Selagi aku kalut dia memelukku dan mendusal-dusal bibirnya di leher serta bahuku, dia mencoba menyentuh tubuhku dan menggoda diri ini. Sebenarnya aku mudah saja tertarik dengan aktivitas itu, tapi entah kenapa aku makin kalut kalau ingat rentetan pesan yang baru kubaca tadi, tak habis pikir diri ini kenapa dia dan si misterius itu pakai M-banking.
Siapa yang bilang kangen dan bilang kemarin enak itu? Apanya yang enak, coklat?Ataukah mereka habis berkencan dan semuanya nikmat?Astagfirullah, jangan, jangan!Suamiku adalah lelaki baik yang taat agama, serta penuh dengan kejujuran. Dia kesayangan semua orang, kesayangan orang tuanya dan juga orang tuaku, bahkan kalau hari raya dan semua keluarga berkumpul para keponakan dan sepupu-sepupunya yang masih muda akan mengerubunginya saking sayangnya mereka kepada Mas Widi. Suamiku juga lelaki yang lembut dan penuh kasih sayang, dia juga tidak pernah pelit untuk berbagi. Apakah mungkin lelaki itu menghianatiku?Apakah mungkin seseorang yang selalu sibuk di rumah sakit dan pulang dalam keadaan lelah punya waktu untuk melakukan sesuatu yang di luar nalar? Astagfirullah, ratusan kali bibir ini terus menggumamkan kata istighfar. Aku benar-benar shock dan tidak habis pikir.Pertanyaannya sekarang... dari manakah aku akan mulai bertanya pada suamiku tentang topik transferan itu. Apakah dia akan menjawabnya dengan jujur dan bilang kalau semua itu hanya transferan dari pasien penggemar atau orang yang tidak dia kenal.Aku tahu sejauh ini ia banyak membantu orang untuk sembuh sehingga pasien-pasien menjadikan dia sebagai dokter favorit mereka. Tapi kalau sampai saling mentransfer setiap waktu dan bicara secara rahasia se-effort itu. Apakah masih kusebut wajar?"Ayo mandi dan pakai lingerie, aku ingin mencumbu dirimu," ucapnya sambil membisikan itu di telingaku, dia menggigit cuping telingaku sedang aku berusaha menghindarinya karena hatiku benar-benar tidak nyaman.Bagaimana tidak nyaman... kalau suamiku dipanggil sayang oleh orang yang tidak kukenal. Ah, aku kalut dan gemetar.Sepertinya aku harus memastikan sekali lagi apa yang kubaca barusan. Tapi ... apakah dia akan memberiku ponsel kedua kalinya setelah terlihat gestur kecurigaan dari raut wajahnya?"Boleh pinjam m-banking-nya sekali lagi tidak aku ingin transfer juga untuk papa di rumah, nanti kuganti.""Tentu saja sayang, orang tuamu adalah orang tuaku juga, kau tidak perlu menggantinya." Dia memelukku lagi.Aku tersenyum lebar dan mengulurkan tangan minta ponsel darinya, tapi dia tiba-tiba menggelengkan kepala."Tidak, sampai kau mandi dan bercinta denganku," bisiknya sambil mencium bibirku kemudian kabur ke dalam kamar.Ah, siaal.Dia pasti akan mencoba mengubah PIN ATM yang atau mencoba menyembunyikan data transaksi. Tapi bukankah mutasi rekening adalah sesuatu yang tidak bisa dihilangkan dari m-banking, ah, aku harus lebih cerdik dari mas Widi.Tapi tetap saja ... Tuhaaaaaan.Aku lemes melihat pantulan diriku di