertingkah aneh dan tidak terlalu memperdulikan dirimu saat kau berdandan?""Tidak.""Artinya suamimu normal dan teman chatnya pasti perempuan.""Kurasa mereka sama-sama dokter.""Kalau begitu mudah saja untukmu menguntit dan mengetahui siapa si perempuan itu.""Iya kalau rumah sakitnya sama bagaimana kalau rumah Sakitnya berbeda? ada puluhan rumah sakit dan ribuan dokter di kota ini yang tidak mungkin aku periksa satu persatu kan? lagi pula bagaimana kita tahu seorang dokter sedang mengirim pesan kepada siapa, dan detail kegiatannya setiap hari.""Ah, mendengarnya aku juga pusing," desah Rina. "Tapi aku masih nggak percaya kalau mas Widi sampai selingkuh.""Ah, aku juga rasanya sulit mempercayai kenyataan ini jawabku sambil mendesah pelan dan menggelengkan kepala."Entah harus mulai dari mana, aku tidak tahu harus bagaimana."Bagaimana kalau aku coba menguntitnya ke rumah sakit, saja ya?""Ide bagus, cobalah."Aku terpaksa minta maaf kepada sepupuku karena aku tidak bisa membantunya untuk melayani para tamu di acara syukuran. Tadinya aku hendak beramah-tamah dengan keluarga tapi ada yang hal yang lebih penting yang harus segera kuketahui untuk meredakan keresahan di dalam hatiku.Aku pergi ke Rumah Sakit Bakti Nusa, sebuah rumah sakit pemerintah kota di mana suamiku mengabdikan dirinya. Sudah lama suamiku bekerja di sini, posisinya sudah seperti dokter yang disegani karena pelayarannya yang selalu tepat dan efisien. Katanya dia bisa membantu menyembuhkan sembilan dari 10 pasien. Sungguh, itu sebuah pencapaian dan bentuk dedikasi.Kukenakan masker seperti biasa dan mencoba mencari ruangan suamiku dengan menyusuri lorong. Tidak, dia dokter umum, ruangannya pasti di UGD atau sekitarnya. Di tempat ramai itu, mau tidak mau aku pasti akan ketahuan dan terlihat olehnya. Aku harus memantau dari jauh. Dulu, dia bilang akan ambil studi untuk bidang spesialis sehingga ia bisa jadi residen untuk dokte
Sepupuku terkejut karena belum satu jam, aku sudah kembali ke rumahnya. Dia yang nampak sedang melayani tamu tergesa-gesa menghampiri diri ini untuk bertanya apa yang terjadi."Hmm, bagaimana, apa kau dapat jawaban di rumah sakit?" tanyanya dengan antusias."Tidak, aku malah ditimpa masalah."aku menceritakan apa yang terjadi dan refleks saja sepupuku itu tergelak, aku mendengkus sementara ia terbahak-bahak."Maaf ya .. bukan yang aku tidak punya simpati tapi apa yang menimpamu ini benar-benar keanehan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku tegang sekaligus merasa miris dan melihat ini seperti sebuah komedi penyelidikan.""Ah, kau ini," ujarku melengos."Tuh kan kau berusaha untuk memata-matai suamimu tapi kau dipaksa untuk mengeluarkan uang Rp.500.000.""Gapapa lah, mungkin berkah bagi pasien itu, aku juga ikhlas memberi kok.""Iya, iya, Semoga Allah membalas kebaikanmu," ucap Rina sambil menepuk bahuku."Tapi tetap saja .. aku penasaran dengan Si misterius yang bilang kangen itu,
*"Mas akhir pekan ini aku ke rumah ibu mertua ya, aku berencana untuk pergi di hari Jumat dan kembali Minggu sore." Begitu yang kuucapkan saat kami sedang makan malam di meja bersama kedua anak kami."Kok tiba tiba? biasanya kamu paling malas diajak nginep di rumah orang, katanya kamu lebih nyaman di rumah sendiri.""Kamu nggak ingat Mas, kalau aku kepikiran ibu mertua kemarin. Aku jadi membayangkan hari tua yang sepi tanpa anak dan cucu, demi menghindari Karma demikian, aku ingin menjadi menantu yang lebih baik," jawabku kepadanya.Padahal sebenarnya aku sedang mencari alasan agar aku bisa meninggalkannya dan memberi dia kesempatan untuk leluasa bercinta dengan si misterius itu.Aku akan mengantar anak-anak ke rumah ibu mertua tapi secara diam-diam aku akan menguntit suamiku. Aku yakin 100% selama tidak ada aku di rumah lelaki itu tidak akan berdiam diri. Dia pasti akan keluar, seperti biasa pergi main tenis atau memancing,atau mungkin pergi menemui orang yang bilang kangen padanya.
