Ya, entah apa yang harus kulakukan. Rasanya aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, ingin menepis bahwa semua yang kulihat hanya mimpi... tapi sekali lagi aku menjepit wajah dan semuanya masih kenyataan yang sama.
Bukti transferan itu masih terpampang nyata di depan mata, meski aku terus menggulir ke bawah, bukti transfer itu tidak ada habis-habisnya, bahkan mungkin ratusan kali dalam sehari, tidak habis, dan tak kuasa lagi kubaca hingga air mata ini menetes begitu saja. Aku berusaha menyembunyikan perasaan di dekatnya, menghapus air mataku secepat mungkin.Parahnya, aku terbelalak dengan semua bukti yang ada, sedang suamiku ada di sisiku.Ya Allah, jantungku bergemuruh.Pertanyaannya ... berapa banyak uang yang harus dikeluarkan, kalaupun uang itu bolak-balik ditransfer dalam jumlah yang sama, bukankah ada biaya transaksi?Tapi ah, tapi mereka sama-sama memakai bank yang sama, jadi, gratis. Sumpah, ini kreatif. Aku ingin tertawa tapi aku sedih dan tidak menyangka.Astaga ... kepalaku berdenyut, jantungku berdebar makin kencang, seolah darahku dipompa dua kali lebih cepat hingga membuat tubuhku panas dingin, telapak tanganku mulai berkeringat dan perlahan sensasi pusing dan mual melengkapi rasa syok yang tidak pernah kuduga. Apakah ini modus perselingkuhan terbaru.Setelah kemarin viral artis yang berselingkuh dengan aplikasi ojek online, Apakah kini suamiku terinspirasi untuk berselingkuh dengan menggunakan m-banking?Apa apaan ini!ingin sekali aku bertanya kepada mas Widi tapi jika aku buru-buru bertanya, maka akan terjadi perdebatan dan dia akan segera menghilangkan history percakapan itu dengan menghubungi pihak bank.(Sayang yang kemarin enak)Apanya yang enak? Astagfirullah, dadaku sangat panas. Pesan opsional itu terjadi di dua hari yang lalu.Apakah dia baru saja ditraktir makanan oleh suamiku sehingga dia bilang enak tapi kenapa lancang sekali pengirim pesan opsional itu bilang sayang kepada suami orang.Kenapa si pengiring misterius itu menyebut suamiku dengan panggilan yang begitu mesra. Apa dia gila. Dan lantas, suamiku yang membalasnya juga adalah orang gila? Dan kita semua yang ada dalam lingkaran permainan mereka jadi gila?Jadi dua orang gila sedang berselingkuh menggunakan m-banking.Ya Allah, perlahan air ludahku pahit, seolah-olah seperti mengulum sabun atau soda kue, sensasi rasa pahit yang korosif di tenggorokan membuatku tercekat, seakan asam lambungku langsung melonjak naik.Apakah ini rasanya ketika seseorang memergoki suaminya melakukan perselingkuhan?Ya Allah, amit amit,Di dalam keputus asaan, aku masih berharap bahwa ini hanya main-main saja.Tapi fakta yang ada menamparku. Kalau mereka hanya main-main kenapa harus pakai m-banking dan mengirimkan uang. Bukannya ada cara yang lebih simpel dengan menelepon langsung atau bertemu? Konyol sekali."Hei, ada apa?"Suamiku bangkit dan menepuk punggungku aku yang refleks segera tidak sengaja log out dari mutasi rekeningnya. Ah, aku geram dengan ketidaksengajaanku."Kenapa? Kenapa bola matamu berkaca-kaca?"tiba-tiba lelaki itu merasa tegang dan heran."A-aku t-tiba-tiba kepikiran ibu mertua dan merasa belum menjadi menantu yang baik sepenuhnya. Seharusnya kita berada di samping beliau untuk menemani beliau terapi dan menghibur masa-masa tuanya.""Ah, kau benar-benar berhati lembut Sayang," ucapnya sambil segera merangkul