Happy Reading*****"Di antara banyak jalan, Allah menuliskan dan menakdirkan tidak menyatukan kisah kita. Bisa jadi karena tujuan yang berbeda atau doa kita yang tak pernah memiliki tujuan yang sama. Mungkin juga dengan bersama kita menyemai begitu banyak luka. Tak ada yang lebih sakit dari apa yang aku rasakan selain tangisan tanpa suara dari dalam hati.""Apa kabarmu pagi ini, Sayang? Sudahkah kamu bisa melupakan aku? Coba tanyakan hal itu padaku dan dengan tegas aku akan menjawab, sampai kapan pun aku nggak pernah melupakanmu. Rasa rindu ini masih sama seperti setahun lalu ketika kamu meninggalkan rumah ini."Andrian menutup kembali gorden kamar yang sempat dipakai oleh Tari ketika sang gadis tinggal di rumah ini. Sejak setahun lalu, si lelaki tidak pernah melupakan gadis ayu mantan sekretarisnya. Segala cara sudah dilakukan untuk mencari keberadaan sang pujaan. Sebulan pertama kepergian Tari, Andrian menyewa seseorang untuk mengamati tempat tinggal kedua orang tuanya. Namun, sa
Happy Reading*****Andrian terus saja berpikir, janji apa yang telah dia ucapkan hari ini. Tampaknya, si bungsu mengerti dia menatap ayahnya dengan kecewa. "Ayah, lupa kalau hari ini ada acara ulang tahun teman Adik? Ini sudah hampir dimulai acaranya, Yah. Siapa yang akan mengantarkan Adik ke sana? Kak Febi sama Kak Shalwa sedang setor hafalan." Akmal memajukan bibirnya marah.Andrian memukul keningnya pelan. Lalu, beristighfar setelah mendengar perkataan si bungsu. Mengapa dia sampai lupa dengan janjinya itu. Padahal kemarin siang, dirinya dan si bungsu sudah menyiapkan kado. "Ayah yang akan mengantar, Sayang. Tunggu di rumah, ya. Ayah segera menyusul," kata Andrian pada akhirnya. Lelaki itu memukul pantat putra bungsunya supaya cepat pulang dan bersiap. Beruntung, hari ini dia tidak bekerja. Jadi ada banyak waktu bersama anak-anak.Akmal segera berlari menuju rumah. Andrian segera menutup pintu kamar serta mengunci rumah itu. Dia tidak ingin mengecewakan buah hatinya. Mencoba ber
Happy Reading*****Seketika dunia Andrian terhenti ketika melihat perempuan berjilbab di depannya, sedangkan sang perempuan belum menyadari keberadaan lelaki yang telah mencarinya selama setahun ini. Sang wanita masih saja memanggil dan mengejar gadis kecil yang tengah berlari mendekat pada gazebo. Namun, si kecil tidak juga mau berhenti malah semakin kencang berlari.Sosok perempuan yang dicari Andrian selama ini berjalan cepat mengejar gadis kecil yang berlari. Dia berteriak-teriak memanggil namanya, tetapi gadis kecil itu malah berlari semakin kencang. Gemas, Andrian berdiri dan menghampiri anak itu. Dia melupakan keberadaan Artha yang tengah berbincang dengannya tadi. Sang duda tiga anak itu, memerangkap tubuh mungil gadis yang berlarian tadi ke dalam pelukan dan segera menggendongnya.Setelah mendapatkan gadis kecil itu Andrian berkata, "Jangan lari-lari, Sayang. Kalau kamu terjatuh bagaimana? Banyak bebatuan di sini."Lelaki itu belum mengetahui apa hubungan sang pujaan dengan
Happy Reading*****Ingin rasanya Andrian memberi pukulan pada lelaki yang telah berani menyentuh pujaannya itu, tetapi kemudian dia tersadar pada nasihat Ustaz Muhammad. Sang ustaz pernah mengatakan bahwa sebaik-baiknya kesabaran adalah ketika kita memilih diam padahal emosi di dalam tubuh sedang meronta-ronta untuk didengarkan. Sebaik-baik kekuatan adalah ketika kita tetap tersenyum, meskipun ada air mata yang sejak tadi tak terbendung.Berkali-kali duda tiga anak itu merapalkan istighfar agar emosinya reda. Lalu, Andrian mengikuti mereka masuk, acara ulang tahun sudah dimulai. Sambil mencari keberadaan si bungsu, Andrian juga mengawasi Tari dan si lelaki.Matanya menatap awas pada pasangan itu, gerak-gerik Tari tak pernah luput dari pengamatan Andrian. Si bungsu memanggil ayahnya saat lelaki itu malah termenung ke satu arah."Ayah lagi lihat siapa?" tanya si bungsu. Matanya mengikuti arah pandang Andrian, tetapi Akmal menemukan sosok gadis kecil yang umurnya di bawahnya. "Anak siap