kaca. Dan meski kusadari kalau aku rapi dan wangi, kenapa suamiku bisa mengirimkan pesan seperti itu kepada orang lain.Siapa dia, apakah dia perempuan?Di mana perempuan itu.Ataukah dia laki-laki?!Astaghfirullah, jangan seperti kejadian perselingkuhan suami seorang selebgram dan viral, suami si publik figur itu berselingkuh dengan oknum dokter yang juga berjenis kelamin sama dengan suaminya. Nauzubillah! Membayangkan saja aku bergidik, astaghfirullah, najis!Tapi tetap saja rasa bimbang, takut dan khawatir Itu berkelindan dihatiku. Pun sensasi penasaran ini rasanya bergejolak dan memuncak-muncak, meluap seperti air mendidih yang tumpah di permukaan panci, aku ingin tahu dan rasa penasaran itu meluber kemana-mana.*Kini aku sudah mandi dan pakai lingeri hitam dengan renda yang terbuat dari sutra yang lembut.Suamiku yang baru selesai mandi juga dan masih melingkarkan handuk di pinggangnya nampak tertantang dengan kehadiran diri ini yang sudah wangi dan cantik.Dia mendekatiku dan langsung mendaratkan ciumannya ke bibir ini, kemudian lelaki bertubuh seksi berisi itu menggendong diri ini ke tempat tidur.Selembut dan seromantis apapun dia memperlakukan diri ini di ranjang, aku tidak bisa menanggapinya dengan serius dan antusias. Pikiranku pusing dan rentetan pesan-pesan nakal di m-bankingnya, membuatku tidak bisa fokus dengan sesi percintaan. Sampai dia selesai menuntaskan hasratnya, aku sama sekali tidak menikmati permainan itu.Hatiku resah gelisah dan aku tidak tahu harus bagaimana, kalau memang dia berselingkuh? Apakah aku sudah siap dengan kenyataan yang ada.Tidak Tuhan, hidupku sudah begitu bahagia dan sempurna dengan kehadiran dua orang anak yang cerdas, suamiku juga lelaki yang baik dan taat agama, kenapa tiba-tiba ada ujian perselingkuhan dan main rahasia-rahasiaan di dalam rumah tangga kami. Ya Allah, Aku harus bagaimana apa yang aku harus lakukan sebentar lagi.Keesokan paginya,Kusambut nafas pagi dengan bangun lebih cepat untuk mandi menunaikan salat subuh. Mesin melipat sajadah aku langsung pergi ke dapur dan mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk ketiga anggota keluargaku. Farisa Putriku yang duduk di taman kanak-kanak harus membawa kotak makanan karena guru mereka menyarankan anak-anak untuk bawa bekal sendiri.Kuletakkan nasi goreng dan kudapan juga meletakkan sedikit cemilan dan susu kotak ke dalam kotak bekal kedua putra putriku. Lalu kubuatkan kopi untuk Mas Widi juga menyiapkan roti lapis dan nasi goreng sosis kesukaannya."Kamu sudah masak Sayang?"Mas Widi yang terlihat masih kuyup karena baru bangun tidur mendekat dan mencium pipiku."Pergilah mandi agar kau tidak bau," ucapku sambil tersenyum."Ya sepertinya aku akan buang air besar dan ambil waktu lama, jadi usahakan agar sarapanku itu tetap hangat," ucapnya dengan wajah masih lesu."Iya, iya, cepatlah," jawabku.Saat tahu dia sudah masuk ke dalam kamar mandi dengan cepat aku