diriku tapi tangan kanannya menyambar ponsel dari tanganku.Sepertinya lelaki itu punya feeling kalau aku melihat mutasi rekeningnya, ah, aku bahkan belum menyimpan bukti kalau tiba-tiba dia menghilangkan mutasi rekening itu. Aku benar benar panik."Aku mencintaimu," ucap mas Widi sambil membingkai wajahku dengan kedua tangannya dan mengecup diantara kedua mataku. Entah kenapa ucapannya terdengar sumbang dan pura-pura. Aku tiba-tiba jadi curiga dan jijik pada suamiku sendiri.Sekali lagi, aku harus melihat history percakapan itu agar bisa menarik kesimpulan yang sebenarnya. Rasa penasaran dan ingin tahu bergejolak di hatiku, pun aku geram dengan bunyi kata sayang dan kalimat kangen kangen tadi.Tapi, dari manakah aku tahu pemilik kode misterius yang menghubungi Suamiku, haruskah aku pergi ke bank dan bertanya? tentu saja Bank tidak akan memberitahuku siapa pengirimnya karena itu akan melanggar privasi.Ataukah aku harus menguntit suamiku sepanjang hari?lalu bagaimana dengan tugasku di rumah dan tanggung jawabku kepada anak-anak?Allahu akbar... aku harus bagaimana.Selagi aku kalut dia memelukku dan mendusal-dusal bibirnya di leher serta bahuku, dia mencoba menyentuh tubuhku dan menggoda diri ini. Sebenarnya aku mudah saja tertarik dengan aktivitas itu, tapi entah kenapa aku makin kalut kalau ingat rentetan pesan yang baru kubaca tadi, tak habis pikir diri ini kenapa dia dan si misterius itu pakai M-banking.Siapa yang bilang kangen dan bilang kemarin enak itu? Apanya yang enak, coklat?Ataukah mereka habis berkencan dan semuanya nikmat?Astagfirullah, jangan, jangan!Suamiku adalah lelaki baik yang taat agama, serta penuh dengan kejujuran. Dia kesayangan semua orang, kesayangan orang tuanya dan juga orang tuaku, bahkan kalau hari raya dan semua keluarga berkumpul para keponakan dan sepupu-sepupunya yang masih muda akan mengerubunginya saking sayangnya mereka kepada Mas Widi. Suamiku juga lelaki yang lembut dan penuh kasih sayang, dia juga tidak pernah pelit untuk berbagi. Apakah mungkin lelaki itu menghianatiku?Apakah mungkin seseorang yang
Keesokan paginya,Kusambut nafas pagi dengan bangun lebih cepat untuk mandi menunaikan salat subuh. Mesin melipat sajadah aku langsung pergi ke dapur dan mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk ketiga anggota keluargaku. Farisa Putriku yang duduk di taman kanak-kanak harus membawa kotak makanan karena guru mereka menyarankan anak-anak untuk bawa bekal sendiri.Kuletakkan nasi goreng dan kudapan juga meletakkan sedikit cemilan dan susu kotak ke dalam kotak bekal kedua putra putriku. Lalu kubuatkan kopi untuk Mas Widi juga menyiapkan roti lapis dan nasi goreng sosis kesukaannya."Kamu sudah masak Sayang?"Mas Widi yang terlihat masih kuyup karena baru bangun tidur mendekat dan mencium pipiku."Pergilah mandi agar kau tidak bau," ucapku sambil tersenyum."Ya sepertinya aku akan buang air besar dan ambil waktu lama, jadi usahakan agar sarapanku itu tetap hangat," ucapnya dengan wajah masih lesu."Iya, iya, cepatlah," jawabku.Saat tahu dia sudah masuk ke dalam kamar mandi dengan cepat aku
