Happy Reading*****"Aku antar pulang sekarang atau gimana?" tanya Andrian setelah mereka membahas masalah foto yang dikirimkan Lita. Tari melirik Nina, keadaan ibu tiga anak itu masih gemetaran. Dia terlihat sedih, tertekan dan entah apa lagi yang ada dipikirannya. Sang sekretaris melihat itu semua, jadi tak tega untuk meninggalkan wanita itu sendirian. Sementara itu, ketiga buah hati Andrian rupanya sudah selesai bermain. Mereka masuk dan berteriak memanggil bundanya."Saya di sini saja dulu. Boleh kan, Pak?" Tari kembali menatap Nina dan menganggukkan kepala. Seolah dengan anggukan tersebut si gadis berkata 'aku akan menemanimu, Mbak.'"Bunda, pudingnya mana? Lama sekali datang sampai kami selesai bermain." Akmal langsung nemplok pada pangkuan bundanya."Adik sama Tante saja, sini," ajak Tari. Dia melihat kesedihan Nina dan tak tega jika perempuan yang sudah dianggap saudara sendiri itu masih harus membahagiakan anak-anak di tengah masalahnya. "Bunda buatin dulu, ya," ucap Nina j
Happy Reading*****Sebuah delikan diberikan Tari pada si bos. "Bisa tidak, jangan mengatakan sembarangan. Anak-anak akan berpikir lain," katanya pelan ketika menyodorkan segelas lemon squash dan puding pada Andrian.Saat ini, si bos hanya bisa tersenyum penuh penyesalan. Diceramahi seperti itu oleh sekretarisnya tentu membuat harga dirinya turun. Beruntung anak-anak duduk agak jauh darinya dan sang istri."Maaf, aku cuma terlalu bahagia. Serasa kamu sudah menjadi bagian keluarga ini. Seneng banget lihat kamu sama Nina rukun," kata Andrian tak kalah lirih.Nina menatap sang suami dengan sekretarisnya. Dia sama sekali tak berniat untuk menyela atau menganggu pembicaraan keduanya. Yakin betul bahwa ucapan Andrian tadi sudah mendapat teguran dari Tari. Entahlah, hati wanita tiga anak itu juga terpesona dengan sosok berjilbab di sebelahnya saat ini.Kecantikan Tari terpancar sepenuhnya, bukan hanya paras saja, tetapi hatinya juga cantik. Nina tersenyum ketika melihat wajah cemberut sang s
Happy Reading*****Sepeninggal Tari, Nina menyuruh anak-anaknya untuk segera mandi karena sebentar lagi ustaz yang akan mengajari mereka datang. Perempuan itu sendiri juga sudah bersiap dengan pakaian baru. Mendapat persetujuan dari sang suami untuk mengenakan jilbab. Nina memulainya dari sekarang apalagi setelah peristiwa tadi. Suka tidak suka perempuan itu harus menutup seluruh auratnya karena memang seperti itulah hal yang diperintahkan oleh agama. Beberapa kali mengikuti kajian dan membedah masalah tersebut, Nina semakin yakin untuk segera menggunakan pakaian tertutup itu.Tengah menatap diri pada pantulan cermin di depannya, pintu kamar Nina diketuk. "Bun, Ustaz sudah datang," kata Febi memberitahukan sang Bunda."Iya, Kak. Sebentar lagi Bunda keluar." Nina mempercepat riasannya. Setelah itu, dia keluar.Bersama dengan anak-anak, perempuan itu menuju ruang tamu. Sebelum Andrian pulang, Nina tidak berani mengajak sang ustaz ke ruang tengah seperti biasa mereka melakukan pembela
Happy Reading*****Lita masih belum menyadari jika sang suami tengah mengintai di mobil. Dia asyik bersenda gurau bersama sahabat-sahabatnya. Celotehan tak jelas khas orang mabuk pun terlihat oleh Andrian. Di antara teman perempuan yang di bawa Lita, ada dua orang pria.Andrian masih terus mengamati kedua wajah pria yang bersama dengan istri mudanya. Beberapa menit menunggu, terlihatlah wajah si lelaki. Mereka belum juga masuk dan masih terus saja berbincang di luar pagar. Andrian jadi kesal sendiri, kenapa Lita bisa bergaul dengan orang-orang seperti itu. Pantas saja perempuan itu begitu boros. Tidak bisa mengontrol pengeluarannya sama sekali.Kesal dengan sikap Lita, Andrian melajukan kendaraannya meninggalkan tempat itu. Dia berniat kembali ke rumah Nina, tetapi sebelumnya lelaki itu mampir ke sebuah toko elektronik. Entah apa yang dibeli.Sampai di kediaman istri pertama, Keadaan sudah gelap. Andrian membuka pintu dengan kunci cadangan yang dimiliki. Dia sengaja tidak menyalakan
Happy Reading*****Kurang tiga menit waktu istirahat, Tari belum sampai di kantor. Andrian bolak balik mengecek CCTV demi melihat sang pujaan sudah kembali apa belum. Sungguh, perasaannya bagai diaduk-aduk memikirkan gadis itu.Tak sabar, Andrian menekan kontak sang sekretaris di ponselnya. Tengah fokus mendengarkan nada dering, lelaki itu tak sadar bahwa gadis yang di carinya sudah ada di depan ruangan.Tari dengan kesal langsung masuk ke ruangan Andrian tanpa mengetuk pintu. "Ada apa, Pak?" tanya si gadis setelah sampai di hadapan si bos."Kenapa baru pulang?" Andrian meneliti sekretarisnya dari tadi ke bawah."Terlalu asyik ngobrol sama sahabat saya, tapi belum terlambat. Apa yang harus saya kerjakan?" Tari berusaha bersikap profesional. Tentu si bos menghubunginya karena ada pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan."Sampai saat ini aku belum makan. Siapkan makan siangku." Andrian menunjuk sebuah kotak yang terbungkus tas plastik berwarna putih yang berada di atas meja."
