Happy Reading*****Andrian mulai bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan Febi dan Shalwa. Dari mana dua gadis kecil itu tahu jika Tari pergi meninggalkannya dan anak-anak."Ayah, kenapa bohong," kata Shalwa. Sudah seperti orang dewasa saja tingkahnya. Tangan yang masih menyilang di depan dada dengan mata membulat sempurna. Tak ada senyum, raut mukanya tegang."Ayah mandi dulu dan salat. Setelah itu, baru ayah ceritakan semuanya. Kalian sudah salat belum?" tanya Andrian berusaha mengalihkan pertanyaan dua buah hatinya."Sudah, Yah," jawab si bungsu."Ayah jangan bohong. Harus ceritakan apa yang terjadi. Kami tidak mau kehilangan Tante Tari seperti kami kehilangan Bunda." Febi menyentuh ujung kelopak mata dengan jari telunjuk. Entah mengapa, air matanya mulai turun."Siap. Tunggu Ayah di ruang tengah saja. Setelah itu kita makan terlebih dahulu." Bernapas lega, Andrian masuk ke kamar. Melemparkan tas yang dibawa ke ranjang dengan sembarangan. Duduk di tepi ranjang dengan memejamka
Happy Reading*****"Boleh saya masuk?" tanya Andrian sopan. "Boleh. Mari, Pak." Perempuan sepuh itu membuka pagar. "Mobilnya dimasukkan saja. Daerah sini, tangannya banyak yang usil."Si bos, hanya mengangguk dan sedikit membungkukkan badan. Lalu, dia masuk mobil dan melajukan ke halaman rumah yang terbilang cukup luas. Ketika Aminah, ibunya Tari membukakan pintu. Andrian mengatakan, cukup di teras saja.Lelaki itu teringat dengan nasihat Tari dan Ustaz Muhammad untuk menjaga pandangan dan juga perilaku terhadap lawan jenis."Baiklah, Pak. Silakan duduk," suruh Aminah, "jadi ada apa dengan putri saya?""Begini, Bu. Saya mau menanyakan keberadaan Tari, tapi sepertinya dia nggak ada di rumah ini," ucap Andrian. Dia meneliti kediaman perempuan yang telah melahirkan sang pujaan.Aminah mengerutkan kening. "Bukankah Bapak bosnya, lalu kenapa mencari putri saya ke sini?"Menegakkan tubuh dan mulai serius, Andrian menggeser sedikit posisi duduknya sehingga berhadapan dengan Aminah secara l
Happy Reading*****"Baik, Bu. Kalau Mas ketemu sama Tari tak sampaikan pesannya Ibu. Mas, tutup dulu telponnya, ya." "Ya, sudah. Sampaikan salam ibu sama istrimu. Jangan lupa pesen yang tadi kalau ketemu adikmu." Panggilan pun terputus setelah mereka mengucap dan membalas salam.Aminah meletakkan ponselnya pada meja. Lalu memijit pelipisnya pelan. Bagaimana bisa lelaki yang berstatus suami orang bisa mencintai putrinya. Pantas jika Tari kemudian menghilang. "Haruskah aku menghubungi ayahnya? Ah, lebih baik tidak usah. Lelaki itu pasti tidak akan pernah peduli dengan keadaan dan keberadaan anak-anaknya," kata Aminah berbicara sendirian.Sementara itu, Tari yang baru saja menyelesaikan makan malam mendapat telepon dari saudara laki-lakinya. "Ya, Mas," jawab si gadis."Bosmu sudah datang menemui Ibu. Sebaiknya kamu telpon beliau sebelum Ibu berpikir yang tidak-tidak.""Ya, Mas. Nanti saja telponnya. Aku masih harus membereskan semua baju dan yang lainnya biar cepet bisa istirahat.""Y
Happy Reading*****Andrian mengabaikan pesan yang dikirimkan Lita. Dia berjalan keluar meninggalkan rumah untuk ke kantor. Kurang dari dua puluh menit, ponselnya kembali berdering dan nomor yang terlihat di layar sama dengan nomor yang mengirimkan chat.Memilih membiarkan panggilan tersebut sampai berhenti sendiri, Andrian turun dari mobil dan segera masuk ke kantor. Dering ponselnya terus saja berbunyi hingga si bos sangat terganggu. Terpaksa, setelah sampai di ruangan, Andrian mengangkat panggilan tersebut."Ada apa lagi, Lita. Aku nggak mau berurusan denganmu lagi," ucap Andrian keras. Namun, bukan sebuah jawaban yang didapatkan sang lelaki malah tangisan yang terdengar menyayat hati. Ayah tiga anak itu terdiam."Mas, tolong aku," kata Lita terbata di antara isakannya. "Kamu boleh menghukumku dengan cara apa pun, tapi tolong keluarkan aku dari penjara ini, Mas. Aku tidak ingin mati disiksa di sini. Jika cinta sudah hilang dari hati Mas Andri, setidaknya sisakan rasa kemanusiaan un