Aku terpaksa minta maaf kepada sepupuku karena aku tidak bisa membantunya untuk melayani para tamu di acara syukuran. Tadinya aku hendak beramah-tamah dengan keluarga tapi ada yang hal yang lebih penting yang harus segera kuketahui untuk meredakan keresahan di dalam hatiku.Aku pergi ke Rumah Sakit Bakti Nusa, sebuah rumah sakit pemerintah kota di mana suamiku mengabdikan dirinya. Sudah lama suamiku bekerja di sini, posisinya sudah seperti dokter yang disegani karena pelayarannya yang selalu tepat dan efisien. Katanya dia bisa membantu menyembuhkan sembilan dari 10 pasien. Sungguh, itu sebuah pencapaian dan bentuk dedikasi.Kukenakan masker seperti biasa dan mencoba mencari ruangan suamiku dengan menyusuri lorong. Tidak, dia dokter umum, ruangannya pasti di UGD atau sekitarnya. Di tempat ramai itu, mau tidak mau aku pasti akan ketahuan dan terlihat olehnya. Aku harus memantau dari jauh. Dulu, dia bilang akan ambil studi untuk bidang spesialis sehingga ia bisa jadi residen untuk dokte
Sepupuku terkejut karena belum satu jam, aku sudah kembali ke rumahnya. Dia yang nampak sedang melayani tamu tergesa-gesa menghampiri diri ini untuk bertanya apa yang terjadi."Hmm, bagaimana, apa kau dapat jawaban di rumah sakit?" tanyanya dengan antusias."Tidak, aku malah ditimpa masalah."aku menceritakan apa yang terjadi dan refleks saja sepupuku itu tergelak, aku mendengkus sementara ia terbahak-bahak."Maaf ya .. bukan yang aku tidak punya simpati tapi apa yang menimpamu ini benar-benar keanehan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku tegang sekaligus merasa miris dan melihat ini seperti sebuah komedi penyelidikan.""Ah, kau ini," ujarku melengos."Tuh kan kau berusaha untuk memata-matai suamimu tapi kau dipaksa untuk mengeluarkan uang Rp.500.000.""Gapapa lah, mungkin berkah bagi pasien itu, aku juga ikhlas memberi kok.""Iya, iya, Semoga Allah membalas kebaikanmu," ucap Rina sambil menepuk bahuku."Tapi tetap saja .. aku penasaran dengan Si misterius yang bilang kangen itu,
*"Mas akhir pekan ini aku ke rumah ibu mertua ya, aku berencana untuk pergi di hari Jumat dan kembali Minggu sore." Begitu yang kuucapkan saat kami sedang makan malam di meja bersama kedua anak kami."Kok tiba tiba? biasanya kamu paling malas diajak nginep di rumah orang, katanya kamu lebih nyaman di rumah sendiri.""Kamu nggak ingat Mas, kalau aku kepikiran ibu mertua kemarin. Aku jadi membayangkan hari tua yang sepi tanpa anak dan cucu, demi menghindari Karma demikian, aku ingin menjadi menantu yang lebih baik," jawabku kepadanya.Padahal sebenarnya aku sedang mencari alasan agar aku bisa meninggalkannya dan memberi dia kesempatan untuk leluasa bercinta dengan si misterius itu.Aku akan mengantar anak-anak ke rumah ibu mertua tapi secara diam-diam aku akan menguntit suamiku. Aku yakin 100% selama tidak ada aku di rumah lelaki itu tidak akan berdiam diri. Dia pasti akan keluar, seperti biasa pergi main tenis atau memancing,atau mungkin pergi menemui orang yang bilang kangen padanya.
Ya, Bank swasta yang cukup terkenal itu, punya metode pengiriman uang yang berbeda dari bank-bank konvensional lainnya. Sebelum mengirimkan uang kita akan memasukkan dulu nomor rekening pengguna sehingga nomor tersebut akan disimpan berikut juga dengan namanya. Jadi, aku tinggal pura-pura melakukan pengiriman uang dan mengklik pilihan banknya, kemudian daftar nama-nama orang dari bank yang sama, yang sering dikirimkan uang oleh Mas Widi, akan terpampang di sana, aku tinggal melacak salah satu dari mereka. Biasanya orang yang paling sering dikirimkan uang akan berada di daftar teratas. Atau bisa juga itu berdasarkan urutan alfabet.Ah, aku jadi tidak sabar untuk segera membuka ponselnya. Tapi bagaimana ya, kalau aku menyusup dan membuka tasnya maka aku akan dikira pencuri. Parahnya kalau Mas Widi memergoki dan menyadari kalau aku menyusulnya ke land tenis untuk mengambil ponselnya, maka dia akan makin curiga.Aku harus bagaimana.Jika aku menunda yang sekarang maka aku tidak akan pun