Happy Reading*****Lelaki itu menggerakkan kepala beberapa kali. "Siapa kamu sebenarnya?" Walau usia Andrian lebih dewasa darinya, tetapi karena lelaki itu belum mengenal. Maka, lelaki yang diduga saudara Tari itu belum bisa menghormati. "Apakah kamu memiliki hubungan spesial atau jangan-jangan kamu mencintai adikku?" selidiknya."Ya," jawab Andrian dengan lantang dan mantap. Tak ada keraguan sama sekali dalam ucapannya. "Selama setahun ini saya mencari keberadaan Tari. Saat bertemu di depan tadi, pupus sudah harapan saya untuk memilikinya karena menyangka Anda telah menikah dengan Tari.""Oh, jadi Anda lelaki itu?" Mata lelaki yang mengaku sebagai saudara Tari menatap tajam Andrian. "Berarti kamu mantan bos adik saya? Pantas kamu menyangka saya dan istri berselingkuh karena melihat dirimu sendiri, ya."Andrian mulai geram dengan perkataan lelaki yang belum diketahui namanya itu. Walau saudara Tari, tetapi tak sepantasnya dia berkata demikian. Lelaki itu belum tahu perubahan apa yang
Happy Reading*****Tepat saat jam makan siang, Andrian sudah sampai di rumah. Akmal antusias berlari ke arah kedua saudaranya yang baru akan makan siang. Dari ruang tamu, suara si bungsu sudah menggema memanggil Febi dan Shalwa."Kakak tahu tidak di pesta ulang tahun teman, adik ketemu siapa?" tanya Akmal dengan napas ngos-ngosan.Febi menaruh makanan yang siap masuk ke mulut. Dia memperhatikan si bungsu, lalu menggelengkan kepala. Detik berikutnya, Akmal memajukan bibir karena kecewa sang kakak tidak bisa menebak dengan siapa dia bertemu. Di sebelah Febi, Shalwa tertawa lepas."Adik itu lucu. Kakak kan bukan cenayang yang bisa meramal dan tahu dengan siapa tadi adik ketemu," sahut Shalwa. Kepalanya geleng-geleng melihat kekonyolan Akmal. "Coba ceritakan sama Mbak. Siapa yang adik temui di pesta itu? Kenapa sampai sebahagia ini.""Adik kasih kata kunci, ya. Kakak sama Mbak harus bisa menebak," kata Akmal antusias. Kedua gadis kecil itu mengangguk. "Adik ketemu seseorang yang sangat k
Happy Reading*****Mendengar suara keras ibunya, Radit mendekat ke ruang tamu. Dia dan keluarga yang lain tengah duduk santai di ruang tengah."Kenapa berteriak seperti itu, Bu? Siapa yang datang?" Radit bergerak menengok pada seseorang yang kini menundukkan kepala. Ketika tahu siapa yang datang, lelaki itu berkata, "Masuk, Pak. Sudah ditunggu di dalam," katanya.Sedikit canggung, Andrian berjalan masuk melewati Aminah yang masih terlihat kesal. Diikuti oleh ketiga anaknya, lelaki itu duduk di ruang tamu."Maaf atas sikap Ibu saya. Beliau tidak tahu jika saya yang mengundang Anda ke sini. Sebentar, saya panggilkan yang lain sekalian membuatkan minuman," kata Radit. Tangannya reflek menarik pergelangan Aminah."Tunggu, Mas," ucap Andrian. Lalu, melirik pada ketiga buah hatinya. Satu per satu anak-anak menyerahkan bingkisan yang sudah dipersiapkan hingga menyisakan satu paper bag yang berada di tangan Febi. "Bisa panggilkan Tari, Mas. Anak-anak saya ingin memberikan kado ini secara lan
Happy Reading*****"Kenapa Ibu harus diam, Pak. Ibu tidak akan membiarkan Tari hidup dengan lelaki sepertinya. Jangan sampai Tari mengalami sakit hati seperti diriku." Entah mengapa, Aminah mulai tersedu."Maaf, Bu. Bukannya saya lancang mencampuri urusan Ibu. Tari nggak akan pernah mengalami seperti yang Ibu rasakan. Saya sudah berjanji pada diri sendiri dan juga almarhum istri untuk nggak mengulang kesalahan yang sama. Mungkin, dulu saya nggak peka hingga menyakiti hati almarhum sedemikian rupa, tapi berkat Tari saya menyadari semua kesalahan itu." Andrian menghela napas panjang dan menatap satu per satu seluruh anggota keluarga sang pujaan."Dahulu, mungkin saya lelaki bejat, tak paham agama tentang syariat poligami yang benar. Suatu ketika putri Bapak dan Ibu telah menyadarkan saya bahwa langkah itu salah. Lalu, saya pun berusaha berubah demi memantaskan diri untuk bersanding dengannya. Seiring waktu, saya menyadari jika semua niat itu salah, karena itulah Allah menjauhkan Tari d