Happy Reading*****"Di antara banyak jalan, Allah menuliskan dan menakdirkan tidak menyatukan kisah kita. Bisa jadi karena tujuan yang berbeda atau doa kita yang tak pernah memiliki tujuan yang sama. Mungkin juga dengan bersama kita menyemai begitu banyak luka. Tak ada yang lebih sakit dari apa yang aku rasakan selain tangisan tanpa suara dari dalam hati.""Apa kabarmu pagi ini, Sayang? Sudahkah kamu bisa melupakan aku? Coba tanyakan hal itu padaku dan dengan tegas aku akan menjawab, sampai kapan pun aku nggak pernah melupakanmu. Rasa rindu ini masih sama seperti setahun lalu ketika kamu meninggalkan rumah ini."Andrian menutup kembali gorden kamar yang sempat dipakai oleh Tari ketika sang gadis tinggal di rumah ini. Sejak setahun lalu, si lelaki tidak pernah melupakan gadis ayu mantan sekretarisnya. Segala cara sudah dilakukan untuk mencari keberadaan sang pujaan. Sebulan pertama kepergian Tari, Andrian menyewa seseorang untuk mengamati tempat tinggal kedua orang tuanya. Namun, sa
Happy Reading*****Andrian terus saja berpikir, janji apa yang telah dia ucapkan hari ini. Tampaknya, si bungsu mengerti dia menatap ayahnya dengan kecewa. "Ayah, lupa kalau hari ini ada acara ulang tahun teman Adik? Ini sudah hampir dimulai acaranya, Yah. Siapa yang akan mengantarkan Adik ke sana? Kak Febi sama Kak Shalwa sedang setor hafalan." Akmal memajukan bibirnya marah.Andrian memukul keningnya pelan. Lalu, beristighfar setelah mendengar perkataan si bungsu. Mengapa dia sampai lupa dengan janjinya itu. Padahal kemarin siang, dirinya dan si bungsu sudah menyiapkan kado. "Ayah yang akan mengantar, Sayang. Tunggu di rumah, ya. Ayah segera menyusul," kata Andrian pada akhirnya. Lelaki itu memukul pantat putra bungsunya supaya cepat pulang dan bersiap. Beruntung, hari ini dia tidak bekerja. Jadi ada banyak waktu bersama anak-anak.Akmal segera berlari menuju rumah. Andrian segera menutup pintu kamar serta mengunci rumah itu. Dia tidak ingin mengecewakan buah hatinya. Mencoba ber
Happy Reading*****Seketika dunia Andrian terhenti ketika melihat perempuan berjilbab di depannya, sedangkan sang perempuan belum menyadari keberadaan lelaki yang telah mencarinya selama setahun ini. Sang wanita masih saja memanggil dan mengejar gadis kecil yang tengah berlari mendekat pada gazebo. Namun, si kecil tidak juga mau berhenti malah semakin kencang berlari.Sosok perempuan yang dicari Andrian selama ini berjalan cepat mengejar gadis kecil yang berlari. Dia berteriak-teriak memanggil namanya, tetapi gadis kecil itu malah berlari semakin kencang. Gemas, Andrian berdiri dan menghampiri anak itu. Dia melupakan keberadaan Artha yang tengah berbincang dengannya tadi. Sang duda tiga anak itu, memerangkap tubuh mungil gadis yang berlarian tadi ke dalam pelukan dan segera menggendongnya.Setelah mendapatkan gadis kecil itu Andrian berkata, "Jangan lari-lari, Sayang. Kalau kamu terjatuh bagaimana? Banyak bebatuan di sini."Lelaki itu belum mengetahui apa hubungan sang pujaan dengan
Happy Reading*****Ingin rasanya Andrian memberi pukulan pada lelaki yang telah berani menyentuh pujaannya itu, tetapi kemudian dia tersadar pada nasihat Ustaz Muhammad. Sang ustaz pernah mengatakan bahwa sebaik-baiknya kesabaran adalah ketika kita memilih diam padahal emosi di dalam tubuh sedang meronta-ronta untuk didengarkan. Sebaik-baik kekuatan adalah ketika kita tetap tersenyum, meskipun ada air mata yang sejak tadi tak terbendung.Berkali-kali duda tiga anak itu merapalkan istighfar agar emosinya reda. Lalu, Andrian mengikuti mereka masuk, acara ulang tahun sudah dimulai. Sambil mencari keberadaan si bungsu, Andrian juga mengawasi Tari dan si lelaki.Matanya menatap awas pada pasangan itu, gerak-gerik Tari tak pernah luput dari pengamatan Andrian. Si bungsu memanggil ayahnya saat lelaki itu malah termenung ke satu arah."Ayah lagi lihat siapa?" tanya si bungsu. Matanya mengikuti arah pandang Andrian, tetapi Akmal menemukan sosok gadis kecil yang umurnya di bawahnya. "Anak siap