Ya, Bank swasta yang cukup terkenal itu, punya metode pengiriman uang yang berbeda dari bank-bank konvensional lainnya. Sebelum mengirimkan uang kita akan memasukkan dulu nomor rekening pengguna sehingga nomor tersebut akan disimpan berikut juga dengan namanya. Jadi, aku tinggal pura-pura melakukan pengiriman uang dan mengklik pilihan banknya, kemudian daftar nama-nama orang dari bank yang sama, yang sering dikirimkan uang oleh Mas Widi, akan terpampang di sana, aku tinggal melacak salah satu dari mereka. Biasanya orang yang paling sering dikirimkan uang akan berada di daftar teratas. Atau bisa juga itu berdasarkan urutan alfabet.Ah, aku jadi tidak sabar untuk segera membuka ponselnya. Tapi bagaimana ya, kalau aku menyusup dan membuka tasnya maka aku akan dikira pencuri. Parahnya kalau Mas Widi memergoki dan menyadari kalau aku menyusulnya ke land tenis untuk mengambil ponselnya, maka dia akan makin curiga.Aku harus bagaimana.Jika aku menunda yang sekarang maka aku tidak akan pun
Merasa panas hati dengan adegan suamiku digoda lelaki, bukan wanita, aku jadi tak sabar lagi, kemarahanku memuncak, aku geram dan sudah tak bisa mengendalikan diri. Aku bangun dari posisiku, turun menjejaki tangga yang jaraknya sepuluh meter lalu segera menghampiri dokter Widi."Suamiku ...." Aku mendekat sambil langsung bergelayut di lengannya, aku tersenyum pada suamiku yang terkejut dengan kedatanganku tapi di saat bersamaan aku juga mendelik pada si hombreng."Suamiku, sepertinya kau jadi bintang hari," ucapku pura pura manis. Suamiku yang dipanggil demikian merasa terkejut dan heran, dia pasti merasa aneh dengan sikap istrinya yang tiba tiba datang dan bermanja."Kau kenapa?" bisik Mas Widi, "bukannya kau di rumah ibu.""Kangen sayang ... Rupanya aku ga bisa jauh jauh dari kamu," balasku sambil menatap matanya, suamiku tersenyum, tapi ia merasa canggung. Entah malu pada rekan sejawatnya atau malah tak enak pada pasangan lelakinya. Meski hanya asumsi kalau mereka punya hubungan,
Aku kembali ke rumah ibu mertua tempat sebelum senja menjelang, kudapati ibu mertua dan kedua anakku sedang bermain di teras. Melihatku datang dengan wajah yang masam dan mematikan motor dengan tegang, ibu mertua segera menghentikan kegiatannya dan bertanya padaku."Kau dari mana? Katamu kau ingin menghabiskan waktu dengan kami tapi kenapa kau pergi?""Ada sesuatu yang mendesak ibu. Oh ya, aku akan siapkan makan malam apa Ibu ingin makan sesuatu?""Ibu ingin makan sate ayam dan rujak kangkung buatanmu, pasti itu enak sekali.""Oh Tentu, akan kubuatkan."Meski panas dalam hatiku atas adegan yang kusaksikan tadi tapi aku tetap berusaha bersikap tenang dan normal di hadapan Ibu suamiku. Dia sendiri menangkap kegelisahan dalam hatiku dengan terus bertanya apa yang terjadi, tapi aku berusaha tersenyum dan langsung beranjak ke dapur.Selagi menyiapkan kangkung dan kacang serta membumbui ayam pikiranku tidak terus bergelayu dan berputar tentang sikap dokter Okan pada dokter Widi. Gesturnya y
Entah dari mana aku akan memulai pencarian, saat ponsel suamiku dimatikan aku kesulitan untuk melacak keberadaannya. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah mengecek sosial media Siapa tahu dia memposting keberadaannya.Biasanya suamiku tipe orang yang suka berbagi ke sosial media tentang kegiatannya dan keseruan dia berkumpul dengan teman-temannya. Sayangnya setelah aku menghentikan motor dan memeriksa sosial media ternyata dia tidak memposting apapun.Kucoba untuk mengecek GPS yang ku pasang di mobilnya tapi benda itu sepertinya tidak berfungsi, entah kehabisan baterai atau kehilangan sinyal atau tidak tahu. Untungnya aku segera teringat untuk memeriksa sosial media dokter Okan dan kudapatkan di Instagramnya dia seperti sedang duduk di klub dan minum-minum. Ada beberapa orang pria dan wanita, serta suamiku ada di sisinya."Apa hubungan mereka sangat dekat seperti kekasih, apa mereka sungguh tidak bisa dipisahkan dan semakin aku marah semakin menjadi-jadi sikap mereka?" Aku ber
Menyaksikan semua yang terjadi, aku hanya bisa terpaku, tertegun dan bingung. Aku mencoba meyakinkan diri bahwa ini hanya mimpi yang akan berakhir setelah aku terjaga, tapi tidak, rupanya, adegan suamiku berciuman dengan wanita lain nyata di depan mata. Kamera ponselku menyala, merekam semua kejadian itu."Mas!"Semua orang teralihkan, mereka kaget dan salah tingkah mendapati seorang wanita berjilbab dengan air mata membasahi pipi. Kontan suamiku langsung melepas pelukan dari selingkuhannya dia panik dan mencoba mendekatiku. Sementara teman temannya langsung tertegun dan tegang."Syifa, ka-kau di sini?" Suamiku turun dari kursinya dan coba mendekatiku."Apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan bibir gemetar, entah kenapa dari semua dialog yang coba berlomba dan ingin terlontar dari mulutku, entah kenapa, hanya itu yang bisa keluar. Aku ingin langsung mengamuk dan menjumpainya tapi aku tak punya tenaga untuk melakukan itu, gelombang kejut dan tidak menduga perbuatannya, membuatku sulit