Happy Reading*****"Jika nggak mau disamakan. Maka, perbaiki sikapmu. Kamu pasti lagi telponan sama cowok. Iya, kan?" Andrian tak kalah tajam menatap sang sekretaris.Tari berdiri dengan cepat dia menyambar tasnya. "Susah ngomong sama Bapak. Bawaannya curiga terus. Mau meeting tepat waktu atau terus berdebat dengan hal-hal tidak penting seperti sekarang?" tanyanya. Si gadis sudah membuka pintu dan bersiap untuk keluar.Berjalan beriringan dengan sang gadis pujaan, Andrian terus menatap Tari. Gadis itu sama sekali tidak peduli bahwa bosnya tengah dilanda rasa cemburu. Sangat jarang Tari lupa jadwal meeting si bos seperti tadi.Pasti orang yang menelepon Tari adalah orang spesial hingga bisa mengalihkan fokusnya saat bekerja. Andrian mendahului si gadis karena terbakar cemburu oleh pikirannya sendiri.'Awas saja jika sampai aku tahu cowok yang berani mendekatimu. Aku akan but dia jauh darimu. Lagian kenapa, sih, Tar. Kamu nggak mau nerima lamaranku. Kamu dan Nina sudah sangat rukun, ka
Happy Reading*****Andrian melirik Tari dengan senyuman. Dia menganggukkan kepala ketika sang sekretaris memberi peringatan. Pikiran si lelaki jelas menangkap bahwa ada rasa cemburu yang terlontar dari kalimat tersebut padahal si gadis melakukannya semata-mata menjaga nama baik perusahaan.Semakin Haris meneliti isi kertas di hadapannya, sekretarisnya semakin gencar menggoda Andrian. Tari benar-benar jengkel dengan sikap perempuan itu. Sekretaris Andrian mulai berpikir bagaimana caranya menyingkirkan wanita penggoda itu. Pada akhirnya, Tari pura-pura terbatuk, si bos dan Harus menoleh padanya."Ambilkan minum untuk mereka. Sejak tadi, kamu berdiri di belakang saya. Sana, Mir," perintah sang atasan. Perempuan bernama Murni itu berjalan meninggalkan ruangan Haris. Tepat di samping Andrian, wanita itu seperti sengaja mengibaskan rambutnya demi menggoda si lelaki. Gerakan tangan Tari lebih cepat memberi peringatan pada Andrian."Auw," ucap Andrian menahan sakit akibat cubitan sekretari
Happy Reading*****Tari misuh-misuh sesampainya di ruangan, tetapi bukan mengeluarkan kata umpatan dan makin yang menyebut dan mengabsen nama-nama hewan penghuni kebun binatang. Gadis itu cuma merutuki semua ucapan rayuan yang terlontar dari bibir Andrian. Setelah mengunci ruangannya, si gadis segera meninggalkan kantor tanpa berpamitan pada si bos. Andrian mengamati tingkah sang pujaan lewat CCTV di laptopnya. Dia sengaja membiarkan Tari pulang terlebih dahulu dengan segala kemarahan. Lelaki itu benar-benar menikmati raut menggemaskan sang sekretaris ketika memarahinya tadi.Suasana bahagia yang menyelimuti Andrian tetap terlihat sampai di rumah. Nina bahkan tidak lagi takut ketika melihat wajah sang suami. Tidak seperti tadi sewaktu mendengar amukan lelaki itu di telepon."Sepertinya Ayah bahagia banget hari ini," kata Nina saat mereka sudah berbaring di ranjang."Ya, begitulah, Bun," jawab Andrian enteng.Setelah berkata demikian, Andrian tak kuasa untuk menahan hasratnya pada sa