Merasa panas hati dengan adegan suamiku digoda lelaki, bukan wanita, aku jadi tak sabar lagi, kemarahanku memuncak, aku geram dan sudah tak bisa mengendalikan diri. Aku bangun dari posisiku, turun menjejaki tangga yang jaraknya sepuluh meter lalu segera menghampiri dokter Widi."Suamiku ...." Aku mendekat sambil langsung bergelayut di lengannya, aku tersenyum pada suamiku yang terkejut dengan kedatanganku tapi di saat bersamaan aku juga mendelik pada si hombreng."Suamiku, sepertinya kau jadi bintang hari," ucapku pura pura manis. Suamiku yang dipanggil demikian merasa terkejut dan heran, dia pasti merasa aneh dengan sikap istrinya yang tiba tiba datang dan bermanja."Kau kenapa?" bisik Mas Widi, "bukannya kau di rumah ibu.""Kangen sayang ... Rupanya aku ga bisa jauh jauh dari kamu," balasku sambil menatap matanya, suamiku tersenyum, tapi ia merasa canggung. Entah malu pada rekan sejawatnya atau malah tak enak pada pasangan lelakinya. Meski hanya asumsi kalau mereka punya hubungan,
Aku kembali ke rumah ibu mertua tempat sebelum senja menjelang, kudapati ibu mertua dan kedua anakku sedang bermain di teras. Melihatku datang dengan wajah yang masam dan mematikan motor dengan tegang, ibu mertua segera menghentikan kegiatannya dan bertanya padaku."Kau dari mana? Katamu kau ingin menghabiskan waktu dengan kami tapi kenapa kau pergi?""Ada sesuatu yang mendesak ibu. Oh ya, aku akan siapkan makan malam apa Ibu ingin makan sesuatu?""Ibu ingin makan sate ayam dan rujak kangkung buatanmu, pasti itu enak sekali.""Oh Tentu, akan kubuatkan."Meski panas dalam hatiku atas adegan yang kusaksikan tadi tapi aku tetap berusaha bersikap tenang dan normal di hadapan Ibu suamiku. Dia sendiri menangkap kegelisahan dalam hatiku dengan terus bertanya apa yang terjadi, tapi aku berusaha tersenyum dan langsung beranjak ke dapur.Selagi menyiapkan kangkung dan kacang serta membumbui ayam pikiranku tidak terus bergelayu dan berputar tentang sikap dokter Okan pada dokter Widi. Gesturnya y
Kudengar pembicaraan saat berkunjung terakhir kali ke kantor polisi, berdasarkan pasal 354 dan 353 KUHP tentang penganiayaan berat dan penganiayaan berencana, maka Dinda terancam dituntut dengan hukuman empat tahun penjara dan denda. Usut punya usut, wanita itu sejak awal memang sudah merencanakan untuk mencelakakan orang lain, ditambah dengan keterangan saksi dan laporan pria yang ditangkap kemarin, bahwa dia memang dibayar oleh Dinda agar menusuk diriku dan mencelakakan diri ini.*Jangan tanya seberapa besar keluarganya berusaha untuk menyelamatkan wanita itu dari tuntutan penjara. Berulang kali staff dari keluarganya mencoba menemuiku dan meyakinkan diri ini untuk tidak memberikan kesaksian, aku juga diiming-imingi uang dan rumah baru juga pekerjaan yang layak tapi aku menolaknya.Pada akhirnya lelaki yang sudah lelah membujuk diriku itu kemudian berkata,"Mengingat betapa baiknya hubungan Anda di masa lalu dengan Nyonya Dinda. Saya rasa Anda harus mulai bermurah hati kepadanya.