Aku terpaksa minta maaf kepada sepupuku karena aku tidak bisa membantunya untuk melayani para tamu di acara syukuran. Tadinya aku hendak beramah-tamah dengan keluarga tapi ada yang hal yang lebih penting yang harus segera kuketahui untuk meredakan keresahan di dalam hatiku.Aku pergi ke Rumah Sakit Bakti Nusa, sebuah rumah sakit pemerintah kota di mana suamiku mengabdikan dirinya. Sudah lama suamiku bekerja di sini, posisinya sudah seperti dokter yang disegani karena pelayarannya yang selalu tepat dan efisien. Katanya dia bisa membantu menyembuhkan sembilan dari 10 pasien. Sungguh, itu sebuah pencapaian dan bentuk dedikasi.Kukenakan masker seperti biasa dan mencoba mencari ruangan suamiku dengan menyusuri lorong. Tidak, dia dokter umum, ruangannya pasti di UGD atau sekitarnya. Di tempat ramai itu, mau tidak mau aku pasti akan ketahuan dan terlihat olehnya. Aku harus memantau dari jauh. Dulu, dia bilang akan ambil studi untuk bidang spesialis sehingga ia bisa jadi residen untuk dokte
Sepupuku terkejut karena belum satu jam, aku sudah kembali ke rumahnya. Dia yang nampak sedang melayani tamu tergesa-gesa menghampiri diri ini untuk bertanya apa yang terjadi."Hmm, bagaimana, apa kau dapat jawaban di rumah sakit?" tanyanya dengan antusias."Tidak, aku malah ditimpa masalah."aku menceritakan apa yang terjadi dan refleks saja sepupuku itu tergelak, aku mendengkus sementara ia terbahak-bahak."Maaf ya .. bukan yang aku tidak punya simpati tapi apa yang menimpamu ini benar-benar keanehan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku tegang sekaligus merasa miris dan melihat ini seperti sebuah komedi penyelidikan.""Ah, kau ini," ujarku melengos."Tuh kan kau berusaha untuk memata-matai suamimu tapi kau dipaksa untuk mengeluarkan uang Rp.500.000.""Gapapa lah, mungkin berkah bagi pasien itu, aku juga ikhlas memberi kok.""Iya, iya, Semoga Allah membalas kebaikanmu," ucap Rina sambil menepuk bahuku."Tapi tetap saja .. aku penasaran dengan Si misterius yang bilang kangen itu,
*"Mas akhir pekan ini aku ke rumah ibu mertua ya, aku berencana untuk pergi di hari Jumat dan kembali Minggu sore." Begitu yang kuucapkan saat kami sedang makan malam di meja bersama kedua anak kami."Kok tiba tiba? biasanya kamu paling malas diajak nginep di rumah orang, katanya kamu lebih nyaman di rumah sendiri.""Kamu nggak ingat Mas, kalau aku kepikiran ibu mertua kemarin. Aku jadi membayangkan hari tua yang sepi tanpa anak dan cucu, demi menghindari Karma demikian, aku ingin menjadi menantu yang lebih baik," jawabku kepadanya.Padahal sebenarnya aku sedang mencari alasan agar aku bisa meninggalkannya dan memberi dia kesempatan untuk leluasa bercinta dengan si misterius itu.Aku akan mengantar anak-anak ke rumah ibu mertua tapi secara diam-diam aku akan menguntit suamiku. Aku yakin 100% selama tidak ada aku di rumah lelaki itu tidak akan berdiam diri. Dia pasti akan keluar, seperti biasa pergi main tenis atau memancing,atau mungkin pergi menemui orang yang bilang kangen padanya.
