Share

13. Penasaran

Author: pramudining
last update Last Updated: 2023-02-08 09:54:25

Happy Reading

*****

"Gantari?" ucap seseorang yang duduk di kursi paling ujung dari ruang meeting itu.

Merasa namanya dipanggil, Tari mendongak. Menyipitkan mata sambil mengingat siapa lelaki yang menyebutkan nama belakangnya tadi. Namun, ingatannya tak juga terurai. Siapa lelaki itu.

"Apa Anda mengenalnya, Pak Riki?" tanya Yadi memutus semua pikiran orang yang ada di ruangan itu.

"Ya, saya mengenalnya. Sepertinya, Gantari lupa," jawab lelaki berkulit kuning langsat itu. "Silakan duduk, Pak."

Andrian, Tari, Yadi serta asisten dari lelaki itu duduk di kursi yang sudah disediakan. Riki mengedipkan mata pada sang asisten dan dengan sigap perempuan itu berdiri dan keluar ruangan.

"Benar kamu nggak inget pernah kenal sama Pak Riki," tanya Andrian lirih, nyaris berbisik pada sekretarisnya.

"Bisa kita mulai presentasinya sekarang, Pak?" tanya Riki memutus obrolan antara Andrian dan Tari. Lelaki itu sangat tidak suka jika masalah pribadi dicampur dengan masalah kerjaan. Walau dalam hati sang
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   14. Ajakan Makan Siang

    Happy Reading*****Tari melihat perubahan wajah dari atasannya. "Apa ada masalah, Pak."Sungguh, dia tidak berniat mencari perhatian. Hanya sebatas rasa khawatir sebagai bawahan pada atasannya saja. Andrian sudah begitu baik dengan memotongkan daging steak untuknya. Apalagi, di kota Purwokerto ini, mereka cuma berdua. Jauh dari keluarga yang akan selalu siap membantu ketika mengalami masalah."Nggak ada masalah serius. Cuma sedikit kaget saja. Nanti sampai hotel aku ceritakan." Andrian beralih menatap Riki. "Gimana dengan berkas kerja sama kita, Pak. Apa sudah bisa ditandatangani?"Riki menyadari perubahan suasana hati Andrian setelah menatap ponselnya tadi. Sepertinya memang ada sesuatu yang telah terjadi, begitu pikiran pengusaha muda itu. Riki lantas menatap asistennya."Berkasnya sudah siap semua, Pak. Tinggal tanda tangan saja kalau sudah sampai kantor." "Baiklah, mari kita selesaikan kerja sama ini karena ada pekerjaan lain yang sudah menunggu saya," kata Andrian.Di samping l

    Last Updated : 2023-02-08
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   15. Mata yang Ternoda

    Happy Reading*****"Tar, apa yang terjadi dengan Bapak?" Nina mulai panik. Namun, si sekretaris belum juga menjawab pertanyaannya.Buru-buru Andrian mematikan sambungan video dengan istri mudanya. Lalu, berbalik menatap kepada sekretarisnya. "Apa, sih, Tar. Teriak-teriak nggak ada sopannya.""Bu Nina telpon. Dari tadi menghubungi ponsel Bapak, sibuk terus." Tari menyerahkan ponsel miliknya dan menjauhi lelaki itu. Sudah dua kali, dia melihat adegan sepasang suami istri itu yang tidak pada tempatnya. Oke, mereka memang sudah halal untuk urusan ranjang dan mesra-mesraan, tetapi tidak harus mengumbarnya seperti itu. Tari menghentakkan kakinya, berjalan menjauh dari si bos.Gemuruh di hatinya masih saja kuat, Tari mengambil minum untuk meredakan keterkejutannya. Setelah itu, dia duduk dan memijit pelipisnya. Kepalanya mulai berdenyut. Tidur yang kurang serta adegan yang dilihatnya tadi sungguh membuatnya pusing.Baru memejamkan mata, suara Andrian terdengar. "Nih, HP-mu. Lain kali, pang

    Last Updated : 2023-02-09
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   16. Kesepakatan di atas Kesepakatan