Saat polisi menggiring Dinda keluar dari rumah sakit banyak orang-orang yang memperhatikan peristiwa itu. Mereka berkerumun dan membicarakan peristiwa yang bagaikan drama itu. Berulang kali Dinda mencoba melepaskan diri dan menjerit serta berteriak. Dia bilang dia tidak bisa ditangkap karena keluarganya akan segera melindunginya tapi itu tidak urung membuat polisi terus membawa wanita itu ke atas mobil patroli dan meluncur pergi. Kuhela napas pelan setelah keadaan mulai mereda, orang-orang kembali ke ruangan dan posisi mereka, pun Syifa yang sudah dibaringkan di tempat tidur dan ditenangkan oleh suaminya."Maafkan aku, andai aku tidak datang kemari untuk menjenguk Syifa mungkin Dinda juga tidak akan datang dan melakukan itu.""Jangan salahkan dirimu," ujar Syifa.Usai menyelimuti Syifa Adrian mendekatiku Dia memberi isyarat agar kami berdua bicara ke suatu tempat. "Ayo kita bicara fisiknya sambil mengarahkanku dan membukakan pintu untukku. Kami berjalan perlahan ke arah balkon da
Dua hari kemudian.Aku sengaja membeli bunga lili dan lavender juga sedikit mawar merah untuk kurangkai di sebuah buket lalu kubawakan untuk Syifa yang keadaannya sudah mulai membaik di rumah sakit.Kutemui wanita yang sudah mulai pulih itu dan sudah bisa duduk serta tersenyum di tempat tidurnya."Apa kabarmu?" tanyaku. Aku menyalaminya dan dia menyambutku dengan senyum hangat, kondisi dirinya yang sedang hamil 6 bulan membuatnya nampak sulit bergerak dan sedikit gemuk."Aku baik. Aku semakin membaik.""Bagaimana dengan lukanya.""Memang nyeri, tapi aku baik baik saja," balasnya."Kau memang kuat.""Alhamdulillah.""Tapi kenapa kau mau melakukan itu untuk melindungiku. Andai kau biarkan saja lelaki itu menyerangku agar kau tidak mengalami hal seperti ini?""Tidak, Mas, aku merasa berguna menyelamatkanmu.""Tapi kau juga punya bayi di dalam perutmu bagaimana kalau bayi itu sampai meninggal gara-gara aku? Aku yakin suamimu tidak akan memaafkanku.""Tidak, Adrian tidak menyalahkanmu, dia
Aku bisa menangkap kemarahan pria itu, pria yang punya perusahaan multinasional dan cukup terkenal itu dia tidak akan melepaskan pelaku penusukan terhadap istrinya juga dalang dibaliknya.Tidak akan butuh waktu lama untuk tahu dan menangkap pelaku penusukan. Cukup memeriksa CCTV Rumah Sakit lalu memeriksa plat motor yang digunakan pelaku untuk melarikan diri dan tak lama kemudian polisi tidak akan kesulitan untuk melacak keberadaan pria tersebut, lalu menangkap dan mengintrogasinya kemudian mengungkap siapa pelaku di balik semua ini.Seperti yang kuduga, 10 menit kemudian Adrian didatangi oleh beberapa orang polisi Dia terlihat berbicara dengan serius dan mengantarkan petugas itu ke ruangan istrinya, polisi melihat keadaan Syifa dari balik kaca ruang perawatan dan terlihat mengerti apa yang diperintahkan oleh Adrian."Kami akan memeriksa kamera pengawas dan kami berjanji akan menemukan pelakunya secepatnya.""Istriku tidak pernah punya musuh bertengkar atau menyakiti orang lain saya
Aku dinaikkan kembali ke kursi roda lalu didorong dan dibawa masuk ke ruang tunggu. Bunda menangis dan pergi melihat mantan menantunya yang kini sedang kalang kabut ditolongi oleh dokter. Adrian juga nampak panik, terlihat berlari ke arah apotek untuk mencari kantung darah dan beberapa alat yang diperlukan. "Dorong ayah masuk ke UGD," ujarku pada anak anak."Dokter bilang nggak boleh masuk," ujar putriku dengan mata sembab."Kita harus liat keadaan Bunda.""Bunda ga sadar, dia dipasangi selang oksigen," ujar anak sulungku. Dengan didorong oleh mereka berdua kami tertatih masuk ke ruang UGD dan melihat betapa kalang kabutnya dokter yang ada di sana. Lantai lantai jadi kotor berserakan dengan kain kasa yang sudah berwarna darah, bahkan dari ranjangnya, Syifa juga mengalirkan dan cairan itu menetes dari brankar, membuat lantai jadi becek dengan warna merah yang membuat kepalaku pusing."Dokter gimana keadaannya?""Kami sedang memberikan pertolongan. Dia mengeluarkan darah yang begitu b
