Happy Reading*****Lita masih belum menyadari jika sang suami tengah mengintai di mobil. Dia asyik bersenda gurau bersama sahabat-sahabatnya. Celotehan tak jelas khas orang mabuk pun terlihat oleh Andrian. Di antara teman perempuan yang di bawa Lita, ada dua orang pria.Andrian masih terus mengamati kedua wajah pria yang bersama dengan istri mudanya. Beberapa menit menunggu, terlihatlah wajah si lelaki. Mereka belum juga masuk dan masih terus saja berbincang di luar pagar. Andrian jadi kesal sendiri, kenapa Lita bisa bergaul dengan orang-orang seperti itu. Pantas saja perempuan itu begitu boros. Tidak bisa mengontrol pengeluarannya sama sekali.Kesal dengan sikap Lita, Andrian melajukan kendaraannya meninggalkan tempat itu. Dia berniat kembali ke rumah Nina, tetapi sebelumnya lelaki itu mampir ke sebuah toko elektronik. Entah apa yang dibeli.Sampai di kediaman istri pertama, Keadaan sudah gelap. Andrian membuka pintu dengan kunci cadangan yang dimiliki. Dia sengaja tidak menyalakan
Happy Reading*****Kurang tiga menit waktu istirahat, Tari belum sampai di kantor. Andrian bolak balik mengecek CCTV demi melihat sang pujaan sudah kembali apa belum. Sungguh, perasaannya bagai diaduk-aduk memikirkan gadis itu.Tak sabar, Andrian menekan kontak sang sekretaris di ponselnya. Tengah fokus mendengarkan nada dering, lelaki itu tak sadar bahwa gadis yang di carinya sudah ada di depan ruangan.Tari dengan kesal langsung masuk ke ruangan Andrian tanpa mengetuk pintu. "Ada apa, Pak?" tanya si gadis setelah sampai di hadapan si bos."Kenapa baru pulang?" Andrian meneliti sekretarisnya dari tadi ke bawah."Terlalu asyik ngobrol sama sahabat saya, tapi belum terlambat. Apa yang harus saya kerjakan?" Tari berusaha bersikap profesional. Tentu si bos menghubunginya karena ada pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan."Sampai saat ini aku belum makan. Siapkan makan siangku." Andrian menunjuk sebuah kotak yang terbungkus tas plastik berwarna putih yang berada di atas meja."
Happy Reading*****"Jika nggak mau disamakan. Maka, perbaiki sikapmu. Kamu pasti lagi telponan sama cowok. Iya, kan?" Andrian tak kalah tajam menatap sang sekretaris.Tari berdiri dengan cepat dia menyambar tasnya. "Susah ngomong sama Bapak. Bawaannya curiga terus. Mau meeting tepat waktu atau terus berdebat dengan hal-hal tidak penting seperti sekarang?" tanyanya. Si gadis sudah membuka pintu dan bersiap untuk keluar.Berjalan beriringan dengan sang gadis pujaan, Andrian terus menatap Tari. Gadis itu sama sekali tidak peduli bahwa bosnya tengah dilanda rasa cemburu. Sangat jarang Tari lupa jadwal meeting si bos seperti tadi.Pasti orang yang menelepon Tari adalah orang spesial hingga bisa mengalihkan fokusnya saat bekerja. Andrian mendahului si gadis karena terbakar cemburu oleh pikirannya sendiri.'Awas saja jika sampai aku tahu cowok yang berani mendekatimu. Aku akan but dia jauh darimu. Lagian kenapa, sih, Tar. Kamu nggak mau nerima lamaranku. Kamu dan Nina sudah sangat rukun, ka
Happy Reading*****Andrian melirik Tari dengan senyuman. Dia menganggukkan kepala ketika sang sekretaris memberi peringatan. Pikiran si lelaki jelas menangkap bahwa ada rasa cemburu yang terlontar dari kalimat tersebut padahal si gadis melakukannya semata-mata menjaga nama baik perusahaan.Semakin Haris meneliti isi kertas di hadapannya, sekretarisnya semakin gencar menggoda Andrian. Tari benar-benar jengkel dengan sikap perempuan itu. Sekretaris Andrian mulai berpikir bagaimana caranya menyingkirkan wanita penggoda itu. Pada akhirnya, Tari pura-pura terbatuk, si bos dan Harus menoleh padanya."Ambilkan minum untuk mereka. Sejak tadi, kamu berdiri di belakang saya. Sana, Mir," perintah sang atasan. Perempuan bernama Murni itu berjalan meninggalkan ruangan Haris. Tepat di samping Andrian, wanita itu seperti sengaja mengibaskan rambutnya demi menggoda si lelaki. Gerakan tangan Tari lebih cepat memberi peringatan pada Andrian."Auw," ucap Andrian menahan sakit akibat cubitan sekretari