    Happy Reading*****Kembali, Tari menatap bosnya. Andrian yang ditatap malah mengedikkan bahu."Ngasih ijin saja, Pak," kata Novriyanto yang mengerti bahasa tubuh keduanya."Saya terserah Tari saja, Pak. Lagian besok kami memang nggak ada kerjaan. Siangnya, sekitar jam 1 siang barulah kami pulang." Andrian melirik sekretarisnya. "Kalau mau jalan saja sama Pak Novri, Tar. Besok saya juga mau jalan-jalan sekalian nyari oleh-oleh untuk anak-anak.""Saya masih ada kerjaan, Pak. Mungkin besok, saya akan menyelesaikannya. Jadi, maaf Pak Novri. Saya tidak bisa menerima ajakan piknik dari njenengan." Tari mengatupkan kedua tangan."Tidak masalah, Mbak. Lain kali, kalau berkunjung ke kota ini lagi, harus terima ajakan piknik. Saya tidak mau mendengar penolakan," kata Novriyanto tegas, "sudah milih menu makan siangnya."Selesai menghabiskan santap siang mereka, investor itu meraih tasnya dan mengeluarkan sebuah buku kecil.Novriyanto segera menuliskan angka pada buku cek tersebut seperti yang s

    Last Updated : 2023-02-09
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   17. Sekretaris Cerdas

    Happy Reading******Tak ingin membuat celah untuk sahabatnya mem-bully, Andrian membuka laptop dan mulai bekerja. Dia juga membaca semua berkas yang diserahkan Yadi, memeriksanya satu per satu."Yad, tahun depan kita harus meluncurkan produk baru. Penjualan daging untuk isian burger semakin berkurang. Padahal makanan satu itu sedang naik daun. Banyak pedagang kaki lima yang menjual jajanan favorit anak-anak itu. Apa rasa produk kita kurang enak, ya?" tanya Andrian setelah meneliti laporan penjualan setiap produk miliknya."Daging ham turun penjualan bukan karena rasa yang tidak enak, tapi produk kita dinilai terlalu mahal oleh penjual kaki lima," jelas Yadi. Lalu, dia menyerahkan sebuah map pada sahabatnya. "Coba kamu lihat penjualan pesaing kita dengan produk sama. Milik mereka penjualannya meroket, sedangkan produk kita malah turun."Andrian mengamati dan membaca map yang disodorkan Yadi. Dia melihat grafik penurunan serta analisa yang dilakukan oleh sahabatnya terhadap produk pes

    Last Updated : 2023-02-10
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   18. Curhatan Andrian

    Happy Reading*****"Tar, aku mau menceritakan sesuatu? Maukah kamu mendengarnya?" tanya Andrian. Entah mengapa mendengar jawaban Tari tadi, lelaki itu ingin mendengar pendapatnya tentang seseorang.Tari menghentikan kegiatannya, dia menutup mushaf dan memandang ke arah Andrian. "Apa yang akan Bapak ceritakan? Silakan bercerita! Saya siap mendengarkan."Mendadak wajah Andrian berubah menjadi melankolis. Dia merubah duduknya yang semula di tengah ranjang menjadi ke pinggir. Tari juga bangkit dan berpindah posisi dari duduk di lantai menuju sofa. Masih membawa kitab suci di tangan kanan, gadis itu siap mendengarkan cerita Andrian.Sebelum berkata, Andrian memejamkan mata, menarik napas dan mengembuskannya. "Dulu ada seorang pemuda. Dia seorang yang bisa dikatakan taat pada perintah Tuhannya, tapi bukan seperti dirimu ini." Lelaki itu melihat pada Tari, ingin mengetahui bagaimana reaksinya.Bola mata Tari bergerak, bingung dengan perkataan Andrian. "Maksudnya, Pak? Saya masih belum menge

    Last Updated : 2023-02-10
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   19. Mulai Berubah

    Happy Reading*****Andrian dan Tari sampai di Surabaya tepat pukul dua dini hari. Oleh karena lelah, lelaki itu tak mengantar sang sekretaris ke kosnya. Dia malah mengajak Tari ke rumah Nina. Kedatangan mereka berdua disambut hangat oleh sang pemilik rumah.Pertama kali pintu dibuka, Andrian mengucapkan salam pada sang istri. Hal yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan. Nina melongo mendengar salam suaminya, tetapi dengan cepat perempuan itu bisa menjawab."Papa berangkat jam berapa? Dini hari baru sampai," tanya Nina, meskipun suaminya membawa sang sekretaris ke rumah. Namun, tak ada sedikitpun rasa cemburu atau curiga di wajah perempuan tiga anak itu. Sementara Tari masih diserang gugup hingga dia bersembunyi di balik punggung bosnya.Raut bahagia tampak ketika menyambut kedatangan sang suami. Tari bahkan merasa tak enak, sudah menganggu istirahat perempuan itu."Berangkat sore, Bun. Tumben langsung buka pintu pas bel bunyi." Andrian mencium kening sang istri mesra di hadapan sekr

    Last Updated : 2023-02-10
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   20. Istikamah