"Bu, berangkat dulu.""Apa kau akan sepanjang hari di gym?""Iya.""Baiklah, kalau begitu. Ibu mau menjenguk ayahmu di pusat perawatan lansia.""Iya, apa ibu akan butuh uang?""Ibu masih punya simpanan.""Baiklah kalau begitu Ibu hati-hati juga."Setelah mencium tangan halus dan mengecup kening ibuku tercinta, aku segera mungkin berangkat menggunakan motor menuju ke gym yang berada 20 KM jauh dari rumah.Berkendara sambil menikmati suasana kota dan sejuknya udara pagi, sambil menatap pohon rindang yang ada di sebelah kanan kiri jalan, membuatku sedikit menikmati perjalanan. Telah sedikit saja aku bisa terjebak macet ditambah cuaca mulai panas maka hati akan mudah runyam. Aku mengemudikan motor sambil mendengarkan alunan musik pelan di headset yang ku pasang di telinga.Karena ingin mempersingkat waktu aku mengambil jalan pintas, memotong melewati blok-blok bangunan dan jalan yang sepi. Hingga tiba di sebuah Jalan yang berada di belakang barisan ruko-ruko besar. Aku menyadari sebuah mo
Aku tidak menyangka bahwa penolakanku tempo hari adalah petaka.**Aku merasa bersalah kepada dinda tapi menimbang bahwa sudah begitu jauh masalah yang terjadi karena kami nekat bersama, akhirnya aku memutuskan untuk mengalah dan mengakhiri semua ini.Ya, aku memutuskan untuk batal rujuk dan mengejarnya lagi. Meski tadinya aku melihat cinta untuknya akan memperbaiki hidupku dan memperlancar jaringan bisnis, serta menaikkan pamorku sebagai dokter yang berprestasi, tapi nyatanya semua itu gagal.Aku beruntung karena aku hanya dipenjara selama beberapa bulan, aku berhasil bebas dengan jaminan darinya, Sebenarnya aku merasa sangat berhutang Budi dan bersalah karena merugikan keuangan Dinda, aku ingin menebusnya tapi entah kenapa saat itu aku bodoh sekali. Seharusnya aku tidak menciptakan konflik antara aku dan istri kedua dengan cara terus-menerus menemui mantan istri pertama.Sebenarnya aku tidak akan membuat episode depresi Dinda jadi kumat andai aku tidak terus meluahkan waktu untuk m
Selepas kepergianku dari rumah mantan ibu mertua aku lanjutkan perjalanan menuju pusat kebugaran di mana mas Widi bekerja sebagai pelatih. Dulu dia hanya cleaning service tapi karena bentuk tubuhnya yang atletis dan wajahnya yang lumayan menarik serta keahliannya dalam memakai alat olahraga membuat pemilik gym merekrut dia sebagai pelatih.Kudengar berkat kehadiran mas Widi sebagai pelatih banyak wanita yang kemudian bergabung ke pusat kebugaran untuk mengecilkan tubuh mereka dan mendapatkan bentuk yang ideal. Aku aku percaya mereka bukan hanya ingin langsing tapi juga ingin mendapatkan perhatian mantan suamiku.Tidak, suamiku, seharusnya dia masih suamiku. Ketidakwarasanku membuat aku kehilangan suami dan seharusnya itu tidak terjadi."Halo nyonya, kenapa baru datang sekarang? sudah sebulan anda tidak mengunjungi pusat kebugaran," ucapnya yang sudah kenal padaku dan menyambutku dengan Ramah."Apa anda akan berlatih hari ini?""Tidak, Aku ingin bertemu dengan mas Widi.""Oh baik nyo
Terik matahari di siang ini cukup menyengat, angin yang bertiup terasa membawa panas saat aku tiba di rumah mantan ibu mertua. Kudorong pintu gerbang yang selalu tidak terkunci, kuarahkan pandanganku pada pintu utama yang diberi ornamen dari rotan yang dijalin dan bertuliskan selamat datang, dinding sebelah kiri yang difungsikan sebagai pagar ditumbuhi oleh mawar rambat beraneka warna, terasa begitu kontras dengan warna langit yang biru dan asrinya rumah itu. "Assalamualaikum."Aku mengetuk pintu dan sekitar semenit kemudian seseorang membukakannya. Saat mata kami bertemu wanita itu nampak terkejut, ia berkali-kali memastikan tanggapan matanya sampai aku menyapanya."Apa kabar Ibu?""Kau dinda kan?""Iya, boleh saya masuk.""Oh, ayo," ucapnya ramah. Dipersilahkannya aku duduk di kursi tamu, sementara di atas meja ada vas bunga yang diisi dengan bunga-bunga segar. Dari dulu, ibu mertua katanya sangat pandai merangkai bunga."Bunganya bagus," ucapku canggung, wanita itu tersenyum t