Happy Reading*****Tari misuh-misuh sesampainya di ruangan, tetapi bukan mengeluarkan kata umpatan dan makin yang menyebut dan mengabsen nama-nama hewan penghuni kebun binatang. Gadis itu cuma merutuki semua ucapan rayuan yang terlontar dari bibir Andrian. Setelah mengunci ruangannya, si gadis segera meninggalkan kantor tanpa berpamitan pada si bos. Andrian mengamati tingkah sang pujaan lewat CCTV di laptopnya. Dia sengaja membiarkan Tari pulang terlebih dahulu dengan segala kemarahan. Lelaki itu benar-benar menikmati raut menggemaskan sang sekretaris ketika memarahinya tadi.Suasana bahagia yang menyelimuti Andrian tetap terlihat sampai di rumah. Nina bahkan tidak lagi takut ketika melihat wajah sang suami. Tidak seperti tadi sewaktu mendengar amukan lelaki itu di telepon."Sepertinya Ayah bahagia banget hari ini," kata Nina saat mereka sudah berbaring di ranjang."Ya, begitulah, Bun," jawab Andrian enteng.Setelah berkata demikian, Andrian tak kuasa untuk menahan hasratnya pada sa
Happy Reading*****"Assalamualaikum, adiknya Mbak. Tumben nih malam-malam telponan. Belum tidur?" tanya Nina. Tak seperti yang dibayangkan oleh Tari tadi. Istri pertama Andrian malah terdengar senang ketika berbincang."Waalaikumsalam, Mbak. Alhamdulillah kabar baik. Maaf, lho, Mbak. Sudah mengganggu tidur nyenyaknya.""Ish, ngomong apa sih," jawab Nina. Dia melirik sang suami, ternyata lelaki itu masih berada di sampingnya. Nina mengurungkan niat untuk menanyakan perihal kemarahan Andrian tadi siang. Mengapa kini wajah sang suami sudah berubah bahagia. "Gimana kerjamu tadi, Dik?""Alhamdulillah lancar, Mbak." Tari tahu arti kalimat yang dimaksud Nina. Pasti istri pertama Andrian itu ingin menanyakan bagaimana kemarahan si bos tadi. "Tenang saja, Mbak. Pak Andri nggak bakal bisa marah lama-lama sama saya. Lihat saja sekarang, apakah wajahnya masih terlihat menyeramkan atau tersenyum lebar."Perkataan Tari sontak membuat Nina tertawa. Apa yang dikatakan gadis itu benar semuanya. Sang
Happy Reading*****Dua puluh menit kemudian, Andrian sudah sampai di kantor. Dia segera menuju ruangan sang pujaan. Tari memang selalu datang lebih pagi dari dirinya. Hal itulah yang membuat Andrian begitu menyukai etos kerja si gadis. Sampai saat ini, Tari selalu bisa menjaga profesionalitas kerja walaupun si bos sering menggoda dan merayu."Assalamualaikum, sayangnya Mas," sapa Andrian saat masuk ke ruangan gadis itu.Tari yang sudah duduk dan fokus di depan layar laptop menoleh dengan bibir mencebik. "Waalaikumsalam. Tidak perlu menggunakan panggilan lebay seperti itu, Pak. Jika ada yang mendengar, maka citra negatif saya akan semakin buruk.""Nggak akan ada orang. Di lantai ini, cuma ada ruangan kita berdua," sahut Andrian santai dengan senyuman yang cukup lebar. Pria itu melangkah mendekati meja."Ini dari Nina sebagai ucapan terima kasih." Sebelum Tari mengucapkan apa dan untuk apa, Andrian lebih dulu menjelaskan. "Maaf atas kemarahanku yang kemarin tanpa alasan. Ternyata yang
Happy Reading*****"Bagus kamu datang, Lit. Aku sudah menunggumu sejak kemarin," kata Nina. Dia menatap tajam pada ibu hamil di depannya. "Mengapa ponselmu tidak pernah aktif. Apa kamu sengaja membuat kemarahan Mas Andri dengan sikap seperti ini?"Nina sengaja langsung masuk ke ruang tamu tadi agar langkahnya diikuti oleh sang madu. Ternyata benar, Lita masuk dan langsung duduk di hadapan ibu tiga anak itu. "Ponselku nge-drop baterainya, Mbak. Jadi, tidak bisa selalu aktif. Memangnya Mas Andri marah-marah kenapa?" Lita mulai memerankan sosok perempuan lemah. Ibu hamil iku menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dengan muka melemah. Berkali-kali menghela napas panjang. Kentara sekali jika Lita mencari simpati dari Nina. "Tidak perlu beralasan demikian, Lit. Aku mulai muak dengan tingkah lakuku yang tidak benar," ucap Nina kesal, "kenapa kamu memfitnahku. Padahal jelas-jelas lelaki itu adalah orang yang kamu kenal.""Mbak Nina ngomong apa?""Jangan berpura-pura, Lit. Aku tahu ka