    Happy Reading*****Tari dan Andrian sudah masuk ke mobil. Sebelum menjalankan kendaraannya, lelaki itu bertanya, "Kamu mau pulang ke kos dulu atau bagaimana?""Langsung ke kantor saja, Pak. Ribet jika balik dulu ke kos. Lagian jalannya juga muter, bisa telat saya absen.""Kamu itu, pasti nggak mau telat terus kena potong gaji," gumam Andrian. Dia menggelengkan kepala dan mulai menghidupkan mesin, melajukan mobilnya membelah jalanan.Kurang dari tiga puluh menit, mereka sudah berada di parkiran, Andrian turun terlebih dahulu. Lalu membukakan pintu untuk Tari. Beberapa pasang mata melihat adegan mereka. Bisik-bisik pun mulai terdengar. Si bos cuek saja, tetapi tidak dengan sang sekretaris."Harusnya, Bapak tidak melakukan hal ini pada saya. Gosip tentang kita masih belum reda. Pasti dengan kejadian ini akan bertambah lagi," kata Tari pelan memperingatkan bosnya agar tidak berbuat hal yang mengundang pembicaraan negatif tentang mereka."Biarkan saja, mereka mau mengatakan dan bergosip a

    Last Updated : 2023-02-11
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   21. Timpang Sebelah

    Happy Reading*****Tepat pukul lima sore setelah menyelesaikan meeting, Andrian terpaksa pulang bersama Lita. Walau harus ada drama, tetapi lelaki itu tetap memenuhi tugasnya sebagai seorang suami. Namun, setelah sang istri terlelap lelaki itu kembali ke rumah Nina. Hari-hari berikutnya pun demikian.Walau jatah menginap bersama istri kedua, tetapi setelah melaksanakan tugas dan memberi nafkah biologis. Andrian selalu pulang ke rumah Nina. Dia merasa lebih tenang berada di rumah istri pertamanya bersama dengan anak-anak.Jangan tanya bagaimana tanggapan sang istri kedua. Selalu marah tak jelas, ujung-ujungnya meminta tambahan uang belanja. Andrian tak keberatan dengan semua itu asal di bisa tenang. Sifat Lita dan Nina memang sangat jauh berbeda. Namun, begitu Andrian tak ambil pusing.Seperti saat ini, Andrian sengaja tetap berada di kamarnya hingga salat Magrib menjelang. Setelahnya, dia mulai membaca kitab suci. Hal yang kini selalu diusahakan walau cuma membaca satu ayat saja den

    Last Updated : 2023-02-11

Latest chapter

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   121. Indah Tanpa Dendam

    Happy Reading*****Sebelum menjawab salam dari perempuan di hadapannya, Tari meneliti tampilan orang tersebut dari atas ke bawah. Rentang waktu setahun telah mengubah perempuan itu menjadi jauh lebih baik. Pakaian yang semuanya tertutup serta tutur kata lembut saat menyapa. Mencerminkan adanya perubahan dalam dirinya."Waalaikumsalam. Apa kabar, Bu?" sapa Tari berusaha menghormati perempuan itu."Jangan panggil aku ibu. Saya bukan suami atasan kamu lagi," ucap perempuan itu yang tak lain adalah Lita. Tari sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi pada Lita hingga merubahnya seperti sekarang. Walau jelas tahu bahwa perempuan itu sudah tidak bersama Andrian, tetapi Tari tetap berusaha menghormatinya. Terlepas dari segala ancaman dan teror yang pernah dilakukan, istri Andrian sudah memaafkan semua kesalahan itu.Baru akan menjawab perkataan Lita, dari arah belakang Andrian memanggil nama Tari. "Sayang, belanjanya sudah selesai belum." Lita dengan cepat menundukkan pandangan dari l

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   120. Terkejut

    Happy Reading*****Ingin rasanya Tari menghilang saat ini juga. Bagaimana bisa dia sebrutal itu. Sungguh, si perempuan tidak menyadari aksinya sudah meninggalkan begitu banyak jejak pada suaminya.Andrian yang tahu jika istrinya terkejut dengan hasil perbuatannya sendiri, hanya bisa mengulas senyum. Hatinya berbunga-bunga, ternyata Tari juga bisa seganas tadi. Sebelum sang istri menjawab perkataan putranya, lelaki itu berbisik."Kamu hebat, Sayang. Mas ketagihan dengan yang tadi." Lalu, lelaki itu membuka selimutnya dan menjejakkan kaki ke lantai.Tari menghela napas panjang. Benar-benar jahil suaminya itu. Tidak tahukah Andrian jika dirinya malu setengah mati dengan kebrutalan itu. Melihat begitu banyak jejak di bagian tubuh sang suami yang lain, Tari menggelengkan kepala. Dia kemudian fokus pada Akmal sebelum si kecil bertanya macam-macam."Iya, Sayang. Nanti, Mama pasti obati bekas gigitan serangga di leher Ayah," jawab Tari pada akhirnya.Perempuan itu merutuki dirinya sendiri ya