Ya, Bank swasta yang cukup terkenal itu, punya metode pengiriman uang yang berbeda dari bank-bank konvensional lainnya. Sebelum mengirimkan uang kita akan memasukkan dulu nomor rekening pengguna sehingga nomor tersebut akan disimpan berikut juga dengan namanya. Jadi, aku tinggal pura-pura melakukan pengiriman uang dan mengklik pilihan banknya, kemudian daftar nama-nama orang dari bank yang sama, yang sering dikirimkan uang oleh Mas Widi, akan terpampang di sana, aku tinggal melacak salah satu dari mereka. Biasanya orang yang paling sering dikirimkan uang akan berada di daftar teratas. Atau bisa juga itu berdasarkan urutan alfabet.Ah, aku jadi tidak sabar untuk segera membuka ponselnya. Tapi bagaimana ya, kalau aku menyusup dan membuka tasnya maka aku akan dikira pencuri. Parahnya kalau Mas Widi memergoki dan menyadari kalau aku menyusulnya ke land tenis untuk mengambil ponselnya, maka dia akan makin curiga.Aku harus bagaimana.Jika aku menunda yang sekarang maka aku tidak akan pun
Merasa panas hati dengan adegan suamiku digoda lelaki, bukan wanita, aku jadi tak sabar lagi, kemarahanku memuncak, aku geram dan sudah tak bisa mengendalikan diri. Aku bangun dari posisiku, turun menjejaki tangga yang jaraknya sepuluh meter lalu segera menghampiri dokter Widi."Suamiku ...." Aku mendekat sambil langsung bergelayut di lengannya, aku tersenyum pada suamiku yang terkejut dengan kedatanganku tapi di saat bersamaan aku juga mendelik pada si hombreng."Suamiku, sepertinya kau jadi bintang hari," ucapku pura pura manis. Suamiku yang dipanggil demikian merasa terkejut dan heran, dia pasti merasa aneh dengan sikap istrinya yang tiba tiba datang dan bermanja."Kau kenapa?" bisik Mas Widi, "bukannya kau di rumah ibu.""Kangen sayang ... Rupanya aku ga bisa jauh jauh dari kamu," balasku sambil menatap matanya, suamiku tersenyum, tapi ia merasa canggung. Entah malu pada rekan sejawatnya atau malah tak enak pada pasangan lelakinya. Meski hanya asumsi kalau mereka punya hubungan,
Aku kembali ke rumah ibu mertua tempat sebelum senja menjelang, kudapati ibu mertua dan kedua anakku sedang bermain di teras. Melihatku datang dengan wajah yang masam dan mematikan motor dengan tegang, ibu mertua segera menghentikan kegiatannya dan bertanya padaku."Kau dari mana? Katamu kau ingin menghabiskan waktu dengan kami tapi kenapa kau pergi?""Ada sesuatu yang mendesak ibu. Oh ya, aku akan siapkan makan malam apa Ibu ingin makan sesuatu?""Ibu ingin makan sate ayam dan rujak kangkung buatanmu, pasti itu enak sekali.""Oh Tentu, akan kubuatkan."Meski panas dalam hatiku atas adegan yang kusaksikan tadi tapi aku tetap berusaha bersikap tenang dan normal di hadapan Ibu suamiku. Dia sendiri menangkap kegelisahan dalam hatiku dengan terus bertanya apa yang terjadi, tapi aku berusaha tersenyum dan langsung beranjak ke dapur.Selagi menyiapkan kangkung dan kacang serta membumbui ayam pikiranku tidak terus bergelayu dan berputar tentang sikap dokter Okan pada dokter Widi. Gesturnya y
Entah dari mana aku akan memulai pencarian, saat ponsel suamiku dimatikan aku kesulitan untuk melacak keberadaannya. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah mengecek sosial media Siapa tahu dia memposting keberadaannya.Biasanya suamiku tipe orang yang suka berbagi ke sosial media tentang kegiatannya dan keseruan dia berkumpul dengan teman-temannya. Sayangnya setelah aku menghentikan motor dan memeriksa sosial media ternyata dia tidak memposting apapun.Kucoba untuk mengecek GPS yang ku pasang di mobilnya tapi benda itu sepertinya tidak berfungsi, entah kehabisan baterai atau kehilangan sinyal atau tidak tahu. Untungnya aku segera teringat untuk memeriksa sosial media dokter Okan dan kudapatkan di Instagramnya dia seperti sedang duduk di klub dan minum-minum. Ada beberapa orang pria dan wanita, serta suamiku ada di sisinya."Apa hubungan mereka sangat dekat seperti kekasih, apa mereka sungguh tidak bisa dipisahkan dan semakin aku marah semakin menjadi-jadi sikap mereka?" Aku ber