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   119. Digigit Serangga

    Happy Reading*****Sesampainya di kamar, Tari membuka pintu dengan tergesa. Takut juga jika sang suami sampai salah paham dengan perkataannya tadi. "Mas, jangan salah paham, dong," ucapnya.Sekarang, Andrian sedang mengganti pakaiannya dengan kaos serta celana pendek. Dia melirik sang istri sebentar. "Gimana nggak salah paham. Kamu membandingkan lelaki lain di depan suamimu. Aku itu cemburuan, Sayang. Bukankah kamu sudah tahu sejak dulu?" Sang suami melanjutkan aktifitasnya melipat sarung dan menggantung baju koko, tiba-tiba saja suasana hati Andrian berubah jelek."Membandingkan gimana, Mas?" Sepertinya, Tari memang salah memilih kata. Padahal maksudnya tadi bukan membandingkan Andrian dengan Pamungkas. "Kalau nggak membandingkan terus apa? Bukankah kamu mengatakan kasus kami berbeda. Maksudmu pasti si Pamungkas pasti jauh lebih baik dari Mas, kan?" Andrian duduk di tepi ranjang dan memajukan bibir. Setelah menjadi suami Tari, lelaki itu makin manja saja. Tidak ingat sama umur.Sek

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   118. Sedikit Cemburu

    Happy Reading *****Andrian tidak pernah bosan dengan ibadah menyenangkan bersama sang istri. Sekali lagi, mereka melakukannya dan setelahnya tertidur hingga suara azan Zuhur membangunkan. Tari melenguh dan meregangkan tangan. Kemudian menatap lelaki di sebelahnya yang masih menutup mata."Mas, bangun. Sudah Zuhur," kata Tari pelan disertai guncangan pelan pada lengan Andrian."Hmm," jawab Andrian, tetapi matanya masih tertutup. "Boleh nggak kalau Mas salatnya di rumah saja?""Tidak boleh. Memangnya Mas Andri mau disebut salihah?" kata Tari cepat.Seketika Andrian membuka mata dan menatap sang istri. "Kok bisa salihah, Yang?"Memutar bola mata dan tersenyum, Tari berkata, "Ya, kan. Seorang perempuan itu lebih baik salat di rumah. Nah, jika seorang lelaki tidak salat di masjid tanpa uzur yang jelas, kan, namanya salihah." "Ih, jadi kamu ngatain Mas, ya?" Andrian gemas sendiri melihat wajah sang istri. Dia menggelitik pinggang perempuan itu sampai minta ampun setelahnya."Sudah ... su

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   117. Cinta Itu

    Happy Reading*****Tari menengok pada suaminya. Indera Andrian sudah dipenuhi kabur gairah. Tak akan bisa lagi perempuan itu beralasan lain apalagi anak-anak tidak berada di kamar lagi. "Mas mau sarapan apa? Biar aku siapkan dulu," katanya berusaha lepas dari pelukan Andrian yang makin erat dan menggebu."Sarapan kamu boleh, Sayang?" Andrian semakin berani. Mulai menciumi leher dan juga pundak sang istri."Jangan dulu, masih ada anak-anak di rumah. Jika mereka tiba-tiba ketuk pintu kayak kemarin, malah tidak nyaman. Lebih baik, biarkan aku masak supaya cepat sarapan dan meminta bantuan Bapak sama Ibu untuk menjaga anak-anak," kata Tari mencoba bernegosiasi. Dia, hanya perlu sedikit waktu untuk melayani suaminya. Menata jantung yang terus saja bertalu."Anak-anak sudah dibawa ngungsi sama Mas Radit. Di rumah ini tinggal kita berdua, Sayang. Mas sudah nggak sabar menantikan hari ini, apalagi melihat wajah cantikmu. Mas semakin nggak kuat menahannya." Andrian mulai melancarkan rayuan ke

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   116. Harus Berhasil

    Happy Reading*****Siang berlalu dan berganti sore. Sudah tidak ada tamu lagi di rumah Radit. Namun, ketiga buah hati Andrian dan juga ponakannya Tari tidak mau beranjak dari kamar pengantin. Mereka memonopoli perempuan yang baru saja menjadi istri Andrian.Sekarang, keempat anak-anak itu malah tidur di ranjang dengan Tari di tengah. Andrian yang duduk di sofa depan tempat tidur menatap malas pada anak-anak tersebut."Kenapa selalu saja ada gangguan saat aku ingin berduaan dengan istriku. Radit sama Haura memangnya nggak nyariin anaknya? Enak sekali mereka berdua. Bukan mereka yang jadi pengantin, tapi malah mereka yang berduaan," gerutu Andrian.Matanya mengawasi anak-anak dengan sangat iri karena mereka bisa tidur dipeluk oleh Tari. Jengkel dengan keadaan di kamarnya, Andrian keluar tanpa pamit pada sang istri. Turun, di ruang keluarga, terlihat Radit dan juga Ibrahim tengah berbincang, entah membahas apa. Andrian pun berniat untuk bergabung daripada suntuk memikirkan malam pertama

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   115. Gagal

    Happy Reading*****Ingin rasanya Andrian menghilang saat ini juga. Kenapa obrolan yang harusnya cuma untuknya dan sang istri harus didengar oleh ibu mertua. Jadi, tidak bisa menjalankan misi. "Saya nggak modus, Bu. Tari memang terlihat capek. Kasihan kalau sampai siang harus berdiri sampai sore," alibi Andrian."Tidak mungkin sampai sore. Sebelum Zuhur saja sudah habis. Lebay banget kamu."Ibrahim menatap istri dan menantunya bergantian. "Kalian berdua ini, kok, tidak pernah akur," katanya, "kalau Nak Andri mau istirahat duluan saja sana, tapi jangan lama-lama."Lelaki yang baru saja menjadi suami Tari itu memutar bola mata malas. Mana ada istirahat sendiri. Lebih baik di sini menemani sang istri. Tujuan utama istirahat Andrian adalah untuk melepas kerinduan jika sendirian mana bisa. Seketika, wajah gadis yang sudah dihalalkannya tersenyum. Tari seperti mengerti kekecewaan sang suami. "Lagian, Mas itu kenapa tidak sabaran banget.""Rinduku itu sudah seperti puncak Himalaya, Sayang

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   114. Sah

    Happy Reading*****Selesai salat berjemaah di masjid, Andrian bersiap-siap. Keluarga Ustaz Muhammad diminta menginap di rumahnya karena lelaki itu memang sudah tak memiliki keluarga di kota tersebut. Semua adiknya tinggal di pulau seberang bahkan si bungsu tinggal di negara sebelah sehingga mereka tidak bisa datang pada pernikahan ketiga Andrian.Anak-anak beserta istri sang Ustaz sedang dirias oleh MUA yang disewa terpisah oleh Andrian dari WO yang digunakan. Lelaki itu sudah siap dengan setelan jas serta kopiah. Dia duduk di ruang keluarga bersama Ustaz Muhammad menunggu yang lain untuk berangkat ke rumah Tari."Sudah siap Pak Andri?" tanya sang Ustaz."Insya Allah, sudah. Lahir batin sudah siap, Taz. Rasanya, pernikahan kali ini sangat menegangkan. Semalam hampir nggak tidur mikirin hari ini," jujur Andrian mengakui semua kegundahan hatinya.Sang ustaz tertawa. "Mungkin karena gadis yang Pak Andri nikahi sangat spesial. Makanya, mikirin terus.""Sepertinya begitu, Taz. Entahlah."

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   113. Pingitan

    Happy Reading*****Kembali dengan wajah ditekuk-tekuk, suasana hati Andrian memburuk. Pertemuan dengan WO yang dia sewa untuk pesta pernikahannya pun kurang bersemangat seperti hari sebelumnya. Semua karena kejujurannya yang menceritakan kejadian kemarin pada sang pujaan."Atur semua dengan baik, Pak. Saya percaya pada WO yang Bapak pimpin. Lagian tamu yang saya undang juga tidak banyak," kata Andrian pada pemilik organizer."Baik, Pak. Kami sudah menyiapkan dengan baik dan persiapan sudah hampir 50%," ucap sang organizer."Bagus, kita langsung ketemu di tempat acara saja karena mulai besok saya nggak bisa datang ke tempat tersebut.""Jadi, saya harus koordinasi dengan siapa, Pak?""Mungkin saudara kandung calon istri saya. Nanti, saya kirim nomor beliau. Tolong berikan yang terbaik dan turuti permintaan calon istri saya.""Baik, Pak. Saya bisa bergerak dari sekarang jika seperti itu.""Silakan." Andrian meninggalkan restoran cepat saji tempat janjian mereka. Dia kembali ke kantor de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status